bab 10

Wildan duduk diapit oleh Mirna dan Ayu. Wildan merasa ditengah-tengah istri-istrinya yang akrab tinggal satu atap. Mereka ngobrol di temani oleh secangkir teh dan juga camilan.

"Suara kamu enak banget mir. Pasti banyak penggemarnya." Ucap Wildan memuji yang membuat Mirna belingsatan seketika.

"Makasih mas. Biasa aja. Namanya penyanyi dangdut ya mas tahu sendirilah penggemar yang kayak kita ini gimana. Laki-laki dari bau kencur sampai bau tanah mas penggemar kita." Jawab Mirna seraya mengunyah camilan.

Lagi-lagi Wildan kelepasan tertawa terbahak-bahak. Sudah lama sekali rasanya Wildan tak tertawa seperti ini. Tawa bahagianya sudah hilang bersama dengan cinta pertamanya. Namun setelah sekian lama tawa itu hilang, kini hadir kembali karena sosok Mirna, wanita sederhana yang kelebihan daging di depan belakang.

"Ini gitar kamu?" Tanya Wildan setelah berhasil menguasai dirinya

"Bukan, punya mas bam. Pacarnya Ayu, sebenarnya Ayu yang pinjam, tapi aku yang pakai."

"Cukup gitar aja yang kamu pinjam dan kamu pakai, mas bam jangan." Sela Ayu

Wildan hanya tertawa. Sungguh Wildan tak tahu harus merespon apa. Baru kali ini ia melihat manusia nyablak seperti mereka.

"Ada kepentingan apa mas Wildan kesini?" Tanya Mirna

"Nggak ada. Malem mingguan aja. Nggak boleh? Katanya di kos ini terima tamu 24 jam." Ucap Wildan

"Ya jarang-jarang aja orang kaya main ke kos ini. Mangkanya aku nanya. Istrinya nggak marah?" Tanya Mirna menyelidik.

Wildan hanya tertawa. "Pacar aja nggak punya apalagi istri."

Seketika wajah Mirna sumringah. Kenapa? Entahlah. Ia hanya merasa senang jika pria di sampingnya bukan milik siapapun. Wajah Ayu? Biasa saja, ia rupanya sudah tahu diri, memiliki mas bam saja sudah cukup. Cukup dia aja yang aduk-aduk maksudnya.

Tak lama kemudian terdengar deru motor yang sangat familiar bagi mereka kecuali Wildan. Ayu seketika berdiri dan melambaikan tangan ke arah pria itu. Bambang rupanya, nampaknya ia akan melakukan ritual penyemprotan lahar hangat di tempat yang sudah di sediakan oleh Ayu.

"Loh pak Wildan kok bisa ada disini?" Tanya Bambang heran

"Kalian kenal?" Tanya Ayu dan Mirna serempak

Wildan masih diam

"Lah, aku kan kerja di perusahaan pak Wildan. Bagian marketing pak." Ucap Bambang pada dua gadis di depannya dan Wildan bergantian.

Wildan masih mengernyitkan dahi. "Siapa?" Tanya Wildan tanpa dosa.

Mirna dan Ayu sekali lagi melakukan hal yang sama dan serempak, tertawa terbahak-bahak.

"Bambang pak."

"Aduh karyawan di kantor banyak, mana ingat saya satu-satu nama mereka. Ya udah silahkan duduk. Eh kamu kesini mau ngapain?" Tanya Wildan

"Saya kan pacarnya Ayu pak. Mau.. mau.." Bambang bingung cari alasan.

"Jalan mas. Ya, jalan-jalan ngukur jalan ibu kota." Jawab Ayu asal lalu beranjak masuk kamar mengambil jaketnya. "Ayo mas jalan sekarang aja, kasih mereka waktu berdua." Ucap Ayu menarik lengan Bambang

"Saya permisi dulu pak." Ucap Bambang sungkan.

Tak lama kemudian telepon Wildan berdering.

"Iya kenapa?" Tanya Wildan

"Saya sudah siapkan paketnya pak. Mau diantar kemana?" Tanya seorang pria di seberang

Merasa pembicaraan sangat rahasia, Wildan pamit untuk sedikit menjauh dari Mirna.

"Bentar." Ucap Wildan pelan pada wanita itu yang hanya dijawab anggukan.

"Nanti gue kirim alamatnya. Ingat, kirim tengah malem aja, lo harus hati-hati. Jangan sampai ada yang lihat. Awas aja kalau sampai ketahuan, gue udah siapin nisan buat lop." Ancam Wildan.

"Baik pak."

Wildan kembali duduk di dekat Mirna. Kini mereka hanya berduaan di tempat kos yang lumayan luas. Entah kemana perginya penghuni kos. Semua pintu tertutup rapat dan nampak gelap, ada beberapa yang terang namun tetap saja suasana sangat hening dan canggung.

Masih jam setengah sembilan, Wildan masih ingin disana, tak ingin pulang, masih betah duduk di samping wanita yang menonjol di depan belakang.

"Kamu nggak jalan sama pacar kamu?" Tanya Wildan memecah keheningan. Bukan itu tujuannya, ia ingin tahu seberapa jauh hubungan Mirna dan kekasihnya, apa hubungan mereka sedang baik-baik saja atau tidak? Untuk apa pula Wildan memikirkan itu, pertanyaan itu sempat muncul di kepalanya namun sedetik kemudian ia lupakan.

"Nggak mas. Emang aku jarang jalan kok sama dia. Nggak penting malam mingguan buat aku mas."

Wildan diam menatap Mirna.

"Jangan lihatin gitu mas, nanti ada yang berantakan."

"Apa?" Tanya Wildan mengernyitkan dahi

"Hati aku."

"Astaga mir. Udah mir udah. Aku capek harus ketawa terus." Ucap Wildan di tengah tawanya. "Jalan yuk." Ajak Wildan

"Kemana?" Tanya Mirna

"Makan mau? atau kamu mau kemana?"

"Ya udah aku ganti baju dulu. Mau dibawa kemana aja aku mau mas. Asal jangan ke KUA, aku belum siap." Ucap Mirna lalu berlari masuk kamar.

"Astaga. Ada ya cewek begitu." Gumam Wildan geleng kepala.

Tak lama kemudian munculah Mirna dengan kaos oblong yang dilapisi jaket dengan celana jeans yang sobek di beberapa bagian. Entah kurang bahan atau Mirna sengaja menyobeknya, hanya Mirna yang tahu. Rambutnya hitam panjang ia biarkan tergerai menutupi bagian dadanya. Nampaknya Mirna menyadari bahwa dua bola dunia miliknya terlalu besar. Hanya berpenampilan seperti itu saja sudah membuat Wildan terkesima.

"Kamu nggak ada helm?" Tanya Wildan

"Nggak ada mas. Nggak usah jauh-jauh mainnya. Mas bawa anak gadis, bahaya kalau jauh-jauh." Ucap Mirna santai

Ingin sekali Wildan tak tertawa menanggapi ucapan mirna, tapi rasanya sangat sulit melakukan itu.

"Jangan ketawa terus mas. Nggak baik buat kesehatan aku." Ucap mirna lagi.

"Udah mir cukup, simpan buat besok-besok lagi ya gombalannya."

"Emang besok-besok mas mau kesini lagi?"

"Kalau ada waktu pasti aku akan sering kesini."

Wildan sudah siap dengan motornya. Namun nampaknya Mirna kebingungan bagaimana caranya naik tanpa berpegangan pada Wildan.

"Udah naik aja. Nggak usah ragu." Ucap Wildan yang menyadari tingkah Mirna

Tangan Mirna mulai terulur di pundak Wildan dan Mirna berhasil mendaratkan bokongnya dengan mulus di motor Wildan.

Duduk sedekat itu dengan Wildan rupanya benar-benar membuat jantung Mirna makin gaduh.

"Mir pegangan." Teriak Wildan

Kegugupan yang dirasakan Mirna ternyata membuat pendengarannya juga bermasalah. Ia mendekatkan kepalanya ke kepala Wildan.

"Mas ngomong apa?"

Deg deg deg

Kali ini jantung Wildan yang berantakan. Ia merasakan sesuatu yang empuk sedang menantang punggung pria itu. Wildan mulai merasa panas dingin.

"Mas ngomong apa?" Tanya Mirna lagi.

"Kita udah sampai."

Mereka berhenti di sebuah restoran yang paling dekat dengan kos Mirna. Rumah makan berkonsep lesehan yang luas dengan beberapa hiasan di dinding dan juga bunga di berbagai sudut.

"Mau makan apa?" Tanya Wildan

"Samain kayak mas Wildan aja lah."

Tak lama kemudian Mirna melihat orang yang sangat ia kenali. Ia baru datang dengan seorang wanita cantik.

Wajah Mirna seketika berubah, ia menatap nanar pasangan mesra itu. Ia melihat Jono bersama dengan seorang wanita. Mereka terlihat begitu mesra, dengan manjanya wanita itu bergelayut di lengan Jono. Mata Mirna serasa memanas, bukan hanya matanya tapi hatinya juga. Mirna tak pernah sekalipun diajak Jono makan di tempat mewah seperti ini. Tapi lihat, kini ia dengan mudahnya mengajak wanita lain ke tempat mewah.

Tes, tanpa Mirna sadari air matanya sudah jatuh ke pipi dengan mata yang masih menatap kekasihnya bersama wanita lain.

Wildan mengikuti pandangan Mirna. Ia mengernyitkan dahinya.

"Mir." Ucap Wildan pelan

Mirna tak merespon

"Mirna." Ucap Wildan sedikit lebih keras.

Seketika Mirna gelagapan dan mengelap air matanya yang sudah terjun bebas.

"Mas manggil aku?" Tanya Mirna gugup

"Kamu kenapa? Kamu kenal sama meraka?"

"Ha? Nggak kok mas. Kenapa memangnya?"

"Bohong. Kamu dari tadi lihat mereka terus. Dan sekarang kamu malah nangis."

"Nggak mas, ini aku kelilipan aja. Nggak apa-apa."

Wildan merasa ada kebohongan di ucapan Mirna. Ia yakin wanita di depannya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Masih mau disini apa pulang?" Tanya Wildan

"Mas udah terlanjur pesan makanan."

"Kita bisa bungkus. Kamu mau pulang?"

Mirna hanya mengangguk pelan.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Syarifah

Syarifah

kasian mirna. biar cpet putus trus ama Wildan cepetan nikah. biar ibu seneng

2022-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!