bab 16

Pukul 8 malam, Mirna dan ayu sudah berada di panggung kecil yang bersebalahan dengan pelaminan. Nampak kedua pasangan yang serasi duduk santai di sana. Ponsel Mirna terus menerus berdering saat Mirna tengah bernyanyi. Ayu yang duduk disebelah kursi Mirna sontak saja mengambil ponsel yang berada dalam tas wanita itu. Ayu berniat akan mengaktifkan mode silent urung melihat nama yang tertera di layar ponsel Mirna.

"Mas Wildan." Gumam Ayu. "Kasih tahu aja kali ya kalo Mirna lagi manggung." Ayu menggeser tombol untuk menerima panggilan telepon.

"Halo mas ini Ayu." Teriaknya.

Diseberang sana Wildan menjauhkan ponselnya dari telinga, nyatanya suara ayu dan suara musik sama-sama mengagetkannya.

"Dimana sih, berisik banget." Protes Wildan dengan suara lantang pula

"Kita lagi manggung mas, di acara kawinan orang. Udah ya, Mirna lagi nyanyi."

"Eh tunggu jangan ditutup dulu. Manggung dimana?"

"Di kawinan orang. Mas tenang aja, Mirna pulang pergi bareng aku sama mas bam. Jadi dia aman, ntar jam 11 kita udah pulang." Ucap Ayu menutup panggilan dan menyetel mode silent di ponsel Mirna.

Wildan kesal lantaran Ayu menutup panggilan begitu saja, padahal ia belum selesai bicara. Ingin sekali Wildan menyusul Mirna namun ia tak tahu dimana wanita itu manggung. Ia melirik jam di dinding, masih jam 8 lebih, pikirnya. Wildan berniat akan ke kos Mirna saat ia pulang nanti. Sambil menunggu jam Mirna pulang Wildan memutuskannya untuk menghubungi Lena. Menerornya kembali melalui ponsel.

Tak lama kemudian terdengar bunyi sambungan dari seberang sana. Tak membutuhkan waktu lama, Lena sudah menerima panggilan tersebut.

"Hai wanita pembunuh, aku datang lagi." Ucap Wildan dengan cekikikan di akhir kalimat.

"Kau pasti bohong, kau bukan Davin. Siapa kau, jangan menakuti ku atau kau ku laporkan ke polisi." Ucap Lena memberanikan diri dengan suara bergetar menahan takut

"Hahahaha. Laporkan saja, aku tidak takut. Justru kau yang akan mendekam di penjara, akan aku pastikan kau dipenjarakan seumur hidup. Kau tunggu saja." Ucap Wildan lalu tertawa lagi dan menutup sambungan telepon.

Seperti biasa, setelah melakukan aksi teror telepon Wildan akan mematahkan perdananya untuk meninggalkan jejak agar tak bisa dilacak oleh siapapun.

Sementara Lena sudah melempar ponselnya yang entah berapa kali sudah ia lempar hingga menimbulkan retak di layar. Ia kembali menangis sesenggukan, tidak ada siapapun di rumah, Radit tengah berada di cafe sedangkan anak kembar Radit sudah tertidur pulas di kamar mereka. Lena menekuk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya diantara dua lututnya dengan pundak bergetar.

*

Pukul 21.30

"Mir hp kamu tadi aku silent, soalnya mas mu nelpon terus, berisik." Ucap Ayu di dalam mobil yang tengah melaju menuju jalan pulang

"Iya nggak apa-apa yu." Jawab Mirna seraya mengotak atik ponselnya, dan benar saja terdapat banyak notif panggilan tak terjawab dan juga puluhan pesan dari orang yang sama. Mirna membuka pesan tersebut dan membacanya satu persatu

Mir lagi di kos nggak?

Mir aku kesana ya

Mir lagi sibuk ya

Mirna

Kemana sih kok nggak dibales, telepon aku juga di anggurin

Mir aku panggil sayang nih kalau nggak di bales juga

Sayang

Itulah sederet pesan yang dikirim oleh Wildan. Mirna menyungging senyum membaca pesan Wildan yang terakhir.

"Cie cie yang baca pesan dari kesayangan." Goda Ayu

"Apaan sih yu." Ucap Mirna tersipu

"Kamu hebat mir kalau bisa dapetin pak Wildan." Timpal Bambang yang fokus dengan jalanan

"Kok bisa?" Tanya Ayu

"Iya lah. Setahu aku nih ya, pak Wildan itu gagal move on dari cinta pertamanya di jaman kuliah. Bahkan alasan pak Wildan ke luar negeri juga bukan hanya karena melanjutkannya pendidikan tapi pengen ngelupain masa lalunya yang tertinggal disini." Ucap Bambang

"Wah hebat bener itu cinta pertama mas Wildan sampai nggak bisa lupain." Ayu menanggapi

Mirna hanya diam

"Kata orang kantor juga banyak perempuan yang deketin pak Wildan. Tapi sampai sekarang belum bisa ada yang bisa ambil hatinya. Kayaknya Mirna deh yang udah buat pak Wildan senyum-senyum sendiri tadi pagi." Ucap Bambang melirik spion yang berada di dalam mobil

"Ha masak?" Tanya Ayu terperanjat

Mirna yang tadinya masih sibuk ketik hapus ketik hapus untuk membalas pesan Wildan mendongakkan kepalanya mendengarkan ucapan Bambang. Dan sialnya balasan pesan untuk Wildan tak sengaja terpencet tombol kirim.

Iya sayang

Itulah balasan pesan yang belum terhapus malah terkirim dan Wildan telah membuka pesan tersebut. Mampus, batin Mirna menepuk keningnya.

"Emang kamu apain mas Wildan mir?" Tanya Ayu menoleh ke belakang

"Ha? Nggak ngapa-ngapain. Mau ngapain juga sih yu." Kilah Mirna salah tingkah.

Mirna kembali fokus ke ponselnya ketika mendengar nada dering pesan. Wajahnya tiba-tiba bersemu merah dan bibirnya menyunggingkan senyum kembali.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!