Mirna dan Wildan sampai di kos ketika jam menunjukkan di angka 10. Sejak pulang dari rumah makan tadi wajah Mirna berubah menjadi murung.
"Makasih ya mas makannya." Ucap Mirna dengan senyum yang di paksa
Wildan yang baru mengenal Mirna tak mau banyak tanya, meskipun dalam hati ia sangat ingin menanyakan sesuatu. Ia tak mau diawal pengenalannya ini Wildan di cap mencampuri urusan Mirna terlalu jauh.
"Iya sama-sama. Kalau gitu kamu istirahat, aku juga mau pulang udah malem. Kamu jangan sungkan kalau mau cerita, cerita aja. Kapanpun aku siap denger cerita kamu." Ucap Wildan mulai menyalakan motornya.
Mirna hanya mengangguk. Ia masuk kamar setelah punggung Wildan benar-benar tak terlihat. Mirna merobohkan tubuhnya di atas kasur. Ia memeluk guling dan tiba-tiba air matanya menetes mengingat Jono dengan wanita tadi.
Seharian ini Jono sama sekali tak menghubunginya. Ini bukan yang pertama, sudah beberapa kali Jono menghilang bagai ditelan bumi. Bukan...bukan, Jono menghilang lantaran di telan oleh cabe-cabean yang bersamanya tadi. Sekarang ia tahu alasan Jono berubah sikap.
Mirna sudah lelah dengan jalan hidupnya yang selalu disakiti oleh pria, entah Mirna yang bodoh atau memang semua laki-laki tidak bisa setia dengan satu wanita.
**
Wildan merenggangkan otot tubuhnya ketika matahari pagi menyeruak masuk melalui celah-celah gorden. Ia mengambil ponsel di meja dekat ranjang, nampak banyak notif pesan. Ia menggulir pesan tersebut mencari pesan mana yang lebih penting. Jarinya terhenti ketika tertera nama 'arya', seorang pria yang ia suruh untuk mengirim paket ke rumah Lena. Ia mengirim video beberapa menit yang lalu.
Di video tersebut nampak Lena yang membuka pintu sedetik kemudian ia terkejut lantaran ada sekotak paket yang besar teronggok di depan pintu utama. Ia membuka kotak itu dan langsung melemparnya. Lena melihat sekeliling dengan nafas yang memburu dan wajah takut yang tak bisa ia sembunyikan. Dengan secepat kilat ia kembali masuk dalam rumah dan menutup pintunya kembali.
Wildan kembali melanjutkan aksinya untuk membantu Lena benar-benar dihantui rasa bersalah, semangatnya masih menggebu untuk membuat Lena hidup dalam penyesalan.
Wildan menyuruh seseorang untuk meletakkan foto Lena dengan bersimbah darah dengan mobil di dekatnya. Wildan sengaja membuat itu untuk membuat Lena takut keluar rumah. Dengan melihat foto itu pasti Lena berpikir ia akan dilenyapkan oleh seseorang dengan menabraknya. Otak licik Wildan memang the best, ia patut diberi penghargaan untuk itu.
"Tetap pantau pasangan suami istri itu." Ketik Wildan di ponselnya lalu menekan tombol kirim.
*
Sementara itu, korban Wildan masih menangis sesenggukan di pelukan suaminya.
"Mas aku takut mas. Kamu jangan kemana-mana, aku mohon. Aku takut dia datang kesini." Ucap Lena ditengah tangisnya.
Radit sudah geram dengan rentetan kejadian akhir-akhir ini. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan Lena dan juga waspada tentunya. Ingin rasanya ia membayar orang untuk melakukan penyelidikan siapa yang melakukan ini, namun usahanya yang masih dalam tahap berkembang membuat ia urung melakukan itu. Untuk mencari tahu sendiri? Ia tak punya waktu, ia harus mengurus Lena yang nampaknya sudah mulai terlihat ciri-ciri depresi, ia sering berhalusinasi melihat Davin di setiap sudut rumahnya. Davin dan Bu Estu yang terus datang di mimpinya. Belum lagi cafe yang baru ia rintis tak mungkin ia biarkan begitu saja.
"Suruh dia pergi mas, suruh pergi. Pria itu sudah mati kenapa dia disini terus mas. Aku mohon usir dia mas. Aku takut." Ucap lena yang mulai berhalusinasi lagi.
Radit mulai kepikiran untuk membawa Lena ke rehabilitasi jiwa. Ia harus segera membawa Lena kesana jika ia ingin istrinya tetap waras. Apalagi Lena sekarang tengah hamil, ia tak mau terjadi apa-apa dengan keduanya.
"Udah..udah ada aku. Dia nggak akan berani nyentuh kamu. Ke kamar aja istirahat." Ucap Radit menuntun istrinya ke kamar.
Seperti Wildan yang melakukan pengintaian pada Lena dan suaminya, ternyata tanpa ia sadari dirinya juga menjadi korban pengintaian. Vania, setelah pertemuannya kemarin di restoran membuat gadis itu ingin tahu siapa yang membuat belahan jiwanya berubah. Ia menerima keputusan Wildan untuk menganggapnya sebagai adik rupanya ada maksud terselubung.
Vania mengirim seseorang untuk mengikuti Wildan diluar jam kerjanya. Kini gadis itu tengah memandangi ponselnya dengan wajah datarnya. Ia tengah mengamati foto yang dikirim oleh orang suruhannya, nampak di foto tersebut Wildan bersama dua orang wanita tengah duduk di teras.
"Siapa diantara mereka yang berusaha merebut Wildan ku ya?" Ucap Vania seraya mengamati foto tersebut. "Tidak apa, cepat atau lambat pasti aku akan memberikan pelajaran pada salah satu diantara mereka. Untuk saat ini, lebih baik aku bersikap biasa saja. Ini demi hubungan ku sama Wildan." Ucap Vania lagi meletakkan ponselnya.
Sementara di tempat lain nampak Jono dan Mirna tengah adu mulut di halaman kos. Ayu yang tak tahu apa-apa hanya menonton mereka secara langsung yang nampaknya tidak ada yang mau mengalah.
"Apa? Kamu mau alasan apalagi? Aku sudah tahu semuanya Jono. Kita masih pacaran aja kamu sudah main wanita, apalagi nanti kalau sudah menikah?" Ucap Mirna dengan emosi yang menggebu.
"Main wanita apa sih mir, kamu dari tadi ngomong itu terus. Aku nggak ada pacar selain kamu." Kilah jono
"Terus siapa wanita yang bergelayut manja di lengan kamu semalam? Ha siapa? Di rumah makan lesehan. Siapa? Jawab aku?" Teriak Mirna dengan bibir bergetar.
Joni hanya diam. Sial, dari mana Mirna tahu kalau ada wanita yang bergelantungan di lengan aku, batin Jono mengusap kasar wajahnya.
"Nggak bisa jawab kan? Sudahlah Jon, sudah seharusnya aku dari dulu mutusin kamu." Ucap Mirna berniat pergi namun tangannya dicekal oleh Jono.
"Aku bisa jelasin mir, aku mohon dengerin dulu." Pinta Jono
"Lepasin nggak." Teriak Mirna
"Ya kamu dengerin aku dulu Mirna." Ucap Jono tak kalah keras.
Ayu yang sejak tadi menjadi penonton turun tangan setelah Jono membentak Mirna. Ia tak terima jika sahabatnya itu diperlukan begitu.
"Heh botol kecap. Kalau lo salah, ngomongnya yang baik jangan ngegas apalagi bentak. Yang ada lo nggak dapat maaf malah dapat penyesalan." Ucap Ayu menengahi seraya melepas cekalan tangan Jono.
"Lo nggak usah ikut campur yu. Ini urusan gue sama Mirna. Mending lo cabut deh." Ucap Jono memperingatkan
"Sorry ya jon. Peringatan lo nggak akan buat gue pergi dari sini. Mirna udah gue anggap adik gue. Daripada debat sama gue buruan jelasin ke Mirna. Siapa cewek yang bergelantungan di lengan lo. Mungkin udah bergelantungan di bagian tubuh lo yang lain juga." Ucap Ayu tanpa rasa takut lalu duduk di teras sedikit menjauh dari mereka.
Mirna masih diam dengan menahan tangisnya. Ia bertekad tak akan menangis kali ini.
"Mir, dia bukan siapa siapaku. Dia yang ngejar-ngejar aku. Dia..."
"Kamu mau berasalan kamu nggak suka dia begitu?" Potong Mirna
Jono mengangguk.
"Kamu nggak suka dia, tapi kamu ajak dia ke tempat yang kamu sendiri nggak pernah ngajak aku. Kamu ketawa-ketawa sama dia mesra sama dia. Kamu bilang nggak suka? Kamu bilang dia yang ngejar kamu. Aku nggak buta Jono."
"Mir kamu salah..."
"Ya aku salah. Aku udah salah percaya sama orang bejat kayak kamu." Lagi-lagi Mirna memotong ucapan Jono.
Jono merasa tak bisa lagi mengendalikan emosinya. Ia merasa Mirna terlalu berani padanya. Harga dirinya sebagai lelaki diporakporandakan oleh wanita di depannya.
"Terus kamu mau apa?" Tanya Jono dengan nada menantang
"Putus." Jawab Mirna tegas singkat dan menyakitkan
"Nggak akan. Aku nggak akan mengabulkan permintaan mu itu. Aku nggak akan pernah mutusin hubungan kita sebelum aku bisa menikmati tubuhmu." Ucap Jono dengan lantang sehingga mengundang perhatian orang yang kebetulan lewat di depan kos itu.
"Dasar wanita murahan." Ucap seorang ibu-ibu yang mendengar ucapan Jono.
"Kamu dengar kan. Tanpa kamu menjaga kesucianmu pun kamu sudah dianggap murahan oleh banyak orang. Jangan sok suci Mirna. Sebaik apapun kamu, kamu tetaplah wanita malam. Itulah pandangan orang tentangmu. Tidak ada orang yang mau denganmu selain aku." Ucap Jono
Ayu melangkahkan kaki hendak memberi tamparan pada laki-laki itu urung lantaran Mirna sudah melakukannya
Plak
"Aku tidak peduli orang lain berkata apa. Aku hidup bukan untuk menyenangkan hati orang lain. Aku hidup dengan caraku sendiri, aku tidak menyusahkan mereka. Dan satu lagi Jono, sampai mati pun aku tidak akan pernah membiarkanmu menyentuh ujung kulitku. Pergi sekarang atau aku akan nekat." Ancam Mirna
Jono hanya tertawa. "Kita lihat saja nanti." Ucap Jono lalu pergi dengan motornya.
Ayu berlari menghampiri Mirna setelah motor Jono tak terlihat. Ayu memeluk Mirna memberikan ketenangan, hanya itu yang bisa ia lakukan. Mirna menangis seraya memeluk Ayu dengan erat. Mereka diam ditengah halaman kos, membiarkan kesedihan Mirna tumpah ruah hingga tak ada lagi kesedihan.
"Udah Mirna. Jangan tangisi Jono. Dia nggak pantas kamu tangisi." Ucap Ayu seraya mengusap punggung Mirna.
"Aku nggak nangisin itu yu, aku hanya benci sama diriku sendiri. Kenapa aku nggak sadar kalau Jono hanya pengen nidurin aku." Jawab Mirna seraya melepas pelukan.
"Udah udah yang penting sekarang kamu udah nggak berhubungan sama dia lagi. Kita hati-hati aja mulai sekarang. Lebih baik kalau kita ada manggung kita pulang bareng aja mir. Nanti biar mas bam yang jemput kita pakai mobil." Ucap Ayu menuntun Mirna untuk duduk di teras.
"Mas bam punya mobil?"
"Punya. Tapi masih nyicil. Itu sebabnya dia belum nikahin aku. Dia mau lunasin tanggungan dulu."
Tak lama kemudian terdengar deru motor masuk halaman kos. Mereka sudah menebak siapa gerangan yang baru datang.
"Hapus air mata kama. Penghibur kamu dateng tuh." Ucap Ayu menyenggol lengan Mirna.
"Kenapa dia datang disaat yang nggak tepat. Aku lagi pengen sendiri yu." Ucap Mirna pelan
"Mau apa? Mau menikmati kesengsaraan hidup kamu. Tanpa Jono pun hidup kamu udah sengsara jangan dibuat lebih sengsara lagi mir. Udah ah. Kamu harus bahagia juga. Untuk saat ini lupakan sebentar aja itu si kampret." Ucap Ayu yang beralih menatap Wildan. "Hai ganteng, udah kecanduan kesini kayaknya." Ucap Ayu yang dijawab tawa oleh Wildan.
Wildan turun dengan kantong kresek ditangan kanannya. Ia menatap Mirna yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Syarifah
dasar emang laki2 ya. klo sudah gtu mau enaknya aja
2022-02-11
1