Tekat

Regina menangis tersedu-sedu keluar dari hotel, ia langsung menaiki mobil Intan. Regina banting pintu mobil saat masuk ke dalam mobil intan. Regina melajukan mobilnya dengan cepat. Pikiran Regina yang sedang kalut, binggung ia mau pergi ke mana. Sempat Regina berhenti di pinggir jalan sesaat, ia mencoba berpikir lagi, mau ke mana ia pergi. Tiba-tiba ponselnya bergetar, saat Regina melihat layar ponselnya. Ternyata Rumi mengirimkan pesan agar Regina main ke rumahnya. Rumi bagaikan Dewi penolong untuk Regina, ia datang waktu yang tepat saat membutuhkan teman untuk berkeluh kesah.

Rumi

Re, ada waktu nggak? Aku di rumah masak makanan kesukaanmu, aku tunggu.

"Ya ampun, Rum. Cuma kamu yang ada di saat aku begini," gumam Regina sambil menyeka airnya.

Regina langsung tancap gas ke arah rumah Rumi. Tak butuh waktu lama, Regina sampai di rumah Rumi. Regina langsung masuk ke dalam rumah Rumi dengan derai air mata.

"Kamu kenapa, Re? Kok nangis gitu," tanya Rumi penasaran.

Regina bukan menjawab malah ia memeluk erat Rumi, menangis dalam pelukannya. Rumi hanya mengusap-usap punggung Regina agar lega. Dengan sabar, Rumi menuntun Regina duduk di sofa lalu ia menyuruh asisten rumah tangganya mengambil segelas air minum. Beberapa menit kemudian asisten rumah tangga Rumi datang membawa segelas air minum.

"Re, minum," titah Rumi sambil memberikan air minum.

Regina menerima segelas air lalu meminumnya. "Aku lelah, Rum," ucap Regina sendu.

"Apa masalahmu, Re? Ceritakan kepadaku." Rumi meraih tangan Regina lalu menggenggamnya dengan erat. Rumi menatap Regina seolah-olah matanya telah berbicara, aku selalu di sampingmu.

"Rumah tanggaku, Re. Sepertinya tidak bisa di selamatkan lagi."

Astaga, apa Wildan ketahuan selingkuh? Gila ini, batin Rumi yang sudah bisa menebak masalah Regina.

"Kenapa, memangnya? Ceritakan pelan-pelan, agar aku mengerti," ucap Rumi yang pura-pura tidak mengerti.

"Mas Wildan, ketahuan selingkuh, malah nyalahin aku," terang Regina.

"Di mana kejadiannya?" Suara Rumi meninggi rasanya ia ingin sekali membunuh Wildan hidup-hidup.

"Di hotel xxx, aku sengaja mengikutinya, Re. Mana parahnya lagi, dia membela selingkuhannya. Mau menamparku di tempat umum." Regina mulai rileks.

"Lalu? Kamu diam saja?" tanya Rumi yang sudah gemas.

"Aku tampar itu perempuan, Selvi namanya, Re. Ya, kalo nggak salah denger tadi."

"Oh, Selvi," ucap Rumi ngegas.

"Kamu, kenal dia, Re?" tanya Regina penasaran.

"Gimana nggak kenal, dia salah satu klien aku, Re. Dia itu punya bisnis kecantikan, orangnya cantik banget, kan." Rumi berbicara ala emak-emak ghibah profesional.

"Banget, Re." Regina sendu, rasanya ingin menangisi dirinya sendiri yang sekarang tidak cantik lagi.

"Kamu harus berubah, Re. Kamu harus bisa kurus lagi, seperti dulu." Rumi memberi solusi.

"Aku sudah diet beberapa hari ini, Rum. Tadi pagi saja aku sudah joging, di taman dekat rumah."

"Baguslah, kamu terusin aja terus. Buat Wildan tergila-gila lagi, jangan mau kalah dengan pelakor, kamu," ucap Rumi dengan antusias.

"Pasti, aku nggak mau nyerah gitu aja," seru Regina yang ikut terbawa suasana.

"Ya sudah, yuk!"

"Ke mana?" Regina binggung.

"Makanlah, tujuan kamu ke sini kan mau makan."

"Kan mau diet, Rumi."

"sudahlah, Re. Bahagia itu butuh tenaga, aku nggak pengen kamu sakit," ajak Rumi sambil menarik tangan Regina.

****

"Di mana, Regina?" tanya Wildan penuh amarah.

"Diakan bawa mobil aku tadi, Kak. Dan sekarang dia belum pulang tahu," jawab Intan memberi tahu.

Wildan langsung mengambil ponselnya di saku celananya. Mencoba menghubungi Regina, tapi tidak ada jawaban dari Regina. Makin kesal Wildan, raut wajahnya saja langsung memerah karena menahan amarah. Tiba-tiba Regina masuk ke dalam rumah dengan santai. Mencoba melupakan masalah yang telah terjadi.

"Mas sudah pulang?" tanya Regina mencoba tegar.

"Kamu dari mana saja, Regina?" tanya Wildan dengan suaranya meninggi.

"Aku dari tempat Rumi, Mas, kenapa?" tanya Regina.

"Maksud kamu apa? Tadi siang bisa melakukan hal seperti itu, sangat memalukan!" teriak Wildan.

"Maaf, masalah yang mana ya, Mas?" tanya Regina berpura-pura bodoh.

"Kamu!" teriak Wildan kembali.

"Terima kasih, adik iparku yang cantik. Aku kembalikan kunci mobil ini," ucap Regina sambil melempar kunci mobil ke wajah Intan. Regina meninggalkan Wildan dan Intan yang terkejut dengan tingkah Regina yang aneh menurut mereka berdua.

"Si gendut, habis makan apa sih? Bisa berani sekali denganku," gerutu Intan.

"Diam, kamu!" bentak Wildan membuat Intan ketakutan.

"Ada apa, Wildan? Kamu bentak-bentak adikmu?" tanya Arsen.

Wildan hanya melirik sang ayah, ia memilih pergi daripada berdebat dengannya. Wildan menaiki anak tangga lalu masuk ke kamarnya. Sampai di dalam kamar Wildan melihat Regina sudah berdandan cantik. Regina mencoba menggoda sang suami, tapi tidak berpengaruh dengan Wildan. Hati dan pikiran Wildan sudah terpenuhi dengan Selvi.

"Kamu itu kenapa? Mau menggodaku?" ejek Wildan.

"Aku akan berubah, Mas. Demi kamu," ucap Regina menyakinkan Wildan.

"Tidak usah, repot-repot," jawab Wildan sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Kenapa sih, Mas? Teganya kamu nyakitin aku kaya gini, kurangnya aku di mana selama ini? Nemenin kamu dari nol, Mas," ucap Regina, suaranya merendah.

Wildan berjalan mendekati Regina, ia mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Regina lalu ia berkata. "Aku butuh Anak di keluarga kita, tapi kamu apa? Tidak mau punya anak."

"Bukan tidak mau, Mas. Kamu tahu sendiri, kita di luar negeri itu mengejar pendidikan, jika aku punya anak, siapa yang mau urus?" tanya Regina penuh penekanan.

"Kita bisa cari baby sister, gampang, kan?"

"Aku tidak mau anakku, di urus oleh orang lain, Mas," sanggah Regina tidak mau kalah.

"Jika kamu mau itu, ayo ... kita buat anak," ajak Regina dengan antusias.

"Terima kasih, nggak perlu, aku capek!" bentak Wildan.

"Tinggalin dia, Mas!" Tak mau kalah Regina pun berteriak saat Wildan sudah di ambang pintu kamar mandi.

"Apa yang kamu bilang? Tinggalin, Selvi? Tidak mungkin aku meninggalkannya," ucap Wildan sambil membanting pintu kamar mandi.

Brak ...

Terlalu keras suara pintu itu, membuat Regina memejamkan matanya. Regina berjalan menuju ranjangnya. Sebelum ia tidur, Regina berinisiatif setiap hari akan olahraga pagi, agar Wildan kembali mencintainya.

Mas, aku janji, akan berubah demi kamu, akanku singkirkan wanita itu, gumam Regina di dalam hatinya, lagi-lagi air mata Regina membasahi pipi.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.

Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤

Terpopuler

Comments

🤒

🤒

kenapa nggak tinggalkan saja dia

2022-05-31

0

IG: Warnyiwarnyi

IG: Warnyiwarnyi

semangat Regina

2022-05-29

0

Nazwatalita

Nazwatalita

semangat 💪

2022-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!