Poor Beautiful Wonder
"Astaga! Regina, kamu gimana sih? Kenapa berantakan!" bentak Belina.
"Maaf, Ma. Itu bukan aku yang membuat kekacauan ini," lirih Regina, dengan sabar dan lembut.
"Jadi, kamu lihat tempat kotor, kaya gini diam saja, gitu maksud kamu?" Belina menatap Regina dengan tidak suka.
Menantu tidak tahu diri, di sini cuma numpang, udah miskin, nggak punya apa-apa, berlaga kaya majikan saja, gerutu Belina di dalam hatinya.
"Cepetan ambil sapu," titah Belina dengan suara meninggi.
Regina menuruti kemauan Ibu mertuanya yang sangat kejam. Sudah hampir sebulan kepulangannya dari Australia, karena Regina dan Wildan sang suami sudah selesai mengenyam pendidikan di sana. Regina di rumah mertuanya, hanya dianggap sebagai pembantu saja. Semenjak orang tua Regina gulung tikar, biaya pendidikan dan hidup di Australia semua menanggungnya adalah sang mertua.
"Iya, Ma," jawab Regina dengan lembut.
Regina berlari mencari sapu, lalu ia bersihkan area yang kotor. Semuanya adalah ulah adik ipar Regina, memang sangat menyebalkan Intan itu. Regina mencoba sabar menerima bentakan dari mertuanya. Wildan acuh melihat sang istri dimarahi orang tuanya, ia tidak peduli dengan keadaan Regina terkadang sampai di dorong hingga terjatuh.
"Sekarang, kamu masak di dapur sana," titah Belina.
"Iya, Ma." Regina berjalan ke dapur sambil menahan tangisnya, sakit rasanya omongan ibu mertua yang menyakiti hatinya.
"Ih, buruan lelet banget si, aku sudah lapar ini," gerutu Intan sambil berkacak pinggang.
Regina tidak menjawab cibiran dari sang adik ipar. Iya terus berjalan ke dapur menyiapkan makanan untuk seisi rumah. Ya Tuhan, baru kemarin si Mbak pergi dari rumah ini, kenapa kotor sekali dapur, mana aku binggung mau masak apa? Selama ini aku tidak bisa masak, di Australia saja aku beli makanan, batin Regina yang sedang menangis.
"Ya ampun, Re. Kamu itu gimana sih! Kenapa ini berantakan? Kamu apakan ini?" tanya Belina dengan sinis.
"Aku juga tidak tahu, Ma. Aku ...." Regina menghentikan ucapannya karena terpotong oleh Belina.
"Kamu berani ya, jawab ucapan saya," ucap Belina sambil mendorong tubuh Regina.
"Hei, gendut buruan, aku mau ke kampus, semuanya mau pergi beraktivitas, jangan lelet deh," cibir Intan.
Belina dan Intan berdiri di pintu sambil mengawasi Regina sedang memasak. Akhirnya sarapan pagi mereka adalah nasi goreng telur mata sapi gosong. Jangan ditanya masakan Regina seperti apa? Biarkan orang rumah yang berkomentar. Butuh waktu empat puluh lima menit Regina memasak nasi goreng. Ia sudah menaruh di atas meja makan dengan jantungnya dag-dig-dug serasa mau interview.
Semua duduk di bangku masing-masing kecuali Regina yang berdiri siap melayani orang rumah. "Apa ini? Kenapa telurku gosong begini." Suara Intan meninggi.
"Hoek, Kenapa rasanya asin begini, Regina? Kamu tidak pintar sekali dalam memasak, percuma kamu lulusan Magister," cibir Belina.
Ya Tuhan, hubungannya Magister sama masak apaan? Ibu mertua yang aneh, gerutu Regina sedikit kesal hanya bisa diungkapkan di hatinya.
Prank ...
Suara pecahan piring yang berserakan di lantai. Semua orang yang berada di meja makan, hanya bisa melihat dengan keterkejutannya. "Astaga, Wildan," ucap Belina syok.
Regina langsung bergetar seluruh tubuhnya, ia tidak mampu berucap satu kata pun. Untuk menatap Wildan saja tidak berani, ia baru melihat tingkah suaminya berubah drastis seperti itu. "Kenapa, kamu diam saja, bereskan, Regina," titah Belina.
"Iya, Ma." Regina langsung berjongkok mengambil pecahan piring tersebut.
Wildan berdiri lalu berjongkok ia membisikkan sesuatu di telinga Regina. "Apa selama ini aku selalu memanjakanmu, sampai-sampai kamu tidak mengerti cara memasak dengan benar." Wildan meninggalkan meja makan.
Sedangkan Regina langsung mematung mendengar ucapan Wildan yang sangat menyakiti hatinya. Semenjak pulang ke Indonesia Wildan berubah sikapnya kepada Regina. Regina tidak tahan dengan sikap Wildan yang begitu dingin. Air matanya lolos begitu saja di pipi. Regina usap mencoba tegar, tiba-tiba Intan menghampirinya membuang nasi gorengnya di atas kepala Regina.
"Nggak becus, jadi istri," cibir Intan lalu pergi meninggalkan meja makan. Satu persatu pun pergi, Belina lalu di susul oleh Arsen sang ayah mertua.
Andai Papa sama Mama masih hidup, aku tidak akan seperti ini, batin Regina dengan tangisannya pecah.
Waktu terus berputar, Regina dalam sehari ini telah lelah membersihkan rumah. Regina mencoba mencari resep makan melalui internet, ia mencoba mengikuti instruksi dari internet cara memasak yang benar untuk makan malam. Selesai memasak Regina mencoba merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia melihat ke dinding jam sudah menunjukkan pukul 17.00 tanda sebentar lagi Wildan pulang dari kantor.
"Mandi ah, sebentar lagi kan Mas Wildan pulang," ucap Regina masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi Regina memakai dress berwarna biru tua, ia tak lupa memakai lipstik sedikit menyala, dan memakai make up agar kelihatan fresh. Setelah itu Regina menunggu Wildan di depan teras rumah. Ternyata ibu mertua dan ayah mertua yang telah pulang terlebih dahulu. Regina dengan santun mencium tangan mereka. Belina dan Arsen acuh, Regina hanya bisa diam menahannya. Beberapa menit kemudian Intan pulang dari kampus, gadis itu selalu pulang di sore hari.
"Hei, Kak. Kamu itu nggak cocok pakai pakaian seperti ini, jatuhnya kaya daster, tahu nggak? Nggak elegan tahu," cibir Intan sambil menertawakan Regina. "Orang nggak tahu diri, udah gemuk pakek kebanyakan gaya," gerutu Intan sambil berjalan.
Regina merasa insecure, dengan tubuhnya yang gemuk. Padahal sebelum menikah ia mempunyai tubuh yang indah. Semenjak hidup di luar negeri Regina kebanyakan junk food, karena tidak pernah makan masakan rumahan. Tiba-tiba dari kejauhan mobil Wildan berhenti tidak masuk ke dalam rumah. Wildan keluar dari mobil sebelum itu dia cium pipi kiri dan kanan Selvi. Sangat terlihat jelas di mata Regina.
"Mas, itu siapa?" tanya Regina tanpa curiga.
"Oh, itu Selvi, rekan kerja," jawab Wildan dengan dingin.
"Oh, begitu rupanya, lalu kenapa mobil, Mas, di bawa olehnya?"
"Kamu itu nggak usah ikut campur, bukan urusan kamu," jawab Wildan pergi meninggalkan Regina di teras rumah.
Regina tercengang dengan jawaban Wildan seperti itu. Selama di luar negeri dia tidak pernah kasar. Regina sempat berpikir aneh-aneh tapi ia tahan, ia harus berpikir positif keluarganya akan baik-baik saja. Regina masuk ke dalam rumah lalu menyusul suaminya di dalam kamar. Ternyata suaminya sedang mandi di kamar mandi. Entah kenapa seperti ada seseorang membisikkan sesuatu ke telinganya untuk membuka ponsel Wildan. Regina ambil ponselnya lalu ia mencoba membuka password ponsel Wildan lalu terbuka layarnya. Saat Regina akan membaca pesan di ponsel Wildan terjadi sesuatu.
Regina ambil ponselnya lalu ia mencoba membuka password ponsel Wildan lalu terbuka layarnya. Saat Regina akan membaca pesan di ponsel Wildan terjadi sesuatu. "Kamu kenapa di situ?" tanya Wildan sambil keluar dari kamar mandi.
Reflek Regina langsung menyimpan ponsel Wildan di balik tubuhnya. Hampir saja ketahuan, jantung Regina seperti ingin lepas dari tempatnya. Belum sempat Dina membaca pesan tadi, dengan perlahan Regina menaruh ponsel Wildan di nakas saat Wildan lengah. "Nggak pa-pa Mas, aku mau ngajak makan malam."
"Tunggu di bawah saja. Oia, makananmu awas saja jika tidak enak lagi," ancam Wildan.
"Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, Mas," jawab Regina. Wildan acuh dengan jawaban Regina.
Regina keluar dari kamarnya, ia berjalan menyusuri anak tangga. Semua orang belum berada di meja makan. Regina kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Regina mencoba lebih cekatan agar tidak dimarahi Belina. Ia taruh semua masakan di atas meja makan dengan semua peralatan makan juga sudah siap. Satu persatu semua orang datang untuk makan malam.
"Tumben, sudah siap?" ucap Belina sambil menarik kursi yang akan ia duduki.
"Awas, aja ini makanan kalo nggak enak." Intan ikut menimpali.
"Sudah makan saja." Wildan mencoba menengahi.
"Emb, lumayan, walaupun cuma ayam goreng saja," ucap Arsen sambil terheran-heran.
"Apa cuma, ini saja?" tanya Belina ikut tercengang di meja makan hanya ada ayam goreng dan saus sambal.
"Ku, kira ada yang lain," gerutu Intan.
"Maaf, Ma. Sayuran habis," terang Regina sambil berdiri di samping suaminya.
"Besok pagi kamu ke pasar, sebelum kita pergi beraktivitas, makanan sudah ada di atas meja," titah Belina.
Selesai makan malam Regina membereskan sisa-sisa makanan yang berada di atas meja makan. Regina merasa lelah seharian membereskan rumah. Ia masuk ke dalam kamar, ia buka pintu dengan pelan. Regina sedikit curiga saat melihat sang suami sedang duduk bersandar di ranjang sambil senyum-senyum sendiri.
Mas Wildan chat dengan siapa? Sampai dia senyum-senyum sendiri, batin Regina sambil berjalan mendekati Wildan.
Sampai Wildan tak menyadari jika Regina sudah di depannya. "Mas, capek tidak? Mau aku pijat?" tawar Regina.
"Nggak perlu, aku mau tidur saja," jawab Wildan sambil menarik selimutnya. Akhirnya mereka berdua tidur, walaupun Regina sedikit kecewa dengan penolakan sang suami.
Up setiap jam 23.23
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
wah bab pertama udh. mengandung esmosi ya
2023-01-15
0
dihhh
2023-01-15
0
ih awal bab udah ngeselin
2023-01-15
0