Tiga minggu waktu berlalu, Dika disibukan dengan setumpuk pekerjaan yang diberikan oleh Tomy . Perasaan rindunya yang ingin bertemu Humaira sangat meluap. Begitu pekerjaan itu selesai, tanpa menunggu malam, pemuda itu segera menghampiri rumah kontrakan Humaira meski pernah di marahi oleh wanita itu.
Dika tidak peduli bila Humaira mengusirnya lagi. Pemuda itu terlewat rindu hingga membuatnya hampir gila. Setiap kali mengingat sentuhan Humaira jantungnya langsung berdebar dengan kuat.
*****
Humaira melamun diruang tamu, memandang keluar melalui jendela, melihat orang-orang yang sibuk lalu lalang dengan berbagai aktivitasnya. Ia hanya bisa berada dalam rumah, tidak pernah ada tetangga yang mau mengobrol dengannya. Humaira bagai manusia tak terlihat di area pemukiman itu.
Apa masih mungkin untuk aku bisa berjalan tegak, menatap mata orang-orang yang berpas-pasan dengan ku tanpa harus ada rasa malu?
Terlintas bayangan Tomy di kepala Humaira. Entah kenapa wajah dingin lelaki itu terus muncul di kepalanya.
Nggak! Aku mikir apa sih?! Aku nggak boleh mengharapkan apapun dari tuan itu. Sekali pun dia berbuat baik, tapi tetap saja dia mengecewakan keluarganya karena bermain-main denganku.
Humaira sadar, dirinya hanyalah pelampiasan semata. Wanita itu tidak pernah mengharapkan cinta dari lelaki yang datang ke tempat kerjanya.
Eh, tingali eta lalaki, kasep pisan..." (eh, lihat itu cowok, ganteng sekali)
"Bade kamana nya eta si kasep?" (kira-kira mau kemana si ganteng itu ya?)
"Ka mana deui lamun lain ka imah awewe eta?!" (kemana lagi kalau bukan kerumah perempuan itu)
"Ihh, naha daek jeung budak awewe jiga kitu nya?" (ihh, kok mau sama perempuan begituan ya?)
"Kusabab goyangan mereun" (karena goyangannya kali)
"Hilih, masih alus goyangan kuring. Yeuh tingali...?!" (hiilih, masih hebat goyangan saya. Nih lihat..?!)
"Wkwkwkw, etamah goyang bebek ngebor?! (wkwkwkwk, itu sih goyangan bebek ngebor?!)
"Kajeun bebek ngebor ge, tapi bisa nyieun budak nepi ka 3?!" (biarpun bebek ngebor tapi bisa buat anak sampai 3)
Humaira mendengar percakapan ibu-ibu tetangganya, dan mencari sosok lelaki yang di bicarakan oleh mereka. Walau wanita itu tidak terlalu mengerti apa yang ibu-ibu itu bicarakan, tapi ia bisa menerka topik pembicaraan mereka setelah memperhatikan arah pandangan mata mereka.
"Pemuda itu lagi?!"
Gumam Humaira.
Humaira sedikit kesal melihat Dika yang berjalan semakin dekat menuju rumahnya. Lelaki itu tidak jera untuk tetap datang menemui dirinya dirumah.
Belum sempat Dika mendaratkan tangannya untuk mengetuk pintu, Humaira lebih dulu membuka pintu itu dan langsung menyeretnya masuk kedalam rumah.
"Ada apa? Bukankah sudah jelas aku melarangmu datang kesini?"
Tanya Humaira sedikit kesal.
"Kalau memang kamu larang kenapa aku di seret masuk kedalam?"
Jawab Dika santai.
"Itu karena aku tidak mau mereka semakin bergosip di luar sana?"
"Bukanya ini malah terbalik?"
"Hah, sudahlah. Jadi apa tujuanmu kemari?"
Tanya Humaira ingin segera menyelesaikan urusan mereka.
"Ada apa ini Hum? Suaramu membangun Danu"
Tanya Umi yang mencoba menengahi.
Mendengar ucapan Umi, Humaira langsung menyeret kembali Dika keluar.
"Tolong... aku hanya ingin memiliki sedikit privasiku disini. Sudah cukup orang-orang bergunjing aku menerima tamu disana, tapi jangan buat mereka bergunjing aku juga menerima tamu disini..."
"Aku nggak minta kamu supaya melayaniku, tap..."
"Mungkin kamu berpikir seperti itu, tapi nggak dengan orang-orang itu. Aku nggak meminta banyak, aku cuma ingin ketenangan itu saja. Jangan buat aku muak dengan tempat dimana aku merasa tenang. Tolong mengerti dengan posisiku..."
Humaira tidak tahan lagi. Ia pun mengatakan apa yang menjadi beban di hatinya saat itu.
"Kalau begitu aku juga memohon, sekali saja temui aku di luar jam kerjamu?"
Orang-orang mulai memperhatikan mereka, berbisik-Bisik di depan mereka dengan ekspresi mencibir.
Dika terenyuh, hati yang sakit di usir oleh Humaira ternyata tidak seberapa sakit bila di bandingkan dengan kehidupan hari-hari yang wanita itu rasakan.
"Tolong hubungi aku?"
Dika memberikan kartu namanya ke tangan Humaira. Mau tidak mau pria itu mengalah, dan pergi begitu saja.
"Sepertinya dia menyukaimu Hum, tatapan matanya saat bicara padamu terasa berbeda"
Kata Umi setelah menutup pintu rumah.
"Entah lah kak, aku tidak peduli dan tidak percaya untuk cinta lelaki yang datang ketempat seperti itu"
Ucap Humaira terlihat tak bersemangat. Ia lalu meletakkan kartu nama Dika di meja ruang tamu dan meninggalkannya begitu saja.
Humaira tahu pemuda itu terobsesi pada dirinya. Perlakuan manis dan romantis yang di berikan Dika tentu menyenangkan hatinya. Tapi apalah arti semua itu jika hanya sekedar layanan transaksi semata.
"Mungkin niatnya baik Hum, tampaknya dia juga bukan orang yang jahat"
Umi mencoba mencari tahu sisi dari pemikiran Humaira.
"Dia lebih muda dariku kak. Jika memang aku butuh, itu bukan untuk diriku, melainkan untuk Danu. Apa ada orang yang mau menerima Danu dalam keadaan seperti itu? Aku cukup realistis kak, aku nggak mau muluk-muluk"
Ucapan Humaira sedikit banyak ada benarnya. Saat ini yang utama adalah Danu bukan kebahagian dirinya sendiri. Seorang ibu tentu ingin melihat anaknya bahagia, dan sorang ibu pasti akan memberikan kebahagiaannya untuk anaknya.
"Ya sudah, apapun keputusanmu aku akan selalu mendukung dan berada di pihakmu Hum..."
Kata Umi sambil mengelus punggung wanita yang mungkin hampir lelah menjalani kehidupannya.
"Makasih kak"
Humaira memegang tangan Umi seakan-akan Umi memberikan kekuatan untuk dirinya.
Tidaklah mudah untuk menolak orang yang tertarik padanya. Dika bukanlah orang pertama yang ditolak Humaira. Wanita itu hanya memiliki sedikit kekuatan dalam dirinya. Berdasarkan pengalaman rumah tangga yang ia alami, Humaira berpikir seratus kali untuk membina rumah tangga lagi.
"Ting"
Sebuah notif berbunyi di hapenya. Sejumlah uang transferan masuk ke rekeningnya. Tidak berapa lama pesan dari sang mami pun masuk.
Mami : Jane, mulai sekarang transferan akan langsung masuk ke rekeningmu. Kini kau freelance...
Humaira : Maksudnya gimana mam?
Mami : Kau bebas memilih tamumu karena kau bos atas dirimu. Aku hanya sekedar menawarkan jika memang ada yang ingin memakai jasa mu
Humaira : Aku di pecat?
Mami : Bukan di pecat, tapi aku membebaskanmu. Lakukan apa yang kau inginkan. Sudah ya, aku sedang ada urusan
Humaira langsung teringat akan perkataan Tomy malam itu.
Apa ini karena tuan itu?!
Tak dapat Humaira pungkiri kebaikan Tomy sangat terasa untuknya. Selama beberapa minggu ini, ia sudah tidak lagi menerima tamu selain Tomy. Walau terkadang Tomy tidak datang menemuinya di apartemen tempat mereka kini bertemu. Perlahan Humaira mulai merasakan sedikit ketenangan dalam hatinya. Tubuhnya mulai manja karena tidak lagi disentuh Pria-pria hidung belang. Seakan-akan ia menjadi wanita biasa yang tidak perlu lagi menjajakan diri.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Red lips
lanjut kak
2022-03-14
0
.
Tommy 🤔🤔hmm
2022-03-11
1
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
rindu nya tenggelam..
2022-03-06
1