Tangan Humaira di cengkeram kuat, ia ditarik paksa dengan kasar oleh lelaki paruh baya itu. Humaira yang bertahan dengan berpegangan pada meja minibar nyaris jatuh jika saja pria mapan yang sedang duduk diam itu tidak segera menahan dirinya.
"Jangan ikut campur!!"
Teriak lelaki paruh baya yang melihat pria itu berusaha menolong Humaira.
"BUGH..."
"Aaaagh..."
Lelaki paruh baya jatuh tersungkur setelah mendapat bogem mentah dari pria itu. Tubuhnya yang tegap dan gagah bukanlah tandingannya yang bertubuh gendut. Tetapi, dengan sifatnya yang pemarah, lelaki paruh baya itu tidak menyerah dan mencoba melancarkan tinjunya ke arah wajah pria itu.
Dengan sigap pria gagah itu menghindar sambil memeluk tubuh Humaira agar tidak terkena serangan itu. Setelah merasa wanita yang di tolongnya dirasa aman, baru lah ia memberi pelajaran pada lelaki itu.
Beberapa kali ia berhasil melayangkan tinjunya ke wajah lelaki itu, hingga lelaki itu tak bertenaga lagi untuk melawan balik dirinya.
Dua penjaga menyeret lelaki paruh baya itu keluar dari kafe atas perintah sang mami.
"Terima kasih tuan..."
Ucap mami dengan rasa hormat.
Pria itu hanya mengangguk, kemudian mengeluarkan sejumlah uang dan meletakkannya di atas meja minibar.
"Ini biaya minumku, sisanya reparasi..."
Pria itu lalu pergi setelah membuat Humaira tercengang tanpa sempat mengucapkan terima kasih.
Beberapa pelayan segera membereskan kursi yang hancur dan patah. Lantunan musik di putar kembali, kafe pun beraktivitas seperti sedia kala.
Humaira terduduk lemas diruangan sang mami di ikuti beberapa wanita malam lainnya. Ia tak menyangka malam ini nasibnya tertolong oleh pria tak di kenal. Humaira berjanji dalam hatinya untuk mengucap terima kasih bila bertemu lagi dengan pria itu.
"Kak Jane, pelang**n setiamu datang lagi".
Humaira melihat ke arah sang mami begitu pun sebaliknya. Mereka saling tanya lewat tatapan mata, siapa kira-kira orang yang di katakan oleh Ruby.
Humaira mendekati jendela kaca dan melihat ke lantai bawah. Disana terlihat Dika sedang duduk manis sambil menikmati pemandangan yang ada.
"Katakan malam ini aku tidak menerima tamu.."
Kata Humaira pada Ruby
"Jane...?!"
Sang mami menegur Humaira karena menolak melakukan pekerjaannya.
"Pemuda itu mendatangi kontrakanku mam..."
"Apa?! Dari mana dia tahu?"
"Entah lah... aku rasa dia menggali informasi tentangku"
Mami tertegun sesaat setelah mendengar ucapan Humaira. Ia teringat beberapa minggu yang lalu seorang pemuda yang menanyakan informasi tentang Humaira. Dalam hati kecilnya, ia sedikit merasa bersalah pada Humaira. Namun ia melakukan itu untuk meringankan beban Humaira mengisi tabungannya.
"Mungkin dia jatuh cinta padamu"
"Cinta? Heh...! Mami suruh aku percaya sama cinta?"
"Kenapa? Nggak semua cinta itu menyakitkan Jane"
Humaira hanya diam, wanita itu tidak ingin berdebat dengan sang mami. Namun yang pasti, di hatinya tidak ada lagi yang namanya cinta.
Melihat reaksi Humaira yang tak bergeming, sang mami pun memberikan kode dengan tangannya agar Ruby mengatakan apa yang Humaira katakan.
Ruby lalu segera turun kelantai bawah menghampiri Dika, ia pun menyampaikan pesan Humaira pada pemuda itu.
Dika merasa kecewa, namun pemuda itu tidak beranjak dari duduknya.
Apa dia nggak mau nemuin gue karena hal kemarin ya? (batin Dika)
"Katakan padanya aku tidak minta tidur. Layani aku disini"
Dika meminta Ruby menyampaikan pesannya.
Ruby lalu kembali menemui Humaira di lantai atas dan menyampaikan pesan Dika. Mau tidak mau Humaira tidak bisa menolak kali ini.
"Selamat malam tuan..."
Sapa Humaira ramah dengan senyum menggoda.
Deg, jantung Dika berdebar. Perasaan kecewanya langsung hilang seketika setelah Humaira datang kepadanya.
Mereka pun mengobrol santai seolah-olah tidak ada yang terjadi. Humaira begitu pandai menyimpan perasaannya hingga Dika pun tak mengetahui wanita sedang senang, sedih, atau kecewa.
*****
Beberapa hari pun berlalu, lalu di suatu hari di minggu siang yang cerah. Humaira memutuskan untuk berbelanja pakaian mengingat dirinya harus selalu tampil mempesona di setiap pekerjaannya.
Humaira membeli beberapa pakaian untuk Danu dan juga Umi. Namun untuk dirinya, ia belum juga menemukan yang sesuai dengan seleranya. Beberapa butik pakaian ia datangi untuk mendapatkan baju yang bagus yang ia inginkan.
Sebuah cardigan menarik perhatiannya. Saat ia mencoba menyentuh bahannya, tangannya tanpa sengaja bersentuhan dengan tangan seorang pria yang juga ingin menyentuh bahan cardigan itu. Humaira melihat ke arah pemilik tangan itu.
"Tuan...?!"
Humaira sangat mengingat jelas siapa lelaki yang ada di hadapannya itu.
Akhirnya aku menemukan pria ini.
"Maaf, dan silahkan jika kamu mau membelinya"
"Terima kasih tuan, nggak...terima kasihnya bukan buat cardigannya tapi buat pertolongannya waktu itu. Aku belum sempat bilang makasih, jadi terima kasih tuan"
Humaira cukup gugup berbicara dengan lelaki itu. Tubuhnya yang atletis tinggi dan besar terlihat gagah dengan balutan setelan jas yang ia kenakan.
Sepertinya dia bukan pria hidung belang dari sikapnya. Yah... tapi penampilan bisa saja menipu.
"Maaf jika aku kurang sopan, tapi apa tuan ada waktu. Aku ingin membalas kebaikan tuan dengan mentraktir makan siang"
Ajak Humaira penuh harap.
Lelaki itu melihat arlojinya.
"Baiklah... masih ada waktu 1 jam sebelum aku kembali ke kantor"
Humaira pun mengangguk senang. 1 jam ia rasa sudah lebih dari cukup waktu yang diberikan untuk mereka bisa makan siang bersama.
Wanita itu memilih salah satu stand makanan yang berada di area itu.
"Sudah lama kau bekerja disana?"
Pria itu membuka obrolan.
Aku nggak suka ini.
"Biasanya aku nggak berbagi informasi pada tamuku"
"Aku bukan tamumu..."
Aah...benar juga.
"Karena itu lah tuan..., karena tuan bukan dan aku juga berhutang budi maka aku akan menjawabnya. 2 tahun lebih aku bekerja disana. Seperti malam itu tuan baru pertama kali datang kesana?"
Humaira balik bertanya.
"Benar, malam itu aku sedang mencari seseorang disana"
"Siapa? Perlu aku bantu tuan, mungkin saja aku kenal"
"Tidak usah... sudah tidak penting lagi"
"Baiklah..."
Mereka pun melanjutkan makan siang mereka hingga selesai tanpa berbicara lagi. Suasana yang sunyi itu cukup membuat canggung bagi Humaira yang sudah biasa menghadapi pria yang banyak bicara dan memuji kecantikannya.
Lelaki itu kemudian pamit meninggalkan Humaira. Sikapnya yang pendiam membuat Humaira sedikit segan terhadap lelaki itu.
"Terima kasih untuk makan siangnya"
Pria itu pun berlalu setelah mengucapkan kata terima kasih.
"Sama-sama tuan..."
Humaira tersenyum ramah melepas kepergian pria itu.
Kenapa rasanya ada yang terlewat ya?
Humaira terlihat bingung sambil berpikir...
Oh.. nama?! Aku lupa tanya namanya...
"Ya sudah lah...,toh aku sudah berterima kasih"
Gumam Humaira pelan.
Wanita itu pun memesan driver dari aplikasi smartphonenya. Ia ingin segera kembali ke rumah bertemu Danu sang buah hatinya.
Notes : Yang penasaran ma Dika di bawah ini ada visual buat nambah-nambahin imajinasi. Kira-kira seperti itu ya bayangan Dika😁
Readers : Kok ga keliatan wajahnya?
Netizen : Apaan yang mau di bayangin mukanya ga kliatan🙄
Othor : karena Dika ga pake masker jadi di cut dikit mukanya, corona... corona... 😅
✨Beri dukungan untuk aku dong😘
* Like 👍
* Komen
* favorit ❤️
*Rate⭐⭐⭐⭐⭐
*Hadiah
*Vote, Terima kasih 🤗
✨Baca juga Dream Destiny, bagi yang suka kisah romansa istana 😂.
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
☘👑ᴛͪᴀͦᴜᷤғͭɪͤᴋᷝ ʜɪᴅᴀʏᴀᴛ A͜͡ⁿᵘ
hmmm lanjut thor..
2022-04-19
1
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
cinta itu gak enak, pait..hmt
2022-03-06
2
Orange cubby
next up
2022-03-01
1