bab 9

Pukul 12 siang nampak Wildan dan Robin selesai dengan meetingnya. Mereka tengah menikmati makan siang di restoran yang sama tempat mereka meeting.

"Eh bang tahu nggak aku semalam udah teror Lena. Aku cuman telpon dia biasa aja, aku bilang aku ini orang yang udah pernah dia bunuh dan anak dari wanita yang dia racuni. Kalau di dengar dari suaranya dia udah ketakutan banget." Ucap Wildan tertawa mengingat kejadian semalam.

"Dapet nomernya dari mana?"

"Dari karyawan cafenya dia. Dengan pesona Wildan Atmaja yang cetar membahana di dunia dan akhirat dengan hanya menjentikkan jari sekali, udah aku kantongi tu nomer. Hahaha." Ucap Wildan tertawa lebar.

"Dasar atasan gila." Gumam Robin pelan.

"Eh bang-bang. Masih ingat nggak kita pernah ketemu sama cewek yang depan belakang gede, pas di lampu merah itu loh." Tanya Wildan dengan semangat yang menggebu-gebu.

Robin masih mengunyah makanan dengan ekspresi mengingat apa yang di katakan Wildan.

Bruak

Robin memukul meja sedikit keras begitu mengingat wanita itu. Wildan hanya mengelus dada lantaran terkejut.

"Astaga bang. Pengen gue mati lu." Protes Wildan

"Sorry wil sorry." Ucap Robin terkekeh. "Iya ya aku ingat. Memang kenapa?"

"Aku barusan ketemu sama dia. Pas Abang telepon tadi aku lagi makan bakso sama dia dan juga satu temannya. Abang ingat kan kalau aku pernah bilang kayak pernah lihat. Ternyata aku udah pernah ketemu dia lima tahun lalu, tepat malam terakhir aku di Indonesia. Dan beberapa hari yang lalu, pas aku dari rumah Lena juga ketemu dia lagi."

"Dari rumah Lena? Pas kamu nulis di dinding itu bukan? Itu kan malem banget Wil."

"Ternyata dia itu biduan dangdut bang. Nggak heran sih, badannya padat, berisi, montok, bohay, gede dan yang paling penting mulus, wajar aja sih kalau dia jadi biduan. Pasti dia banyak penggemar di kalangan anak muda sampai aki-aki ya bang." Ucap Wildan tertawa mengingat Mirna yang selalu bertingkah lucu.

Robin ikut tertawa mendengar penuturan Wildan. Laki-laki itu nampaknya sudah banyak perubahan daripada lima tahun yang lalu. Dulu Wildan hanya termenung, melamun dan menopang dagunya dengan tangan, itu itu saja yang ia kerjakan selain meeting di kantor.

"Kayaknya kamu seneng kenal dia." Tebak Robin

"Gimana ya bang? Nggak tahu juga sih aku. Tapi memang kalau aku ketemu dia tu bawaannya pengen ketawa aja gitu."

"Yaelah Wil, masak jatuh cinta sama biduan. Kerjaan dia dipandang sebelah mata sama banyak orang."

"Terus hubungan apa? Masalah perasaan mana bisa di atur bang?"

"Kok bawa-bawa perasaan, jatuh hati beneran?" Tanya Robin menggoda

"Ha? Baru kenal bang, nggak mau mikir yang nggak-nggak. Temenan aja dulu. Lagipula dia udah punya pacar. Dia asyik buat diajak ngobrol. Itu aja."

"Terus Vania gimana?"

"Masih ditanya lagi sih. Udah dibilang aku nggak ada perasaan apa-apa bang. Aku bakal tegas sama dia. Risih lah aku kalau dia begitu terus." Jawab Wildan kesal

"Nggak ada perasaan bukan berarti menghindar kan? Udah nggak mau temenan sama aku lagi. Udah ada yang buat bahagia kamu?" Ucap Vania tiba-tiba. Entah sejak kapan ia berdiri di samping meja Wildan dan Robin.

Wajah Wildan seketika terkejut, ia sama sekali tak menyadari kehadiran Vania. Bahkan Robin tak kalah terkejutnya, ia menelan ludahnya dengan kasar.

Vania terlihat lebih dewasa memakai pakaiannya kantor, ternyata ia juga melakukan meeting di restoran yang sama dengan Wildan.

"Van kamu udah dari tadi disini?" Tanya Wildan

"Udah. Kamunya aja yang nggak sadar. Kenapa? Kaget?" Tanya Vania berjalan mendekat.

"Jadi karena biduan dangdut kamu menghindari aku?"

"Bukan...bukan itu Vania. Kamu kok ada disini?" Tanya Wildan salah tingkah

"Ada meeting. Aku duduk diseberang kamu. Aku dengar semuanya. Kamu nggak perlu menjauh dari aku kalau kamu punya tambatan hati lain. Aku cuma mau hubungan kita baik-baik aja. Ya kayak dulu. Aku minta maaf kalau aku kemarin lancang banget tiba-tiba datang ke rumah kamu. Aku janji nggak bakal melakukan hal yang membuat kamu jadi benci aku. Gimana, menerima permintaan maaf adikmu ini?" Tanya Vania dengan senyum.

Wildan hanya menatap heran. Apakah gadis ini benar-benar menerima hubungan ini dengan suka rela? Sedetik kemudian Wildan berusaha berprasangka baik. Setidaknya jika ia melanggar ucapannya dengan secepat kilat Wildan akan benar-benar pergi dari hidupnya dan meninggalkan semua hubungan baik diantara mereka.

"Iya, maaf di terima." Ucap Wildan

"Ya udah kalau gitu aku langsung balik ya. Ada meeting lagi. Permisi semua." Ucap Vania mengangguk kepala singkat.

Vania berjalan dengan senyum yang tak biasa. Entah apa yang ia rencanakan. Tapi nampaknya untuk melepas Wildan begitu saja adalah hal yang mustahil. Seperti yang sudah pernah dijelaskan, Vania tidak pernah menerima penolakan selama 25 tahun hidup. Apapun yang ia mau harus dalam genggamannya. Jika tidak bisa mendapatkan dengan cara yang baik, maka cara licik pun akan ia lakukan.

*

Di teras kos, Mirna dan Ayu masih saja membahas Wildan. Pertemuan singkat yang terjadi tak membuat mereka kehabisan bahan untuk membicarakan Wildan.

"Kamu masih punya hutang cerita sama aku. Jangan sok lupa, cepat cerita gimana kamu bisa ketemu sama mas Wildan."

Mirna mulai menceritakan malam lima tahun lalu, dimana ia di kejar oleh pria tua yang ingin menuntaskan hasratnya lalu ditolong oleh Wildan. Lalu pertemuan kedua Mirna di halte bus yang beberapa waktu lalu.

"Jadi si Jono kampret itu nggak jemput kamu mir?" Tanya Ayu terkejut

Mirna hanya mengangguk.

"Kamu yakin si kampret itu cuma pacaran sama kamu aja?" Tanya Ayu curiga. Entah kecurigaan dari mana datangnya.

"Maksudnya? Kalau nggak sama aku sama siapa aja emang? Gadis mana lagi yang mau sama dia?"

"Ya kali aja mir. Kamu kan pernah cerita kalau si kampret berubah semenjak kamu nolak dia buat wik-wik kan."

"Iya sih. Tau ah yu. Pusing aku mikirin dia. Masih banyak yang musti aku pikirin."

"Mir, aku jadi pengen berpaling dari mas bam kalo lihat mas Wildan. Biasanya tuh kalau orang bentukan kayak mas Wildan begitu kebanyakan sombong, dingin, kaku, cuek, kejam, kayak di novel-novel gitu. Tapi ternyata dia beda." Ucap Ayu menerawang. "Aduh jadi pengen dia aduk-aduk sama dia."

Plaak

Satu pukulan yang benar-benar keras mengenai paha Ayu.

"Jangan samain mas Wildan sama mas bam mu. Dari mukanya dia baik, masih suci kayaknya." Ucap Mirna yang juga menerawang.

Hahahaha. Ayu tertawa dengan terbahak-bahak.

"Kenapa ketawa? Yang lucu apanya?" Tanya Mirna heran

"Nggak ada. Kamu yang lucu mir." Ucap Ayu lalu melanjutkan tawanya.

"Dasar gendeng (gila)." Ucap Mirna beranjak pergi menuju kamarnya.

*

Pukul 7 malam, Wildan berjalan menuruni anak tangga dengan pakaian yang selalu necis. Ia baru saja selesai dengan makan malamnya dan ingin menghabiskan malam minggu di suatu tempat.

"Bu, aku keluar sebentar ya." Ucap Wildan mengaduk-aduk laci tempat biasa kunci di simpan.

"Ya, jangan pulang larut malam. Kamu ini keluar mbok ya yang menghasilkan gitu lo." Gerutu bu Nawang

"Maksudnya Bu?" Tanya Wildan mengernyitkan dahi

"Cari istri. Ibu bosan Wil tiap hari kamu keluar, ibu nggak ada teman." Keluh Bu Nawang yang sudah ratusan kali di dengar oleh wildan.

"Ya ibu sabar ya. Secepatnya aku akan cari mantu buat ibu." Jawab Wildan melanjutkan langkahnya

Kali ini Wildan akan naik motor gedenya, sudah lama sekali motor itu terbengkalai di garasi. Dengan senyum yang terukir entah untuk siapa ia mulai melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya.

Setelah 15 menit berada di jalan raya Wildan mulai membelokkan motornya ke gang yang tak luas, ia celingukan kesana kemari. Tidak ada satupun manusia yang berada di luar rumah, pikirnya.

"Aduh masih banyak jalan rupanya, kos nya Mirna ke arah mana ya?" Gumam Wildan sendirian.

Lama Wildan berhenti di tengah jalan. Samar-samar ia mendengar lantunan lagu yang mendayu-dayu dengan di iringi suara gitar. Wildan menajamkan pendengarannya. Ia mengikuti sumber suara yang tak jauh darinya. Ia berhenti di depan gerbang yang tingginya hanya sebatas dada orang dewasa.

Dimana Kau simpan jodohku

Dimana kan ku temukan waktu

Dimanakah nikmat hasrat dalam dekap hangat pelukmu

Rindu...rindu aku merindumu

(Dorkas aku rindu)

Wildan hanya diam menikmati lantunan lagu yang ternyata benar dugaannya, suara Mirna yang sangat menghipnotis pendengarnya.

"Aku disini." Teriak Wildan tiba-tiba

Mirna yang melantunkan lagu dengan mata terpejam sontak membelalakkan matanya. Ia melihat Wildan dengan motor gedenya. Jantung Mirna seketika berantakan, bukan..bukan, bukan jantungnya tapi hatinya yang berantakan melihat Wildan dengan gagahnya duduk di atas motor itu dengan tangan kiri yang memeluk erat helm nya. Mirna jadi ingin di peluk dan ditumpangi oleh pria itu.

Sedetik kemudian Mirna berjalan menuju gerbang dan membukanya perlahan membiarkan Wildan masuk ke hatinya, eh ke halaman kos maksudnya.

"Kamu kok tahu kos aku mas?" Tanya Mirna heran sekaligus bahagia.

"Lantunan suaramu yang menuntunku kesini." Wildan mengatupkan mulutnya setelah mengatakan itu. Ia khawatir akan tertawa mendengar ucapannya sendiri.

Wajah Mirna? Jangan ditanya. Wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus.

"Nggak apa-apa kan aku kesini? Kos kamu boleh nerima tamu sampai jam berapa?"

"Boleh kok mas. Disini bebas bertamu 24 jam. Asal bayarnya lancar." Jawab Mirna yang disusul tawa oleh Wildan. "Jangan ketawa mas, nanti hati aku berantakan." Ucap Mirna dengan jujurnya. Memang tawa Wildan yang manis membuat hati Mirna semakin berantakan tak karuan. Bukannya berhenti, Wildan justru semakin tertawa terbahak-bahak.

Mendengar tawa Wildan yang sepertinya sangat dekat menuntun Ayu untuk keluar kamar. Ia membuka mulutnya lebar-lebar melihat Wildan di depan kosnya. Ayu yang menyadari tingkah Mirna seakan tahu apa yang baru saja terjadi. Seketika mulutnya yang ternganga buka suara

"Ingat si Jono kampret woy, mau ditaruh mana lagi tu botol kecap." Ucap Ayu menyilang dada dengan bersandar di depan pintu.

Dengan kompaknya Mirna dan Wildan menoleh secara serempak.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!