bab 4

Jam menunjukkan pukul 12 malam ketika Wildan melajukan mobilnya di jalan raya. Keadaan jalanan yang sepi membuat Wildan menambah kecepatan laju mobilnya.

Sementara di tempat lain Mirna dan ayu baru saja selesai dengan konser dangdutnya. Mirna tengah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih sopan dan tidak mengundang hasrat kaum Adam tentunya. Rupanya kejadian lima tahun lalu meninggalkan trauma tersendiri bagi Mirna. Saat itu Mirna yang masih pemula menjadi seorang penyanyi dangdut tak mengganti pakaiannya mininya saat pulang, tak lama kemudian ada pria paruh baya yang berusaha mendekati Mirna untuk berbuat yang tidak-tidak. Untunglah ada seorang pria tampan yang menolongnya. Semenjak kejadian itu Mirna selalu mengganti pakaiannya saat akan pulang.

Kini wanita itu tengah duduk di halte bus, ia menunggu Jono menjemputnya. Sedangkan ayu sudah pulang lebih dulu dengan kekasihnya. Sudah 10 menit Mirna duduk menunggu Jono yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya, sedangkan pesan terakhir Jono yang mengatakan 'on the way' sudah lebih dari 20 menit yang lalu.

Kesal karena lama menunggu, Mirna memutuskan berdiri di pinggir jalan seraya menyilangkan tangan di dadanya yang mengembang sempurna. Tanpa Mirna sadari ada seorang pria yang berjalan mendekat.

Wildan menyipitkan matanya ketika melihat seorang wanita berdiri di pinggir jalan di tengah malam. Ia melihat ada seorang pria berjalan mendekat dan seperti mengambil ancang-ancang akan melecehkan wanita itu.

"Woy ngapain lu." Teriak Wildan menghentikan mobilnya

Sedetik kemudian Mirna sadar situasi dan berjalan mendekati mobil Wildan. Pria itu seketika berjalan cepat menjauh dari sana.

"Mbak nggak apa-apa?" Tanya Wildan turun dari mobil

"Nggak. Makasih mas sudah bantu saya."

"Mbak ngapa ngapain disini malam-malam begini."

"Saya nunggu pacar saya jemput mas."

Wildan manggut-manggut. Otaknya mengingat sesuatu, ia seperti pernah melihat wanita ini tapi dimana? Pikirnya.

"Ya udah saya temani aja kalau gitu. Nggak baik buat kamu kalau harus sendirian dipinggir jalan kayak gini." Ucap Wildan seraya berjalan dan mendudukkan dirinya di kursi halte.

Mirna refleks mengikuti langkah Wildan dengan takut-takut. Ia takut jika Jono melihat dirinya berduaan dengan pria lain Jono salah paham dan merajuk padanya.

"Mbak habis dari mana tengah malam begini?" Tanya Wildan

"Kerja." Jawab Mirna singkat

Wildan mengernyitkan dahinya.

"Kerja apa jam segini baru pulang?"

"Saya ini penyanyi dangdut."

"Oh begitu." Ucap Wildan manggut-manggut.

5 menit 10 menit Jono tak kunjung datang. Mirna mulai gelisah dan berkali-kali melirik jam ditangannya. Sudah jam setengah satu, batinnya.

Sedetik kemudian ponsel Mirna berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Ternyata Jono, pikiran Mirna mendadak merasa tak enak. Ia berjalan sedikit menjauh dari Wildan agar percakapan mereka tak terdengar.

"Mas udah sampai mana? Kok nggak sampai-sampai sih." Tanya Mirna sedikit kesal.

"Maaf mir, ini ban motor aku bocor. Ini juga sudah nyari bengkel dimana yang buka jam tengah malam begini."

"Apa? Bocor? Ya udah urusin motormu itu. Aku naik taksi aja." Ucap Mirna kesal.

Ia kembali duduk di samping Wildan.

"Mas pulang aja. Saya juga mau pulang ini. Naik taksi. Pacar saya nggak bisa jemput, bannya bocor ditengah jalan." Ucap Mirna memberi penjelasan tanpa diminta.

"Saya antar aja mbak. Ayo naik. Jam segini susah nyari taksi. Nanti kalau kejadian kayak tadi gimana?"

Mirna nampak menimbang-nimbang apa yang dikatakan Wildan. Memang benar apa yang pria ini katakan. Tidak ada yang menjamin keselamatan dirinya sendiri di situasi seperti ini, pikirnya.

"Sudah malam mbak. Jangan nunggu pagi buat ambil keputusan."

Dengan terpaksa Mirna mengangguk. Ia sebenarnya sungkan untuk menumpang mobil pria yang tak ia kenal. Apalagi melihat tampilan pria ini sangat terlihat ia orang kaya dan... tampan.

Ia mengitari mobil Wildan dan

"Kayak pernah lihat, tapi dimana? Nggak-nggak aku pernah lihat mobil ini dengan detail. Nggak cuman lewat." Batin Mirna bertengkar dengan pikirannya sendiri.

"Ini kita kemana?" Tanya Wildan saat sudah berada di dalam mobil.

Mirna menjelaskan arah jalan menuju kosnya. Tidak ada percakapan diantara mereka. Wildan dan Mirna memikirkan hal yang sama 'seperti pernah ketemu tapi dimana?' itulah yang ada dalam otak mereka saat ini.

10 menit kemudian Wildan sampai di jalan yang sudah sedikit rusak. Disinilah otaknya mulai kembali mengingat, ia pernah melalui jalan ini lima tahun yang lalu sebelum berangkat ke luar negeri.

Sedetik kemudian ingatannya sudah kembali sempurna. Begitupun juga Mirna, seakan sudah direncanakan Tuhan, mereka mengingat awal pertemuan mereka lima tahun lalu.

"Mbak mas." Ucap Wildan dan Mirna serempak

Seperti mengerti apa yang ingin dibicarakan mereka tertawa bersama.

"Masih ingat gang nya kan?" Tanya Mirna yang sudah benar-benar ingat bahwa Wildan pernah mengantar nya pulang lima tahun lalu. Karena alasan yang sama dengan saat ini, menyelamatkan Mirna dari pria yang berusaha melecehkannya.

"Masih...masih. Nggak nyangka banget bisa ketemu lagi kita."

"Iya mas. Aku juga nggak nyangka bisa ketemu lagi dan dua kali ketemu dua kali juga kamu nolong aku." Ucap Mirna terkekeh

"Jadi kamu nyanyi udah dari lima tahun yang lalu?" Tanya Wildan

"Iya mas. Kita sudah sampai. Sekali lagi makasih ya mas udah nolong saya."

"Iya sama-sama. Aku antar sampai gang ya." Ucap Wildan menawari, ia melihat beberapa pria yang tengah duduk melingkar yang tengah asyik tertawa di gang yang akan Mirna lewati.

"Jangan-jangan. Aku berani kok nggak apa-apa."

"Itu banyak laki-laki di sana."

"Udah biasa mas. Aku kenal mereka."

Mirna turun dari mobil dan melambaikan tangan pada Wildan. Lalu berjalan menuju kamar kosnya.

Wildan tak beranjak, ia masih menunggu Mirna melewati pria-pria itu dan memastikan bahwa wanita itu aman. Tak lama kemudian Mirna sudah tak terlihat dari pandangannya. Wildan melajukan kembali mobilnya, menjauh dari sana.

Di sepanjang perjalanan ia masih memikirkan Mirna. Wanita itu semakin cantik, pikirnya. Ia tak menyangka pertemuannya dengan Mirna lima tahun yang lalu terulang lagi.

"Astaga, lupa lagi kan nggak nanya nama." Ucap Wildan menepuk dahinya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Syarifah

Syarifah

cie cie Wildan. kepincut penyanyi dangdut yg gede depan belakang. 180° sama aina yg alim☺☺☺

2022-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!