Perubahan

Mas, aku janji, akan berubah demi kamu, akanku singkirkan wanita itu, gumam Regina di dalam hatinya, lagi-lagi air mata Regina membasahi pipi.

Setelah mandi, Wildan melihat Regina tertidur di ranjang. Ia hanya acuh melihatnya, Wildan memilih pergi dari kamar lalu tidur di kamar tamu. Wildan merasa jijik, jika harus satu ranjang dengan Regina. Regina yang hanya berpura-pura tidur hanya bisa mengintip melihat sang suami pergi meninggalkannya.

Di pagi hari selama dua bulan lamanya, Regina rajin olahraga, bersih-bersih rumah dengan tepat waktu. Regina juga tak lupa, jika ia harus diet menjaga pola makannya agar cepat kurus. Sampai bobot tubuhnya turun tiga puluh kilogram. Dari berat awal delapan puluh kilogram sampai sekurus itu. Tinggi Regina itu mencapai seratus enam lima centimeter dengan berat sekarang lima puluh kilogram itu sangat ideal menurutnya.

***

Saat semua sedang menunggu saparan pagi, Regina telah keluar dari dapur dengan membawa makanan. Dengan dandanannya yang elegan membuat semua mata tertuju kepadanya, tapi hanya Wildan yang tidak peduli. "Kamu dandan cantik sekali mau ke mana, Re?" tanya Belina sambil mengunyah makanannya.

"Nanti mau pergi, Ma. Bertemu dengan Rumi, boleh ya, Mas?" tanya Regina meminta izin kepada Wildan.

"Terserah kamu," jawab Wildan dingin, lalu ia beranjak dari duduknya langsung pergi.

Mas, aku di sini ... kenapa kamu dingin sekali denganku, batin Regina sendu sambil melihat kepergian Wildan.

Mau secantik apapun kamu, aku sudah tidak mencintai kamu, Regina, batin Wildan sambil berjalan.

"Heh! Buruan ini di isi air minumnya, sok cantik banget," titah Intan bagaikan majikan.

Biasanya Regina hanya bisa menuruti Intan, kali ini Intan membuat Regina sangat kesal. Regina mendekati Intan lalu menuangkan air di gelas. Regina sengaja menaruh gelas Intan di dekat tangannya, agar Intan menyenggolnya lalu menumpahkan gelas itu pasti akan membasahi bajunya sendiri. Regina kembali lagi ke dapur untuk menghindari amukan Intan. Regina menunggu gelasnya tersenggol, ia memperhatikan dari kejauhan. Tak menunggu lama gelas pun tersenggol, air membasahi pakaian Intan yang akan pergi ke kampus.

"Mama!" teriak Intan kesal.

"Apa sih, Tan?" tanya Belina yang fokus dengan makanannya.

"Pagi-pagi teriak-teriak," timpal Arsen.

"Lihat pakaianku basah semua," sungut Intan sambil berdiri.

"Makannya kalo makan itu, jangan mainan ponsel terus. Gelas di samping sampai tak terlihat," tegur Arsen.

"Sudah-sudah ganti sana," ucap Belina mencoba menengahi.

Dengan wajah kesalnya Intan menaiki anak tangga pergi ke kamarnya untuk menganti pakaiannya. Regina hanya bisa tertawa melihat kekesalan Intan, Regina yang hampir lupa ada janji dengan Rumi di sebuah Restoran, ia langsung bergegas menemui Rumi.

****

"Ma, Pa, Regina pergi dulu, ya," pamit Regina sambil mencium tangan sang mertua.

Belina langsung menarik tangannya memilih pergi dengan Arsen kembali ke dalam kamar. "Astaga, sadarkan hati kedua mertuaku, Tuhan," gumam Regina sambil berjalan keluar rumah.

Sampai di halaman rumah, Regina kembali mengecek ponselnya. Ternyata sudah pukul 10.00, Regina merasa sudah telat jika sampai di Restoran. Taksi online yang ia pesan, belum datang-datang juga. Membuat Regina gelisah, cukup menunggu sepuluh menit kemudian taksi online telah datang. Regina masuk ke dalam taksi online itu, dengan wajah kesalnya.

"Maaf, Nona. Tadi macet diperjalanan menuju ke sini," kilah Sopir.

"Ya sudah, Pak. Cepat jalan, saya sudah terlambat untuk bertemu teman-teman saya," titah Regina.

Mobil taksi online pun berjalan, belum sampai tujuan. Sampai di tengah-tengah perjalanan mobil taksi online-nya mogok di jalan. Semakin gelisah Regina di buatnya, dari pandangannya saja sudah terlihat ingin memakan orang.

"Kenapa, Pak? Kok berhenti," tanya Regina suaranya sedikit meninggi.

"Maaf, Non. Mobilnya mogok," ucap Supir sendu, merasa tak enak hati dengan Regina.

"Ya sudah, Pak. Saya cari taksi online lainnya saja," jawab Regina sambil memberikan uang.

"Sudah, Non. Bawa saja, karena bapak yang salah, tidak bayar tidak apa-apa."

Regina menghembuskan napasnya dengan kasar. "Bapak mau buat saya, semakin kesal?" tanya Regina kecewa karena tidak mau menerima uang pemberiannya.

"Bukan seperti itu, Nona," ucap Sopir dengan hati-hati.

"Bapak terima, ya. Kasian, anak-anak bapak di rumah. Pasti butuh ini." Regina dengan cepat keluar dari mobil lalu berjalan sambil mencari mobil lain.

Cukup jauh Regina berjalan, dengan memakai heels yang tingginya sepuluh centimeter. Ia merasa lelah, ia mengusap keringat yang berada di dahinya. Tiba-tiba ada mobil sport berhenti di depan Regina. Regina hanya biasa saja, karena pikirnya itu hanya mobil ingin parkir saja. Regina sedikit menyingkir dari tempatnya untuk memberikan jalan untuk orang tersebut.

"Re, mau ke mana?" tanya Melvin sambil keluar dari mobilnya.

Regina langsung menengok ke arah sumber suara. "Melvin," panggil Regina sedikit terkejut.

"Hei, apa kabar?" tanya Melvin lagi.

"Baik, kamu dari mana saja? Selama dua bulan ini, aku hanya sendirian tahu, tiap joging," gerutu Regina, sambil mengerucutkan bibirnya.

"Aku harus keluar negeri, menyelesaikan urusan keluarga, maaf, nggak ada kabar. Lagian aku nggak punya nomer ponsel kamu, Re," terang Melvin.

"Maaf, aku juga lupa, Vin. Mana nomer kamu? Biarkan aku save," ucap Regina sambil membuka ponselnya.

"Nomer aku 08131233xxx," jawab Melvin.

"Aku duluan, ya," pamit Regina.

"Mau ke mana, aku ada janji sama teman-temanku, Vin."

"Ya udah, sini aku antar ke sana," tawar Melvin.

"Nggak perlu kayanya, Vin. Aku bisa sendiri," tolak Regina.

Tanpa aba-aba Melvin menarik tangan Regina, membawanya ke mobil. Melvin membukakan pintu untuk Regina, dengan terpaksa Regina pun masuk ke dalam mobil. Melvin di dalam perjalanan menuju Restoran yang ingin dituju, sedikit curi-curi pandang kepada Regina.

Re, kamu itu tetap cantik di mataku, gumam Melvin di dalam hatinya.

"Vin, terima kasih ya tumpangannya," ucap Regina sambil membuka pintu mobil.

"Iya, Re," jawab Melvin.

Setelah kepergian Melvin, Regina pun masuk ke dalam restoran. Regina mencari keberadaan teman-temannya semasa sekolah dahulu. Terlihat di sana banyak yang membawa anaknya masing-masing. Membuat Regina sedikit sedih, hanya dirinya yang belum mempunyai anak.

"Hai," sapa Regina kepada semua orang yang sedang duduk di sana.

"Ya ampun, Re. Kamu tetap saja cantik, dari dulu, nggak pernah berubah," puji Alesha.

"Terima kasih," jawab Regina singkat.

"Di mana anakmu? Kok nggak di bawa?" tanya Alesha.

Regina hanya diam saja, binggung mau menjawab apa.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.

Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤

Terpopuler

Comments

IG: Warnyiwarnyi

IG: Warnyiwarnyi

Melvin🤗

2022-05-29

0

🎤ImaEdg🎧

🎤ImaEdg🎧

udah tinggalin aja

2022-05-05

0

🎤ImaEdg🎧

🎤ImaEdg🎧

typo 🤭

2022-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!