bab 18

Mirna jatuh tersungkur mendapat pukulan dari Jono. Niat Jono yang ingin memberi pelajaran pada Wildan nampaknya salah sasaran. Entah apa yang membuat Mirna begitu berani memasang badan untuk melindungi Wildan. Dua pria yang tengah bersitegang sama-sama terkejutnya.

Wildan yang melihat Mirna tersungkur semakin tersulut emosi, ia memberikan hantaman berkali-kali pada wajah Jono. Jono tak dapat mengelak, serangan yang ia terima bertubi-tubi membuat wajahnya babak belur. Ia memutuskan untuk pulang setelah dirasa tak bisa membalas pukulan Wildan. Ia lari tunggang langgang menuju motornya dan pergi dari sana.

"Urusan kita belum selesai bangsat." Teriak Wildan

Sementara Ayu yang masih terkunci meronta ronta ingin di bukakan pintu. Wildan segera membuka pintunya dan duduk disebelah Mirna. Ia tak sadarkan diri dengan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Astaga mas, Mirna kenapa?" Tanya Ayu menghambur ke arah Mirna

"Kunci kamar Mirna mana sih, dari tadi aku cari nggak ada." Tanya Wildan seraya mengaduk aduk tas Mirna. Ia tak menghiraukan pertanyaan Ayu.

Ayu menengok ke arah pintu.

"Udah nancep di pintu mas, ayo buruan bawa masuk. Aku siapin air hangat buat kompres." Ucap Ayu membuka pintu dan berjalan menuju dapur.

Tanpa pikir panjang Wildan langsung saja menggotongnya dan meletakkan Mirna di atas kasur. Ia menatap Mirna yang tak sadarkan diri. Ia mengamati setiap inci wajahnya. Kenapa ia berbuat senekat ini, pikir pria itu seraya membersihkan sudut bibir Mirna yang berdarah. Pukulan tangan Jono membuat sudut bibir wanita itu lebam dan membiru. Wildan merapatkan rahangnya kuat seraya tangan yang mengepal.

"Mas." Ucap Mirna lirih

Belum sempat Wildan berucap Ayu datang dengan baskom berisi air hangat dan juga waslap. Mirna bangkit dan berusaha duduk, ia merasakan nyeri di sudut bibirnya dan sedikit pusing lantaran terbentur lantai.

"Biar aku aja yang kompres." Ucap Wildan mengambil baskom ditangan Ayu

Wildan mengompres bibir Mirna dengan pelan, nampak Mirna yang meringis menahan sakit.

"Sakit ya? Kenapa kamu lakuin ini mir. Seharusnya aku yang mendapat tinjuan dari Jono. Tolong lain kali jangan begini." Ucap Wildan sendu

"Nggak apa-apa mas. Aku nggak mau ada orang yang luka gara-gara belain aku." Jawab Mirna

"Ada yang bisa cerita ke aku kronologinya, kenapa Mirna bisa luka?" Sela Ayu yang penasaran

"Cerita dulu dari awal kedatangan adonan tepung, gimana juga ceritanya kamu bisa ke kunci dari luar?" Tanya Wildan

Ayu menceritakan kronologis kejadian dari awal hingga ia dikunci oleh teman Jono. Wildan menampakkan wajah yang tak bisa tertebak. Namun dari sorot matanya sangat nampak jika ia geram dengan tingkah Jono.

"Gantian mas, gimana ini Mirna bisa luka." Tanya Ayu setelah bercerita

"Gara-gara kamu gedor pintu dan teriak-teriak fokus aku jadi terbelah. Jono niatnya mau mukul aku tapi Mirna malah maju dan berdiri depan aku." Jawab Wildan lalu beralih menatap Mirna, "please jangan ulangi lagi. Jangan membiarkan dirimu terluka karena aku." Ucap Wildan menggenggam tangan Mirna.

Untuk sesaat mereka semua diam. Mereka tengah mencerna rasa apa yang mereka miliki, kenyamanannya yang diberikan oleh satu sama lain membuat keduanya berharap lebih.