Regina tidak mau mengalah dengan pendiriannya, ia memilih pergi dari hadapan Wildan. Wildan tidak perduli dengan apa yang di rasakan Regina. Ia lebih memilih pergi ke perusahaan, memikirkan pekerjaan lebih penting daripada memikirkan Regina. Regina yang berada di walk in closet, hanya bisa mengintip Wildan dari kejauhan. Regina pikir Wildan akan menuruti kemauannya, tapi kenyataannya Wildan pergi dari kamar mereka.
Mas, apa aku sudah tidak berarti lagi untukmu? Ya Tuhan, sakit, gumam Regina sambil mengusap dadanya. Regina melihat ponsel Wildan tertinggal di meja, Regina melihat isi pesan Selvi yang tiba-tiba muncul di layar.
Selvi
Mas Wildan, aku tunggu di tempat biasanya ...
"Aduh, apa lagi ini kelanjutannya, udah ku masukkan password tetep saja salah," gerutu Regina.
Tiba-tiba terdengar suara orang berjalan, akan masuk ke dalam kamar. Regina cepat-cepat berlari masuk ke dalam walk in closet untuk bersembunyi. Saat Regina mengintip, ternyata Wildan masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya kembali. Hati Regina tidak tenang, saat membaca pesan dari Selvi. Ia buru-buru mengikuti sang suami ke mana, ia pergi.
Saat di bawah Wildan sudah menaiki mobilnya, Regina bersembunyi di balik pintu utama agar tidak ketahuan. Sebelum Regina pergi keluar rumah, ternyata Intan sudah menghalangi Regina agar tidak keluar dari rumah. "Mau ke mana, kamu?" Suara Intan meninggi.
"Bukan urusanmu," jawab Regina sambil berjalan.
Intan yang tidak terima dengan jawaban Regina, ia menarik tangan Regina agar tidak pergi. Regina kesal dengan tingkah Intan yang menahan tangannya, karena tenaga Regina lebih besar dari Intan. Regina menghempaskan tangan Intan hingga terjatuh.
"Au ... sakit!" teriak Intan yang bersimpuh di lantai.
Regina tidak memperdulikan Intan, yang ada dipikirannya adalah mengejar Wildan. Tiba-tiba saat Regina melihat kunci mobil di tangan Intan. Regina terbersit mempunyai ide dadakan, yaitu merebut kunci itu dari tangan Intan.
"Pinjam," pamit Regina sambil berlari.
"Mama! Mama! Kunci mobil aku," teriak Intan.
Belina dan Arsen yang akan pergi ke hotel untuk meninjau keadaan di sana, mereka berdua terkejut saat melihat putri semata wayangnya di lantai sambil menghentakkan kakinya. "Kamu kenapa, Tan?" tanya Arsen.
"Pa, kunci mobilku," rengek Intan.
"Iya, kenapa?" tanyanya lagi.
"Mobilku di bawa Kak Regina pergi," ucap Intan berpura-pura menangis.
"Kurang ajar sekali, anak itu!" teriak Belina sambil berkacak pinggang.
"Sudahlah, Ma. Kita urus nanti saja, nanti kita telat," ajak Arsen pergi.
"Ma, aku gimana ke kampusnya?" tanya Intan kesal.
"Naik taksi kan bisa," sungut Belina, lalu meninggalkan Intan di teras rumah.
"Awas kamu gendut! Pulang nanti kamu habis sama aku," umpat Intan sambil menghentakkan kakinya.
***
Regina dengan lihai, membawa mobilnya dengan cepat. Untung saja ia tidak ketinggalan Wildan, Regina mampu mengejar Wildan. Firasat Regina sedikit tidak enak, membuat Regina membawa kemudinya tidak fokus.
"Ya Tuhan, apa yang akan terjadi, aku pasrah kepadamu," gumam Regina, tanpa sadar air matanya lolos di pipi.
Regina tetap mengikuti Wildan, ke mana ia pergi. Sampailah Wildan berhenti di sebuah hotel berbintang lima. Regina tampak berpikir, kenapa Wildan tidak pergi ke perusahaannya malah pergi ke hotel. Regina masuk ke dalam hotel itu, sambil mengikuti Wildan dari belakang.
Apa mungkin, Mas Wildan bertemu kliennya di sini, batin Regina penasaran.
Ternyata Wildan menaiki lift, sampai di lantai sepuluh yang Regina lihat saat Wildan keluar dari lift. Sebenarnya bisa saja, jika di lantai sepuluh ada seseorang yang naik untuk pergi keatas. Feeling Regina kuat, jika mengatakan Wildan berhenti di lantai sepuluh. Regina langsung menaiki lift selanjutnya, ia berharap tidak ketinggalan jejak. Ternyata di lantai sepuluh ada sebuah restoran mewah di sana. Regina melihat Selvi mencium pipi kiri kanan Wildan, untuk menyambut kedatangan Wildan. Regina tetap mencoba berpikir positif, jika bos besar bertemu klien biasanya seperti itu. Hanya keakraban pikir Regina, tetap saja Regina mengamati sang suami dari kejauhan.
Saat Wildan memberi sesuatu hadiah kecil, terlihat sekali tampak bahagia wajah Selvi menerimanya. Tanpa diduga-duga Selvi mencium bibir Wildan dengan sekilas seperti rasa berterima kasih.
"Mas!" teriak Regina, tanpa sadar semua orang yang berada di sana melihat ke arah Regina.
Regina berjalan mendekati Wildan dan Selvi seperti ingin memangsa mereka berdua. Selvi tahu jika itu istri Wildan, dengan santainya dia hanya acuh. Wildan pun santai, seperti tidak melakukan dosa apa-apa.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Wildan.
"Dia siapa, Mas?" Suara Regina meninggi.
"Kenalkan nama saya, Selvi," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Regina bukan menerima uluran tangan Selvi, ia malah menyiram wajah Selvi dengan jus. Waktu yang tepat pelayan datang membawa jus. Wildan dan Selvi terkejut bukan main dengan tindakan Regina yang di luar nalar mereka berdua.
"Regina!" teriak Wilda hampir saja menampar Regina.
"Kenapa, Mas? Cepat tampar aku, jika itu membuat kamu senang," ucap Regina menahan tangisnya.
"Ayo, kita pulang!" teriak Wildan sambil menarik tangan Regina, banyak pasang mata yang menonton pertunjukan mereka bertiga.
Regina langsung menghempaskan tangan Wildan, Regina malah menampar pipi Selvi dengan tenaga Regina kuat itu.
Plak ...
Selvi hanya bisa mematung tidak membalas perbuatan Regina. Regina langsung berjalan pergi meninggalkan Selvi dan Wildan. Wildan yang panik langsung membantu Selvi pergi dari tempat itu.
"Mas, aku malu! Telah di tampar oleh istrimu. Mana di depan orang banyak," sungut Selvi.
"Tenanglah, aku akan memilihmu, Sayang." Wildan mencoba menenangkan Selvi.
"Ceraikan dia, Mas," titah Selvi sambil menangis di pelukan Wildan.
"Kita pikirkan lagi, nanti. Pakaimu basah minta diganti, nanti kamu sakit, Sayang," rayu Wildan.
"Kita masuk kamar hotel saja, pakaian gantiku di sana, Mas," ucap Selvi kesal.
Akhirnya Selvi dan Wildan masuk ke dalam kamar hotel yang telah di pesan oleh Selvi. Tiba-tiba Wildan memeluk Selvi dari belakang. Wildan membisikkan sesuatu di telinga Selvi.
"Aku merindukanmu, Sayang," Terdengar suara Wildan sangat sensasional.
Selvi langsung membalikkan tubuhnya, membalas pelukan Wildan. "Aku juga rindu kamu, Mas," rengek Selvi dengan manja.
"Jangan marah, ya," rayu Wildan lagi.
Tanpa aba-aba Selvi menggoda Wildan di atas ranjang. Wildan pun terhanyut dengan perbuatan Selvi yang membuatnya terlena. Sampai akhirnya mereka menyatukan kisah cinta di surga dunia.
****
Regina menangis tersedu-sedu keluar dari hotel, ia langsung menaiki mobil Intan.
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
🤒
tinggalkan saja Wildan 😬😬
2022-05-31
0
Nazwatalita
Sialan banget itu Wildan
2022-05-29
0
KhodijahRahman
tjnggalin si wildan terus kamu diet biar wildan rasakan pesona sang mantan
2022-04-27
0