Aku sekuat hati bertahan
Kamu sebisanya menghancurkan
Aku bertahan kerana cinta
Kamu sengaja menggores luka
Mirna tengah menyapu teras kosnya dengan bibir melantunkan lagu yang tengah hits.
"Nggak momong mir?" Tanya ayu di tengah-tengah pintu kamarnya
"Nggak. Alhamdulillah bisa istirahat tiga hari. Mereka lagi keluar kota, ke rumah saudara, ada yang menikah katanya."
Ayu hanya ber oh ria seraya menggoyang kepalanya keatas bawah.
"Kita jalan-jalan aja yuk mir." Ajak Ayu bersemangat
"Kemana? Aku nggak mau kalau harus foya-foya. Ada yang harus aku pikirkan di kampung. Kamu ini kayak kenal aku satu dua hari aja." Sungut Mirna
"Kamu yang kayaknya baru kenal aku sehari dua hari. Biasanya gimana kalau aku ngajak kamu jalan-jalan begini."
"Aku malu ah yu. Kamu terlalu sering traktir aku."
"Nggak apa-apa mir. Kamu cuma punya aku disini. Lagian keuangan aku lebih baik daripada kamu."
"Kamu juga lebih beruntung dari aku. Dapat pacar kayak mas bambang. Meskipun udah di aduk aduk tapi nggak di nikah-nikahin kamu rajin di kasih uang. Banyak lagi."
Plaakk
"Sakit yu." Keluh Mirna seraya mengelus pahanya.
"Emang nggak bisa nggak usah bahas masalah aduk aduk?" Ucap ayu kesal. "Ntar kalau udah rasain gimana rasanya molen, ketagihan baru tahu rasa kamu." Sungut ayu lagi. "Buruan ganti baju ayo jalan keburu panas."
"Iya ayu sayang. Makasih ya kamu udah sering banget nafkahi aku disini. Nanti kalau aku udah dapat orang kaya, aku ganti yang nafkahi kamu." Ucap Mirna lalu beranjak dari duduknya menuju kamar.
15 menit kemudian Ayu dan mirna sudah berada di trotoar. Mereka berjalan menuju kedai bakso langganan mereka. Meskipun hanya berjalan kaki mereka bahagia bisa menghabiskan waktu bersama. Persahabatan Ayu dan Mirna sudah bak saudara. Kemana mana berdua, saling berbagi cerita, keluh kesah dan saling menghibur ketika ada masalah.
"Mir kalau kita udah kaya bikin usaha bareng yuk." Ucap Ayu
"Usaha apa? Les privat menebalkan telinga dari nyinyiran orang?"
Hahahaha. Mereka tertawa bersama.
Disaat mereka tertawa, ada mobil yang berjalan sangat pelan seperti akan berhenti di depan mereka. Pemilik mobil itu adalah Wildan.
Ia sengaja memperlambat laju mobilnya lantaran seperti mengenal wanita yang tengah berduaan dengan wanita lainnya.
Tiiiin tiiinnn
Wildan menekan klakson begitu mobilnya sampai di sebelah Mirna dan Ayu.
"Woy, mau ngajak berantem lu. Sini turun. Jalan nenek lu apa. Bikin jantungan orang aja." Ucap Mirna seraya mengetuk kaca mobil.
"Mir jangan bikin masalah mir. Aduh kamu ini, kalau orang jahat gimana." Ucap Ayu seraya menarik tangan Mirna agar menjauh dari sana.
Sedetik kemudian kaca mobil di dekat Mirna turun secara perlahan. Ayu yang sadar lebih dulu menelan ludahnya susah payah melihat pria tampan di dalam mobil. Mirna mengikuti pandangan Ayu.
"Heh ka...." Mirna membekap mulut seketika ketika tahu yang berada di mobil adalah Wildan.
Jantung Mira terasa nyut-nyutan melihat Wildan memakai jas yang sangat kontras dengan kulitnya. Bibir Wildan melengkung membentuk senyuman. Jantung Mirna terasa ingin lepas dari tempatnya.
"Mau kemana mbak?" Tanya Wildan
Ayu dan Mirna masih diam menatap Wildan.
Sedetik kemudian Wildan melambaikan tangan di depan wajah Mirna. Saat itu pula Mirna sadar dari lamunannya.
"Eh kamu to mas. Aku kira siapa. Maaf ya aku tadi marah-marah." Ucap Mirna cengengesan.
"Kamu kenal mir?" Tanya Ayu menyenggol lengan Mirna.
"Nanti aku ceritakan, panjang ceritanya. Aku lupa mau ngasih tahu kamu. Lagipula juga aku nggak nyangka bakal ketemu dia lagi." Bisik Mirna
"Mau kemana?" Tanya Wildan lagi
"Bakso kedai dekat lampu merah itu lo mas." Jawab Mirna
"Oh. Ya udah naik, bareng aku aja. Panas ini." Ucap Wildan.
"Nggak usah mas udah dekat juga." Jawab Mirna sungkan.
"Ya udah kalau gitu temen kamu aja yang aku ajak bareng. Ayo naik mbak". Ucap Wildan pada Ayu yang sejak tadi tak berkedip memandang Wildan.
"Iya mas." Jawab Ayu seraya berjalan menuju mengitari mobil Wildan namun dengan cepat tangan Mirna mencekalnya.
"Malu-maluin aja. Nggak usah Ayu." Bisik Mirna
"Lumayan nggak buang tenaga mir. Jangan tolak rezeki." Ucap Ayu pelan. "Nggak pernah naik mobil mewah kan. Ayo buruan." Ajak Ayu lagi.
Wildan hanya geleng kepala pelan melihat dua wanita montok yang tengah adu mulut dengan bisikan. Wildan memperhatikan Mirna dengan seksama. Meski memiliki hidung yang cenderung mancung ke dalam tak menutupi kecantikan wanita itu.
Hari itu Mirna terlihat natural, ia hanya mengoles sedikit bibirnya dengan lipstik berwarna pink. Rambutnya ia cepol sederhana, terlihat jelas lehernya yang putih mulus tanpa cacat. Pakaian yang melekat ditubuhnya pun tidak mewah namun terlihat sangat pas di tubuhnya. Hanya kaos oblong berkerah rendah yang di padukan dengan jeans yang berwarna senada dengan jaket yang ia sampirkan di tangan kirinya.
"Kalian bisa lanjut nanti adu mulutnya, ayo buruan naik." Sela Wildan
Dengan cepat Ayu menyeret tangan Mirna agar mau mengikutinya. Ayu membuka pintu di samping kemudi dan mendorong Mirna masuk. Lalu ia sendiri masuk dan duduk di bagian penumpang. Ia nampak sumringah bisa duduk di mobil mewah Wildan. Sedangkan Mirna hanya duduk dengan diam seraya menautkan jari-jarinya.
"Kita udah ketemu yang ketiga kalinya. Tapi kita belum sempat kenalan. Nama kamu siapa?" Tanya Wildan melajukan mobilnya.
"Mirna mas." Jawab Mirna sehalus mungkin
"Astaga Mirna ngomongnya udah selembut sutra." Batin Ayu geleng-geleng.
"Kalau mbak yang di belakang?"
"Ayu mas. Teman kos Mirna. Teman kerja juga."
"Oh. Aku Wildan. Kita udah sampai." Ucap Wildam menoleh pada Mirna.
"Makasih ya mas." Ucap Mirna lalu turun dari mobil dan di susul Ayu.
Tak disangka Wildan juga ikut turun, entah mengapa ia seperti ingin mengenal Mirna lebih dekat. Padahal ia tahu Mirna sudah memiliki kekasih. Tak apalah, cuma pacaran belum menikah, batin Wildan.
"Loh kok mas ikut turun?" Tanya Mirna heran
"Mau makan juga. Udah ayo masuk, saya lapar." Jawab Wildan bohong
Mirna dan Ayu berjalan di depan, sedangkan Wildan membuntuti langkah mereka.
"Aduh mir. Kok aku jadi deg-degan ya." Bisik Ayu.
"Berisik. Mulutmu ntar jangan cerita yang macam-macam ya." Ancam Mirna dengan bisikan.
Setelah meeting singkat yang dilakukan Mirna dan ayu, mereka memutuskan untuk duduk dengan posisi mirna tepat di depan Wildan.
"Mas nggak telat kerjanya ntar?" Tanya Mirna sungkan
"Nggak. Aku pemilik perusahaan, santai aja mau berangkat jam berapa." Jawab Wildan santai.
Dalam hati ia merutuki diri sendiri, ia pernah mengatakan pada Vania bahwa ia harus memberikan contoh yang baik pada bawahannya namun nyatanya, ia sendiri melanggar ucapannya. Dalam hati ia tersenyum geli mendengar ucapannya sendiri. Entah daya tarik apa yang dimiliki Mirna sampai seorang Wildan yang di kenal susah move on itu mulai tertarik pada wanita di depannya.
Mirna dan Ayu hanya menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Wildan bahwa ia pemilik perusahaan.
"Kalian kalau malam aja kerjanya? Siang begini nggak ada kegiatan?" Tanya Wildan
"Ada, aku jadi baby sitter di rumah besar dekat gang masuk kos aku. Tempat biasa mas Willy menghentikan mobil." Ucap Mirna yang sudah mulai bisa mengatur detak jantungnya.
"Mas Wildan Mirna, kebiasaan kamu ini." Protes Ayu.
"Eh emang aku tadi salah sebut nama?"
"Nggak apa-apa mir. Mungkin kamu gugup ya jadi salah sebut nama."
Seketika wajah Mirna memerah. Itulah kebiasaannya Mirna, salah sebut nama. Entah lupa atau bagaimana, Mirna memang kerap salah sebut nama seseorang. Bahkan dulu dengan adik kembarnya saja yang hidup satu atap namanya selalu tertukar.
Mereka bertiga ngobrol banyak hal seraya menyantap bakso ukuran jumbo yang di dalamnya banyak bakso mini dan juga cabai. Tak lama kemudian ponsel Wildan bergetar di saku jasnya.
"Iya bang kenapa?" Tanya Wildan seraya mengunyah bakso
"Kok kenapa sih pak? Ini kita ada meeting penting jam 10. Ini sudah setengah 10 bapak belum sampai."
Wildan menepuk keningnya pelan. "Sorry bang lupa. Meeting dimana?"
"Sweet escape resto pak."
"Ya udah aku langsung ke resto aja ya. Abang naik taksi aja, biar enak ntar ke kantornya barengan."
"Siap pak."
Wildan kembali meletakkan ponselnya ke saku jasnya.
"Sorry banget gadis-gadis cantik. Aku harus pergi sekarang. Bolehkan aku lain kali main ke kos kalian?"
Mirna dan Ayu mengangguk dengan cepat dan serempak. Wildan hanya tertawa melihat tingkah mereka yang menurutnya lucu. Ia beranjak dari duduknya dan memberi uang seratus ribuan pada penjual dan berlalu pergi.
"Mas makasih ya udah di traktir." Teriak Mirna yang melihat Wildan memberi uang.
Wildan yang sudah membuka pintu mobil hanya mengacungkan jempol dan tak lupa senyum yang paling manis ia berikan untuk orang termanis.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
NiedaSofian
Gimana itu mancung kedalam?😁
2022-09-03
0
Syarifah
thorrr 4 jempol buat km bisa buat 2 novel bersamaan dlm 1 pikiran.
2022-02-10
0