Pasar Tradisional

Pukul 04.00 dini hari, Regina sedang asik dengan tidurnya tiba-tiba pintu terbuka. Belina masuk ke dalam kamar Wildan dan Regina dengan mengendap-endap agar Wildan tidak bangun. Belina mencoba membangunkan Regina, sampai Regina terkejut bukan main hingga Regina berteriak. Belum sampai berteriak mulut Regina di tutupi oleh tangan Belina agar diam.

"Jangan berisik cepat keluar, aku tunggu di luar," titah Belina dengan berbisik-bisik.

Dengan terpaksa Regina bangun, masuk ke kamar mandi mencuci wajahnya dan menggosok giginya. Selesai itu Regina menemui Belina yang sudah menunggu cukup lama. "Kamu tidur lagi, ya? Saya itu sudah nungguin kamu dari tadi." Suara Belina meninggi.

"Maaf, Ma. Aku tadi ke kamar mandi dulu."

"Ini uang, cepat sana ke pasar sekarang."

"Ma, ini masih pagi sekali, belum ada pukul 06.00 pagi, aku takut pergi sendirian." Regina mencoba mengiba.

"Saya tidak mau tahu, sana pergi ke pasar," usir Belina.

"Yaudah aku ganti baju dulu," jawab Regina.

"Apa! Kelamaan, kamu nanti. Sekarang saja nggak usah ganti."

Dengan terpaksa Regina menuruti Belina, untung saja Regina sebelum keluar kamar telah membawa ponselnya. Jadi ia bisa memesan ojek online untuk pergi ke pasar. Ya Tuhan, kuatkan aku untuk mengahadapi cobaan ini, batin Regina sambil menunggu ojek online.

Beberapa saat kemudian Regina sampai di pasar, ia sudah berbelanja kebutuhan dapur. Pukul sudah menunjukkan 05.30 Regina bergegas pulang ke rumah. Ternyata di pinggiran pasar tradisional jarang sekali ojek. Regina berjalan keluar untuk mencari ojek, tiba-tiba ada suara.

Tin ...

Tin ...

Regina langsung terkejut membalikkan tubuhnya, ia kaget ada motor yang mau menyerempetnya. Regina menjatuhkan semua belanjanya, ia memejamkan matanya karena sudah pasrah. Dewa penolong telah datang menyelamatkan Regina. Dengan menarik tubuhnya, hingga mereka berdua terjatuh bersama.

"Aau ...." Regina merintih kesakitan sikunya berdarah.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Melvin.

"Terima kasih, sudah membantu saya," ucap Regina sambil bangun berdiri. Regina cepat-cepat membereskan belanjaannya lalu pergi.

Melvin hanya melihat kepergian Regina dengan tertatih-tatih. Ingin membantu tapi Regina sudah pergi naik ojek online-nya.

****

Sampai di rumah Regina membersihkan lukanya yang berada di siku, kakinya sedikit sakit. Ia langsung memasak untuk sarapan pagi, yang telah di pesan oleh Belina. Sambil sedikit-sedikit melihat ke internet. Waktu sarapan pagi sudah datang, siku yang terluka sangat jelas. Wildan tak bertanya sama sekali dengan luka itu. Regina hanya diam, melihat kedinginan sang suami.

"Tanganmu kenapa, Re?" tanya Arsen.

"Aku tadi terjatuh di pasar, Pa," terang Regina.

"Makannya, kalo punya mata itu di pakai, Kakak." Intan tertawa bahagia melihat Regina terjatuh.

"Kenapa, bisa jatuh? Apa kamu tidak bisa hati-hati kalau berjalan." Wildan tetap terfokus dengan makanannya di piring enggan menatap Regina.

Belum sempat Regina membela dirinya sendiri, Intan sudah menjawab pertanyaan Wildan. "Makannya diet, biar bisa fokus, bukan cuma makanan aja dipikirin." Regina menimpali.

Astaga Intan, hubungan jatuh sama berat badan apa? Ini anak lama-lama nyeselin, gerutu Regina di dalam hatinya.

Rasanya Regina ingin mengungkapkan isi hatinya, tapi takut membuat keributan di pagi itu. Semua orang satu persatu pergi beraktivitas. Regina membereskan meja makan, tiba-tiba ponselnya berdering saat ia lihat adalah hari pengingat.

"Ya Tuhan, hari ini adalah hari anniversary pernikahanku dengan Mas Wildan," gumam Regina dengan antusias.

Regina berinisiatif membuat makanan spesial untuk Wildan dan mengirimkannya secara langsung. Saat semua sudah siap, Regina sudah berdandan hanya sederhana tidak terlihat istri CEO. Regina berangkat ke kantor Wildan hanya menggunakan taksi online. Cukup lumayan menempuh perjalanan ke kantor Wildan butuh waktu empat puluh lima menit menuju ke sana.

"Terima kasih, Pak. Ini uangnya," ucap Regina sambil menutup pintu mobil.

Regina masuk ke lobi perusahaan, ia berbicara kepada resepsionis yang berada di sana. "Kak, Maaf. Saya ingin bertemu dengan Mas Wildan, bisa dihubungi, bilang saya membawa makan siang, untuknya."

"Apakah, Anda sudah membuat janji dengan Tuan Wildan?"

"Belum," jawab Regina.

"Mohon tunggu sebentar, coba saya hubungi sekertaris Tuan Wildan."

Menunggu beberapa menit sampai kaki Regina kesemutan berdiri terlalu lama. Akhirnya resepsionis berkata harus menunggu karena Wildan sedang di luar bertemu klien. "Maaf, Mbak. Tuan Wildan sedang berada di luar bertemu klien. Anda bisa tunggu di ruang tunggu, jika berkenan menunggu." Resepsionis memberitahu.

Regina langsung membalikkan tubuhnya, langsung menuju kursi tunggu. Belum sempat melangkah para resepsionis berbisik-bisik, tapi terdengar oleh Regina. "Asisten rumah tangga, Tuan Wildan ngapain sih, kecentilan gitu, segala bawa makan siang."

Apa memang tubuhku ini harus benar-benar diet? Agar Mas Wildan tidak malu, batin Regina sedikit kecewa dengan cibiran resepsionis Wildan.

Regina mengepalkan tangannya, ia langsung menghampiri resepsionis yang baru saja mencibirnya. Regina mengepalkan tangannya, ia langsung menghampiri resepsionis yang baru saja mencibirnya. "Maaf, Anda baru saja bicara apa, ya?" tanya Regina sedikit penuh penekanan.

"Apa, Mbak? Ada masalah, dengan ucapan saya," ucap Resepsionis sambil senyum mengejek.

Tanpa diduga-duga Wilda masuk ke arah lobi perusahaan. "Mas," panggil Regina sambil berlari menghampiri Wildan.

"Kenapa kamu, di sini?" Wildan menarik tangan Regina membawanya ke luar dari lobi.

"Aku ke sini membawa ini, buat Mas, spesial untukmu," ucap Regina mengulurkan kotak makan itu.

"Tidak perlu, saya sudah makan di luar, ingat, jangan pernah ke kantor lagi," titah Wildan.

"Kenapa Mas? Aku tidak boleh ke kantormu lagi?" tanya Regina sendu.

"Kamu lihat dirimu, sampai resepsionis saja mengacuhkanmu karena bentukmu seperti itu."

Ya, pasti kata-kata Wildan sangat menyakiti hati Regina. "Jadi karena aku gemuk, maksud kamu itu?"

"Sudahlah, saya sibuk. Kamu pulang saja sana," usir Wildan.

Regina bergeming, hanya bisa melihat kepergian Wildan begitu saja. Wildan masuk kembali lagi ke dalam lobi. Para resepsionis hanya menundukkan kepalanya saat Wildan melewati mereka.

"Kira-kira siapa wanita itu ya? Sampai Si Bos, menarik tangannya keluar." Para Resepsionis bertanya-tanya.

Regina mendekati security perusahaan, memberikan makanan yang telah ia masak untuk Wildan. Para security yang akan istirahat makan siang oleh Regina dicegah tidak boleh membeli makanan.

"Selamat siang, Pak?" tanya Regina mencoba tegar.

"Ada yang bisa dibantu, Nona?" tanya Security.

"Bapak mau makan siang, ya?"

"Iya, Non. Mau istirahat, mau makan," terang salah satu Security.

"Jangan beli, Pak. Makan ini saja, ini cukup untuk Bapak berdua makan." Regina memberikan kotak nasi kepada security.

"Repot-repot, Non. Kenapa nggak Nona saja yang makan, kita jadi nggak enak," terang Security.

"Suami saya, ternyata sudah makan siang, ini untuk Bapak saja."

"Suami Non kerja di sini? Sebagai apa?" Dua security pun penasaran.

"Karyawan biasa, Pak. Saya pamit dulu." Regina pun pergi.

Ia sangat hancur meninggalkan perusahaan Wildan. Iya pun binggung akan ke mana, hanya bisa mengikuti langkahnya saja.

Up setiap 23.23

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.

Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤

Terpopuler

Comments

Baby_Miracles

Baby_Miracles

bukannya gemuk krn bahagia ya?

2022-06-10

0

Nazwatalita

Nazwatalita

Dih! suami sedeng

2022-05-29

0

KhodijahRahman

KhodijahRahman

fisik, fisik, dan fisik
ternyaa suami kaya iko uwais itu

2022-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!