Air mata Regina lolos begitu saja di pipinya, ia hapus air mata itu. Regina berjalan, pergi meninggalkan perusahaan Wildan. Tanpa lelah Regina berjalan terus menyusuri jalanan sampai ia bertemu minimarket. Regina sudah merasa lelah, ia duduk di minimarket itu. Sambil menunggu taksi online datang. Dari kejauhan ada sosok pria yang sedang memperhatikan Regina. Pria tersebut tahu jika Regina sedang tidak baik-baik saja. Pria tersebut masuk ke dalam minimarket, membelikan Regina ice cream.
"Ehem." Melvin berdehem lalu memberikan ice cream yang telah ia beli.
"Hah?" Regina cengo.
"Ini buat kamu." Melvin meraih tangan Regina lalu menaruh di tangannya.
"Terima kasih. maaf siapa, ya? Apa kita pernah kenal sebelumnya?" tanya Regina.
"Kamu tidak mengingatku?" Melvin berbalik bertanya.
"Tidak." Regina menggelengkan kepalanya.
"Pasar tradisional, ingat?"
"Oh, kamu yang membantuku terjatuh tadi pagi, ya? Maaf, tadi aku buru-buru, kenalkan aku Regina Hermawan," ucap Regina sambil mengulurkan tangannya.
"Melvin," jawabnya sambil menerima uluran tangan Regina.
Tiba-tiba ponsel Regina berdering, saat ia membuka pesan ternyata taksi online ia pesan sudah datang. "Aku pergi dulu, ya. Taksi yangku pesan sudah datang," pamit Regina tanpa sadar senyum sangat manis di depan Melvin.
Melvin membalas senyuman manis Regina dengan tulus. Regina masuk ke dalam taksi online itu, di perjalanan Regina melamun mengingat-ingat kejadian di mana ia merayakan hari anniversary dengan Wildan waktu berada di Australia.
Flashback on
"Tara ...."
Seru Wildan kepada Regina memberi surprise anniversary mereka berdua. "Ya ampun, Mas. Ini semua Mas Wildan yang sediakan ini semuanya?" Regina tercengang mendapatkan surprise dari Wildan. Makan romantis di apartemen mereka berdua.
"Iya, Sayang. Maaf ya, jika sebagus di hotel bintang lima. Uangku cukup untuk ini," ucap Wildan sambil memberikan hadiah kepada Regina.
"Oh, my God. Jam tangan yang cantik, Mas," seru Regina dengan antusias.
Akhirnya di malam itu mereka berdua terhanyut dengan suasana yang romantis. Membuat keduanya mabuk asmara, Wildan dan Regina akan melakukan olahraga malam. Tiba-tiba Regina berucap, "Jangan buat aku hamil dulu, jika belum lulus kuliah, Mas," pinta Regina.
"Iya, aku tahu," bisikan Wildan dengan suara sensasionalnya.
Flashback off
"Nona, maaf kita sudah sampai," ucap Supir Taksi.
"Emb, iya Pak. Maaf, saya tidak begitu memperhatikan jalanan." Regina memberikan uang kepada supir taksi itu.
"Oalah, Non. Jangan banyak ngelamun nggak baik, buat orang cantik," nasihat Supir Taksi.
"Iya, Pak," jawab Regina dengan tersenyum.
Regina bukan pulang ke rumah Wildan, tapi ke rumah sahabatnya yang sedari kecil Rumi namanya. Regina menemui penjaga agar di bukakan pintu. "Selamat sore, Pak. Rumi ada di rumah?" tanya Regina.
"Maaf, Anda siapa?" tanya Penjaga.
"Saya, Regina. Bilang saja begitu, dia pasti tahu," jawab Regina mencoba meyakinkan.
"Baik, tunggu sebentar saya akan menghubungi, Nona terlebih dahulu," pamit Penjaga.
Tak menunggu lama butuh waktu lima menit saja, penjaga memberitahu Regina bahwa Rumi di dalam rumahnya. Regina pun masuk ke dalam setelah dibukakan pintu. Sampai di depan pintu Rumi menyambut Regina dengan hangat.
"Ya Tuhan, Regina? Lama banget kita nggak ketemu," ucap Rumi dengan memeluk Regina.
"Aku kangen kamu," balas Regina dengan memeluk Rumi.
"Pantas saja, hampir satu Minggu lebih, kamu aku telepon nggak bisa, ternyata kamu di sini udahan."
"Iya, Rum."
"Ayo, masuk. Kita bercerita di dalam," ajak Rumi.
Regina pun masuk, duduk di teras belakang rumah Rumi. Mereka duduk santai sambil bercerita selama ini tidak bertemu. Walaupun sudah tiga tahun tidak bertemu, mereka saling berhubungan lewat sosial media atau pun telepon. Semenjak pulang dari Australia, Wildan melarang Regina untuk bertemu Rumi. Entah alasannya apa ia melarang Regina dan Rumi untuk bertemu.
"Kamu dari mana?" tanya Rumi.
"Aku dari perusahaan Mas Wildan. Ada tragedi yang tidak mengenakkan," jawab Regina sendu.
"Apa, Re? Cepetan cerita," titah Rumi dengan tidak sabaran.
"Sampai di sana tidak di sambut dengan baik, mana aku di bilang, asisten rumah tangganya Mas Wildan, kesel aku tuh," gerutu Regina.
"Lalu Wildan memarahi orang tersebut tidak?"
"Nggak, malah marah denganku katanya aku jangan ke perusahaannya lagi."
"Astaga, Wildan kurang ajar," umpat Rumi.
Ya Tuhan, kapan sih Regina sadar dengan semua ini, dari dulu Wildan suka menyelingkuhi Regina. Aku sering bercerita tapi tidak pernah dipedulikan oleh Regina. Ia sudah tertutup dengan cintanya kepada Wildan, batin Rumi sambil melamun.
"Rum," panggil Regina.
"Emb, iya Re, kenapa?"
"Kamu nih, ngelamun apa si?"
"Bukan apa-apa, Re."
Waktu terus bergulir, akhirnya Regina berpamitan kepada Rumi jika dirinya sudah malam. Regina tidak berani bercerita jika hari ini adalah hari bahagianya bersama Wildan. Jika Rumi mengetahui itu, dijamin Wildan akan disemprot oleh Rumi. Regina tidak mau memperkeruh suasana rumah tangganya.
****
Sekitar pukul 19.00 Regina sampai di rumah, ternyata semua orang sedang menunggu Rumi pulang ke rumah. Bukan karena panik takut hilangnya Regina tak kunjung pulang, tapi karena Regina belum menyiapkan makan malam. Regina masuk ke dalam rumah dengan santai tanpa dosa.
"Bagus, ya. Jam segini baru pulang," ucap Intan melihat Regina dari ujung kepala sampai kaki.
"Lalu kenapa?" tanya Regina sedikit kesal.
"Apa kamu bilang, kenapa?" Intan mendorong tubuh Regina hingga terjatuh.
Regina bersimpuh di lantai, lalu Intan membisikkan sesuatu di telinga Regina. "Kamu itu di sini hanya dianggap sebagai pembantu. Jadi, tolong tahu diri." Regina hanya bisa meremas dress-nya.
"Sudahlah, untuk malam ini kita delivery saja," ucap Wildan sambil pergi meninggalkan Regina.
"Dasar menantu nggak tahu diri," umpat Belina sambil berjalan dengan suaminya.
Ya Tuhan, kenapa Mas Wildan berubah seperti ini. Apa benar karena aku gemuk? Sikapnya berubah sedingin itu, mulai besok aku harus bisa diet, menguruskan badanku lagi, gumam Regina di dalam hatinya, tangisnya pecah saat semua orang pergi meninggalkannya.
Regina mencoba berdiri, memilih masuk ke dalam kamarnya daripada makan bersama dengan mereka. Wildan masuk ke dalam kamarnya melihat Regina sudah tertidur lelap. Setelah itu Wildan menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Wildan merasa ingin buang air kecil, ia meninggalkan ponselnya di sana. Tiba-tiba ponselnya bergetar, membuat Regina terbangun dan melihat id caller-nya yang ternyata Selvi telah menelepon tiga kali. Regina juga sempat membaca pesan dari Selvi, yang muncul di layar. Regina ingin membuka ponsel Wildan tidak tahu pasword-nya.
Selvi
Mas jangan lupa besok ...
Membuat Regina sangat penasaran, karena tidak bisa masuk ke dalamnya. Regina mulai curiga dengan hubungan Wildan dan Selvi. Regina cepat-cepat menaruh ponselnya di tempatnya kembali, takut ketahuan oleh Wildan.
Up setiap 23.23
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Baby_Miracles
kapan sadarnya nih, reginaaaa(gemes)
2022-06-12
0
🤒
😬😬😬😬 Wldan
2022-05-29
0
Nazwatalita
Ternyata selingkuh
2022-05-29
0