Dika menunggu kabar dari Humaira, namun wanita itu seperti hilang bak ditelan bumi. Sang mami mengatakan kalau Humaira tidak lagi terikat bekerja dengannya. Dika kelimpungan, bagaimana cara agar bisa bertemu Humaira. Di datangi kerumahnya, wanita itu pasti akan mengusir dirinya.
Dika tak habis akal. Hari itu, ia menunggu Humaira dari pagi hingga menjelang malam. Pengorbanannya seharian berada dalam mobil tidak sia-sia. Malam itu, ia melihat Humaira keluar dari dalam gang menuju kesuatu tempat.
Dika mengikuti mobil yang membawa Humaira pergi. Betapa terkejutnya pemuda itu mengetahui Humaira mendatangi salah satu apartemen milik abangnya, Tomy.
Dengan cepat, Dika mengambil langkah seribu mengejar Humaira. Begitu telah dekat, ia pun menarik tangan wanita itu dan membawanya ke lantai paling atas apartemen itu.
"Kau..?! Lepaskan aku?!"
Humaira yang terkejut tak dapat menarik diri dari cengkeraman Dika. Sepatu High Heels yang sedang ia pakai mempersulit langkahnya untuk mencoba berontak. Mau tidak mau ia pun mengikuti langkah kaki Dika menuju Rooftop.
"Maaf..."
Dika melepaskan genggamannya setelah berada di atas.
"Apa mau mu?"
Humaira terlihat kesal, apa lagi kakinya mulai terasa nyeri akibat berjalan yang dipaksa terlalu cepat.
"Jangan datang kesini lagi?!"
"Kau nggak berhak melarangku?!"
"Bagaimana caranya agar aku berhak melarangmu?"
Humaira terdiam, wanita itu langsung mengarahkan pandangannya ke lain.
"Apa kamu nggak sadar, tentang perasaanku selama ini?"
"Dalam sebuah transaksi kesalahan utama adalah meletakkan hati disana"
Ucap Humaira sambil menatap Dika.
"Hatiku nggak salah, karena cintaku mungkin buta"
"Perjalananmu masih panjang tuan Dika?! Kau bisa menemukan wanita yang lebih baik dari aku"
"Apa kamu percaya pada cinta pandang pertama?"
Handphone Humaira berdering disaat Dika baru saja mengungkapkan isi hatinya.
"Halo tuan?"
"Kau sudah sampai?"
"Ya tuan, aku sedang menuju ke apartemen sekarang"
"Cepatlah..."
"Baik tuan"
"Kluk"
"Apa itu dari Tomy?"
Pertanyaan Dika membuat Humaira sedikit terkejut.
"Kau menyelidiki tamuku?"
"Hah, tamu?! Selama ini kamu bersamanya kan? Kenapa harus Tomy? Apa kurangnya aku?!"
Ujar Dika. Entah kenapa membayangkan Humaira bersama dengan Tomy membuat dadanya terasa sesak.
"Itu bukan urusanmu tuan, jangan mengganggu waktu kerja ku?!"
Ujar Humaira lalu pergi meninggalkan Dika yang di liputi emosi.
"Aaaargh!!!"
Emosi Dika meluap ia meninju angin kosong dengan membabi buta. Napasnya terengah-engah menahan gejolak dalam dadanya. Sorot matanya tajam bagian mencari mangsa.
Selama ini Dika selalu mendapatkan wanita mana saja yang ia mau. Namun tidak kali ini. Cintanya yang bertepuk sebelah tangan membuatnya labil, karena ini adalah kali pertama pemuda itu di tolak.
*****
Di dalam kamar apartemen, Tomy telah duduk sambil memainkan smartphonenya menunggu Humaira. Humaira jadi merasa tidak enak karena tuan pendiamnya lebih dulu datang dan menunggu dirinya.
"Maafkan aku tuan"
"Duduklah..."
Humaira menuruti perintah Tomy.
"Sudah makan?"
"Sudah tuan..."
Jawab Humaira sambil sesekali meringis tertahan karena rasa nyeri di kakinya.
Humaira tidak sadar jika sikapnya itu di perhatikan oleh Tomy. Lelaki itu meletakkan smartphonenya, lalu beranjak dari duduknya mengambil kotak P3K. Perlahan ia mendekati Humaira dengan membawa salap luka dan sebuah plester ditangannya.
Humaira tertegun, ia tidak menyangka tuan pendiamnya sangat peka terhadap dirinya.
"Sakit?"
Tomy berjongkok di depan Humaira dan meraih kaki wanita itu. Ia melepas High Heelsnya, mengoleskan salap pada luka di kaki indah itu, lalu menempelinya dengan plester.
"Kenapa sampai terluka?"
"Itu... tadi sebelum kesini aku bertemu seseorang..."
Tomy langsung menatap Humaira ketika wanita itu mengatakan seseorang. Langsung terlintas di kepalanya seseorang yang mungkin menemui Humaira.
"Dia membawaku ke lantai atas, tapi sungguh nggak ada apapun yang terjadi tuan..."
Kenapa aku harus menjelaskan seperti ini? Seperti orang yang terciduk berselingkuh.(batin Humaira)
Mungkinkah Dika?(batin Tomy)
"Apa sering orang itu menemui mu?"
"Nggak juga tuan, hanya beberapa kali dia datang kerumah, namun aku tolak"
"Kerumah?"
"Hmm.. iya, hanya berbicara sebentar. Tapi aku langsung mengusirnya?!"
"Kenapa?"
"Aku tidak melayani tamuku datang kerumah tuan"
"Apa padaku juga begitu?"
Humaira menatap Tomy. Tanpa sengaja mata mereka saling bertemu, namun secepat kilat wanita itu langsung mengalihkan pandangannya.
Baik Humaira maupun Tomy jarang sekali beradu pandang satu sama lain. Terkadang Humaira menunduk atau melihat ke lain. Begitu pula Tomy yang tidak pernah lepas dari smartphonenya dan hanya sesekali melihat ke arah Humaira.
"Ehem... sebaiknya tuan juga begitu. Kita tidak bertemu di rumah kontrakanku"
Tegas Humaira setelah meyakinkan jawaban dalam hatinya. Tidak ada pengecualian untuk semua tamu yang pernah ia layani.
"Setidaknya aku masih boleh mengantarmu pulang sampai kedepan pintu rumahmu"
Yah, hal itu sudah termasuk hal istimewa bagi seorang Tomy yang mendapat perlakuan khusus dari Humaira.
Sesaat hening, baik Humaira maupun Tomy keduanya saling diam.
"Lalu apa tugasku hari ini tuan?"
Humaira mencoba menepis rasa canggung yang mulai hadir karena sepinya suasana.
"Lakukan saja senyamanmu..."
"Ya??"
Humaira semakin bingung apa yang harus ia lakukan. Malam ini Tomy terlihat sibuk memainkan ponselnya, ia juga mengeluarkan laptopnya dan terlihat serius mengerjakan sesuatu disana. Lelaki itu memang sering melakukan pekerjaannya saat sedang bersama Humaira.
Mereka memang tidak banyak melakukan kontak fisik. Tomy hanya sesekali menyuruh memijit tubuhnya jika lelaki itu benar-benar kelelahan. Biasanya yang mereka lakukan hanyalah mengobrol sesekali lalu hanyut dalam pikiran dan kegiatan masing-masing.
Namun entah mengapa, hal yang demikian membuat hati Humaira tenang dan nyaman. Wanita itu merebahkan dirinya di sofa panjang sambil menatap Tomy yang sedang fokus pada pekerjaannya. Lama-lama mata Humaira terasa berat, dan ia pun tertidur dengan lelap.
Tomy melirik Humaira yang telah terpejam. Entah kenapa lelaki itu sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Humaira. Padahal awalnya semua itu hanyalah misi semata. Misi yang memaksa walau ia sendiri tidak ingin.
Sesekali Tomy membalas pesan yang sebentar-sebentar berdenting di ponselnya.
"Ting.. tong...!"
Suara bel di jam 23.00 menghentikan kegiatan Tomy. Ia langsung mendekati pintu mencari tahu siapa yang berkunjung malam itu sebelum Humaira terbangun.
"Cklek..."
"Ada apa?"
"Dia disini kan?!"
Tanya Dika dan berusaha melirik ke dalam mencari Humaira.
"Hentikan! Dia bukan urusanmu?!"
Kata Tomy dengan wajah serius.
"Abang yang harusnya berhenti menyakiti kak Nia?!"
Jawab Dika yang sedikit menantang.
Tomy keluar lalu menutup pintu rapat-rapat agar pembicaraan mereka tidak membangunkan Humaira.
"Cukup Dika?! Dan pergilah..."
"Kenapa bang? Abang nggak pernah seperti ini sebelumnya?Abang buat aku kecewa"
Ujar Dika yang terlihat sangat kesal.
"Kau bukan sedang kecewa, tapi kau cemburu bukan?"
Sedikit banyak apa yang Tomy katakan adalah benar. Namun rasa kecewa Dika terhadap orang yang di anggapnya teladan itu benar-benar mengecewakan.
"Ya, dan jauhi dia mulai sekarang bang. Aku benar-benar mencintainya...?!"
"Apa kau yakin itu cinta?"
"Selama ini, mungkin abang menilai ku suka bermain-main. Tapi nggak dengannya bang...?!"
"Pulanglah... besok setumpuk kerjaan menunggumu"
Tomy memotong pembicaraan Dika dan langsung masuk meninggalkan pemuda itu tanpa peduli ia telah selesai bicara atau belum.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
cemburu tanda tak mampu..hahaiiy
2022-03-06
1
Orange cubby
hmm
2022-03-01
1
Yuka
Next lagi🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-02-23
1