Dika masih tak percaya dengan apa yang ia lihat malam itu. Ia memutuskan untuk menemui Tomy untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.
"Tok... tok..! Maaf pak, ada pak Dika ingin bertemu?"
Kata Romi yang merupakan asisten Tomy.
"Suruh masuk?!"
"Baik pak, silahkan masuk pak..."
Dika pun masuk setelah dipersilahkan, dan langsung duduk di sofa ruang kerja itu.
Tomy hanya melirik sekilas lalu tetap membaca berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya.
"Apa kabar kak Nia bang?"
Dika membuka obrolan.
"Kenapa kau tidak datang sendiri melihatnya ?"
Jawab Tomy tanpa melihat ke arah Dika.
"Abang tahu aku selalu sibuk"
"Bermain-main?"
"Tapi aku tetap profesional bang"
Dika mencoba membela diri.
"Benarkah?"
"Abang akhir-akhir ini yang terlihat santai rupanya?!"
Dika mulai mengalihkan obrolan.
Tomy melirik ke arah Dika sesaat, lalu melanjutkan lagi pekerjaannya.
"Aku lihat abang di sebuah kafe malam?! Dengan seorang perempuan..."
Dika mulai melancarkan serangan pertanyaan.
Tomy menghentikan pekerjaannya, meletakkan berkas-berkas dan tersandar di kursinya sambil menatap Dika serius.
"Abang udah nggak mencintai kak Nia lagi rupanya?"
Sindir Dika kepada Tomy.
"Apa pergi ke kafe malam harus meletakkan cinta disana?"
Jleb, pertanyaan Dika malah menjadi bumerang untuk dirinya.
"Itu... tidak perlu"
Jawab Dika namun tidak berani bertatapan mata dengan Tomy.
"Benarkah?"
Tanya Tomy dengan tatapan serius.
"Untuk apa abang ke sana? Setahuku abang paling tidak mau menginjakan kaki keempat seperti itu?!"
"Begitu ya? Bagaimana denganmu? Apa yang menarik disana hingga kau pergi berulang-ulang? Apa lagi wanita malam bukanlah mainanan mu?!"
Dika sedikit terkejut atas pertanyaan Tomy.
"Abang menyelidiki aku?!"
"Aku menyelidiki kemana dana cadangan perusahaan mengalir"
Jelas Tomy tegas.
"Hah...?! Hahahaha... begitu rupanya"
Wandi bodoh!! Kenapa pakai uang perusahaan sih?!! Gue nyuruh make uang pribadi malah dana perusahaan di embat?! Kampret!!
Kali ini Dika mati kutu, ia tidak dapat mengelak kesalahan yang dia buat. Ia pun mulai berpikir untuk menenangkan singa yang baru bangun itu.
"Potong saja gajiku bang, buat balikin dana itu?"
"Sudah ku perintahkan untuk 6 bulan kedepan"
Wajah Dika mendadak pucat. Ia tak mengira Tomy akan bertindak secepat itu.
"Sisa berapa bang?"
"Kau bisa lihat mulai awal bulan nanti?!"
Apes gue...
"Pergilah temui kakakmu, mungkin dia rindu dengan play boy tengil sepertimu?!"
Tomy mulai membaca lagi berkas-berkas yang masih menumpuk di mejanya.
"Lalu abang dengan bebasnya menemui wanita itu?!"
Kembali Tomy menatap tajam Dika setelah mendengar ucapan pemuda itu.
"Apa dia wanitamu?"
"Bagaimana jika kak Nia tahu?!
"Kau mengancam?"
"Abang seperti bukan orang yang aku kenal. Setahuku abang paling setia dengan kak Nia"
"Itu masih"
"Dengan bermain perempuan, setia macam apa itu bang?"
"Kau jangan pedulikan urusanku?!"
"Kak Nia kakak kandungku, bagaimana aku diam saja melihat suaminya main perempuan?!"
"Sudah cukup kau keluarlah...?!"
"Abang egois, aku pasti memberitahu kak Nia?!"
"Dengan kondisinya yang seperti itu, apa kau ingin menambah beban hidupnya?!"
Dika terdiam, tangannya terkepal menahan amarah di dalam dirinya.
"Lalu apa dengan kelakuan abang yang seperti itu abang ingin membahagiakan kakakku?!"
Dika menatap tajam ke arah Tomy.
"Pergilah... dan jangan temui lagi wanita itu?!"
Ujar Tomy membalas tatapan Dika.
Dengan amarah menumpuk di dada, Dika meninggalkan ruangan kerja itu. Tomy menghela napas setelah kepergian Dika. Ia melepaskan berkas-berkas di tangannya, dan merenung dengan kedua tangan saling menggenggam sambil menopang dagunya.
Beberapa menit kemudian Romi masuk keruangan dan mengabarkan kalau Dika tidak kembali keruangan kerjanya. Mendengar hal itu Tomy yakin, jika Dika sedang marah besar terhadapnya.
*****
Dika keluar dari kantor abang iparnya dengan langkah cepat tanpa menoleh sedikit pun. Terlihat pemuda itu sangat marah hingga tidak ada karyawan yang berani menyapanya saat berpaspsan dengannya.
Mobil melaju di jalan ramai di siang itu, pemuda itu memilih mendatangi Umar sahabatnya. Baru kali ini Dika mangkir dari pekerjaannya, pikirannya kacau setelah perdebatan panjang yang ia lakukan dengan Tomy.
Umar yang melihat Dika sangat suntuk mencoba menghibur sahabatnya itu.
"Lagi bahagia bener kayaknya?"
Dika menoleh kesal pada Umar yang mulai mencoba bercanda dengannya.
"Bang Tomy...,dia berubah"
Kata Dika yang menampakkan kekecewaannya.
"Berubah bagaimana? Jadi power rangers gitu?!"
"Ck..., gue santet lu ya?!"
"Maaf bang, bercanda..."
"Bang Tomy mulai mengenal wanita malam..."
"Astagfirullah...."
Umar mengelus dada. Pemuda itu tahu Dika pasti terkejut sama halnya dengan dirinya. Tomy adalah panutan bagi Dika. Sosok pria yang sangat tegas dan berwibawa menggantikan sosok ayah yang lebih dulu meninggalkannya.
"Bijimane ceritanya?"
Dika pun mulai bercerita bagaimana ia bertemu Tomy di kafe itu dan perdebatan pertamanya dengan Tomy selama hidupnya.
"Wanita itu lagi...wanita itu lagi. Lu tahu nggak berapa banyak bapak-bapak disini kehilangan uang rokoknya? Ya karena wanita itu. Gue paling sering dengerin keluh kesah mereka, udah gaji penghasilan semua di ambil, uang rokok pun nggak ada. itu tuh, akibat mata suka lihatin wanita itu kalau lewat. Miris..."
"Jangan salahin dia mulu, dia juga nggak mau sebenarnya kerja begituan"
"Udah bro... insaf, bilang ama babang lu insaf juga. Kalian ini nggak mikirin dosa apa?"
"Kayak lu nggak pernah buat dosa aja?!"
"Gue juga punya dosa, tapi mungkin nggak sebanyak lu?! Gue masih inget ma yang di atas men, lu juga mesti inget...,lu kira surga ada orang dalemnya apa?!"
"Ck...!"
"Cak cek cak cek... dah kayak cicak lu?!"
Sesaat Umar dan Dika terdiam, beberapa pelajar SMA lewat sambil berbisik dan tersenyum menggoda ke arah Dika.
"Astagfirullah... merah amat tu bibir neng, mau sekolah apa mau nyari laki lu?!"
"Ih abang, sewot aja. Suka-suka gue dong?!"
"Ya elah..."
"Titip ya bang...?!"
"Titip apaan?"
"Titip calon masa depan gue disamping abang..."
"Asem...?!"
Umar menggerutu mendengar ucapan gadis-gadis itu.
"Dah ah..., gue cabut dulu?!"
Ujar Dika langsung berdiri dan melangkahkan kaki.
"Kemana? Udahan curhatnya?"
Dika hanya melambaikan tangan menjawab pertanyaan Umar. Ia pun menghampiri mobilnya dan segera melaju menembus jalan ibu kota. Dalam perjalanannya Dika di telpon oleh Cindy.
"Halo?"
"Dika dimana kamu? Aku ke kantor kamu nggak ada"
"Gue lagi diluar, kamu dimana?"
"Aku di apartemen"
"Ya udah gue kesana?!"
"Kamu kesini yang bener?"
"Iya..."
"Yes, aku tunggu ya sayang... mmmuuach"
Dika lalu memutar mobilnya menuju apartemen Cindy. Cindy adalah seorang model majalah dewasa yang sangat tergila-gila pada Dika. Mereka telah mengenal satu sama lain selama setahun ini. Beberapa produk otomotif memakai Cindy sebagai modelnya. Dari situ lah mereka mulai mengenal satu sama lain.
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
☘👑ᴛͪᴀͦᴜᷤғͭɪͤᴋᷝ ʜɪᴅᴀʏᴀᴛ A͜͡ⁿᵘ
hah.. baguslah Humaira gak suka sama Dika.. ternyata cowok gak bener juga..🤧🤧
2022-04-19
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu
2022-03-07
1
Orange cubby
lanjut
2022-03-01
1