Perselisihan antara Tomy dan Dika masih terjadi. Keduanya terlihat tidak mau mengalah, baik Tomy maupun Dika sama-sama memiliki pembenaran masing-masing.
"Ini laporan tentang wanita itu pak?"
Tomy mengambil lembaran kertas dari tangan Romi. Beberapa hari lalu ia meminta Romi untuk menyelidiki latar belakang Humaira. Pria itu menjadi penasaran, wanita seperti apa yang di gilai oleh Dika adik ipar nya.
Sewaktu membooking Humaira pada malam itu, Tomy tidak banyak bicara. Ia hanya memandang Humaira dan memperhatikan sikap dan gerak-geriknya. Mata tajam seorang Tomy yang terkenal mampu memprediksi gerakan lawan membuatnya lebih mudah mengetahui privasi Humaira lebih dalam.
Hati Tomy terenyuh, saat melihat foto Danu yang terlampir disana. Anak sekecil itu harus menanggung rasa sakit, namun tetap tersenyum dan tertawa. Tak dapat ia pungkiri, kehidupan yang Humaira jalani sangat berat untuk seorang ibu muda sepertinya. Dengan basic masa lalu yang juga sangat menyedihkan.
Pantas saja jika Dika tergila-gila, dia wanita yang tegar rupanya.
Tomy meletakkan berkas itu lalu tersandar di kursinya. Terlihat lelaki itu sedang berpikir keras sambil memijit keningnya.
"Rom?"
"Ya pak?"
"Kosongkan jawadku sore ini hingga malam nanti"
"Baik pak, oh ya pak..., besok jadwal kunjungan ke Rumah sakit"
"Hm, terima kasih"
"Sama-sama pak"
*****
Humaira sedang rebahan sambil bermain dengan anaknya sore itu. Sebuah ketukan di pintu menghentikan canda tawa mereka. Humaira penasaran siapa yang bertamu ke rumahnya.
"Selamat sore nona?"
Humaira mengenali lelaki yang menyapanya sore itu. Dia adalah asisten sang tuan yang pendiam julukan Humaira pada Tomy.
"Ya... sore, ada apa ya pak?"
"Maaf mengganggu waktu nona. Tuan sudah membooking nona lebih awal. Namun beliau akan membawa nona ke suatu tempat"
"Tapi..., ini belum waktunya jam kerja ku?!"
"Tuan akan menunggu"
Humaira pun menutup pintu setelah di rasa pembicaraan mereka selesai. Wanita itu menghela napas, berpikir sesaat sebelum melangkahkan kaki ke ruang tengah.
"Siapa Hum?"
"Tamuku kak, tapi yang ini sedikit berbeda"
"Berbeda?"
"Dia rela membayarku mahal hanya sekedar nemaninya minum atau hanya mendengarkan musik. Bahkan kadang aku menunggunya tertidur"
Jelas Humaira.
"Hehehe..., aneh sekali..."
Umi terkekeh keheranan.
"Tapi aku bersyukur kak, setidaknya aku tidak perlu melayaninya dengan menambah dosa"
"Kau bener, semoga saja rejeki tuan itu selalu lancar, aamiin..."
Kata Umi sambil tersenyum.
"Aamiin..."
Humaira pun ikut tersenyum.
Sesuai janji, Humaira pun menemui Tomy yang telah menunggunya di depan gang dalam limosin hitamnya.
"Maaf tuan, aku harus menelepon mami untuk memberi kabar?"
"Silahkan"
"Tuuut..."
"Tuuut..."
"Assalamualaikum mam"
"Waalaikum salam, ada apa Jane?"
"Aku langsung dibawa oleh tuan pendiam mam..."
Tomy melirik sesaat mendengar ucapan Humaira, ia tak menyangka akan mendapat julukan seperti itu.
Dan Romi sang asisten pun sedikit terkejut sambil melirik tuannya serta Humaira dari kaca mobil.
"Tuan pendiam? Yang waktu itu menolong mu?"
"Iya tuan yang itu"
"Kalau begitu minta dia segera transfer?!"
"Baik mam"
"Kluk"
Humaira memasukan smartphonenya ke dalam tas. Kemudian Ia mencoba menyampaikan pesan sang mami pada sang tuan.
"Maaf tuan, anda diminta untuk segera transfer..."
"Rom..."
"Begitu sampai di tujuan saya akan segera transfer nona"
Romi menjelaskan.
"Baik tuan"
Jawab Humaira.
Tidak beberapa lama mereka pun sampai di sebuah apartemen mewah. Humaira terkagum-kagum melihat Apartemen itu karena baru kali ini ia di bawa ke sebuah Apartemen. Mereka lalu melangkahkan kaki bersama memasuki lift.
"Kau suka Apartemen ini?"
Humaira mengangguk dengan wajah yang terlihat senang.
"Aku baru kali ini ke tempat yang seperti ini tuan"
"Setelah ini akan menjadi sering"
"Mungkin tidak, jika orang lain lebih dulu membawaku"
"Jika kau bisa menolak mereka, kemungkinan kau bisa lebih sering ke sini"
"Itu ekspektasi yang tinggi bagi ku tuan tapi anda tahu aku tak mungkin bisa melakukan hal itu"
"Ting"
Pintu lift terbuka, Humaira pun mengikuti langkah sang tuan memasuki kamar. Di dalam ruangan Humaira semakin takjub setelah melihat isi ruangan. Tidak banyak perabot yang dilihat dalam apartemen itu namun terkesan mewah.
" Anggaplah ini rumah sendiri"
Humaira bingung bagaimana ia bisa menganggap Apartemen itu adalah rumahnya sendiri, sedangkan masa itu ia sedang melakukan pekerjaannya.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk tuan? Tuan kan sudah membayar aku?"
Tommy terdiam sesaat, Ia berpikir sejenak tugas apa yang akan ia diberikan kepada Humaira.
"Kau bisa memijit"
"Sepertinya aku bisa, tapi... aku juga bukan pemijit yang profesional. Jadi, jika tulang tuan ada yang patah tolong jangan laporkan aku ke polisi"
Perkataan Humaira sedikit menggelitik di hati Tomy, namun lelaki itu menutupi senyumnya.
"Baiklah aku ingin coba?"
Tomy melepaskan jas kemejanya hingga menyisakan pakaian bawahnya saja. Lelaki itu lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur dengan posisi telungkup.
Perlahan humairah mendekati lelaki itu, walau sedikit gugup iya mencoba untuk mengerjakan tugas yang baru saja diberikan padanya. Tangan Humaira mulai menyentuh tubuh kekar itu. Perlahan ia melakukan gerakan pijitan dengan sedikit tekanan dalam kelembutan.
"Hmm..."
Suara yang di keluarkan samg tuan pertanda pijitan Humaira nyaman untuknya. Perlahan rasa gugup wanita itu pun mulai menghilang. Ia berusaha memuaskan sang tuan dengan gerilya tangannya yang mulai mahir mencari bagian-bagian yang terasa kaku dan tegang.
"Kau tidak ingin beralih profesi"
"Jadi tukang pijit tuan? Belum, mungkin karena hasilnya masih terlalu kecil"
Jadi, dia melakukan pekerjaan itu mengobati anaknya. Hmm... sepertinya dia memerlukan uang yang banyak untuk pengobatan anak itu. Melihat dari hasil penyelidikan Romi, penyakit yang diderita anaknya cukup parah. Jadi itu rupanya...
*****
Sementara itu di kafe Exsy.
Dika adalah pengunjung pertama setelah di bukannya pintu kafe pada malam itu. Dia langsung menuju lantai atas untuk menemui yang mami, berharap agar malam itu dia dapat ditemani oleh Humaira. Sayangnya, lagi-lagi Dika terlambat. Sang mami mengatakan bahwa Humaira lebih dulu di bawa oleh orang lain. Dika curiga, siapa orang lainnya yang membawa Humaira. Hanya satu nama yang terlintas di kepalanya, ia pun langsung mengeluarkan smartphone dari dalam saku celananya.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau..."
"Kluk"
Dika menghubungi nomor Tomy, namun tidak aktif. Ia lalu menghubungi asistennya yaitu, Romi.
"Tuuut"
"Selamat malam pak Dika?"
"Dimana abang?"
"Maaf, saat ini tuan tidak bisa diganggu..."
"Dimana abang?!"
"Maaf pak Dika, tuan tidak bis..."
"Kluk"
"Aaarrghh....!!"
Dika marah besar, kali ini pun ia telat langkah untuk mendapatkan Humaira. Pemuda itu lalu segera keparkiran dan memasuki mobilnya. Ia memutuskan untuk menemui kakaknya Nia Fatmala.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
☘👑ᴛͪᴀͦᴜᷤғͭɪͤᴋᷝ ʜɪᴅᴀʏᴀᴛ A͜͡ⁿᵘ
jeng..jeng.. masuk. mode etmotsi..😎😎
2022-04-19
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya
2022-03-07
1
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
up
2022-03-06
1