Pov. Yanna.
Satu hal yang ingin sekali aku musnahkan di dunia ini adalah mantan. Dan tak ingin bertemu lagi dengannya, meskipun dengan keadaan yang sempit.
Aku sangat benci, harus bertemu kembali dengannya dalam tiga tahun lebih aku menderita. karna ulahnya yang tak mau mengakui kesalahan dan juga darah dagingnya yang aku kandung selama sembilan bulan.
Wanita mana yang tak sakit hati di perlakukan jahat dan juga rendah oleh keluarga dari pria yang mengambil keperawanan dan juga membuatku hamil di luar nikah. Aku memang salah, tapi dia juga salah. Dan tak seharusnya keluarga dia menyalahkanku sepenuhnya. Seakan-akan aku yang menggodanya.
Ingatan demi ingatan. hinaan, caci maki dan juga tatapan rendah menatap aku serta keluargaku. Membuat diriku bersumpah akan membalas perlakuan mereka nanti. Karna mantan bajing*n, ibuku selalu terkena gosip dan juga teguran yang tak becus merawat serta mendidik putrinya yang hamil di luar nikah.
Sungguh aku merasa bersalah, ibuku juga terkena imbasnya karna keburukanku. Tapi, aku bersumpah. Aku tak pernah keluar malam atau gonta-ganti pria. Aku wanita yang setia, berpacaran pun hanya dengan satu pria saja, dan itu adalah ayah naufal.
Bukan aku tak laku di lirik cowok, teman sekolah atau kakak kelasku. Banyak yang suka denganku, mendekatiku dan juga banyak yang mengirimkan pesan padaku. Aku bukan pemilih hanya saja aku tidak merasa nyaman dengan meraka. Dan pada akhirnya aku mendapatkan kenyamanan dengan dia, ayah Naufal.
Sudah aku pernah ceritakan kan, bila aku bodoh kemakan kerayuan dia yang menyatakan cinta dan akan bertanggung jawab bila nanti aku hamil. Dan nyatanya, cuma janji palsu! Dan membautku di permalukan satu desa.
Aku dan Sigit yang menggendong naufal berjalan beriringan turun ke lantai dasar, tak mempedulikan mantan bajing*an yang mencoba mengejarku dan sigit.
Aku tidak tau kenapa dia mengejarku dan kenapa aku harus bertemu kembali dengannya di saat aku sedang bersama putraku.
" Yanna, tunggu." Cegahnya, saat kami sudah sampai di parkiran depan mall.
Dia memperhatikan putraku di dalam gendonganku saat ini. Matanya, hidungnya, alis dan juga bibirnya. Sama, terlalu sama dan sangat mirip dengan dirinya.
Kenapa harus mirip dengannya Tuhan! Kenapa. Apa aku sangat membenci, membatin, marah dengannya di saat aku sedang mengandung dulu. Dan di perlakukan sangat tidak adil waktu itu.
" Yan." Sapanya lagi. mataku memerah, tatapanku tajam, gigiku merapat mendekap erat tubuh naufal dalam gendonganku dan menutupi wajah naufal dari pria brengs*k.
" Ayo mbak." Kata Sigit, yang sudah naik di atas motor dan memakai helmnya.
Aku pun naik ke motor Sigit dan tetap mendekap naufal dengan erat membalikkan wajah naufal ke arah kiri agar tidak terlihat oleh mantan ayahnya yang tidak pernah mengakui kehadirannya.
Muak! Itulah yang aku rasakan sekarang. Dan aku berharap dia tidak akan mengusik kehidupan ku dan putraku dan tidak akan bertemu lagi. Karena aku bukan wanita novel yang di hina dan di tinggal pergi tetap saja mau kembali bersama pria brengs*k.
Aku ciumi puncak kepala Naufal, aku peluk begitu erat dan air mataku mengalir membasahi pipiku. Seakan aku takut Naufal di ambil oleh mantan ayahnya. Aku takut, karna putraku adalah penyemangatku. Putraku setengah belahan jiwaku, yang mampu membuatku bangkit dari keterpurukan.
Ketika sampai di depan rumah. Aku pegang tangan Sigit yang akan masuk ke dalam rumah.
" Jangan bilang ibu, kalau kita bertemu sama dia tadi." Pintaku pada Sigit, yang terlihat wajahnya masih marah.
" Aku enggak ingin ibu mengingat kelakuan keluarganya dia." Imbuhku lagi.
Karena aku takut ibu akan mengingat perlakuan jahat pada keluargaku dan pastinya akan membuat ibu sakit nanti. Sudah cukup aku saja, jangan membebani pikiran ibu lagi.
Sigit hanya mengangguk, adikku pasti juga mengerti. Dan tak akan membuat ibuku menangis hanya karna mengingat masa lalu yang menyakitkan.
" Senyum, jangan terlihat marah." Kataku, membuat sigit berdecak sebal dan menghembuskan nafas berat.
Mengambil naufal dari gendonganku yang tertidur dan menciumi ponakannya dengan sayang. membawanya masuk ke dalam rumah.
Sigit, dia yang selalu ada di sampingku, selalu melindungiku, dan adikku yang tau perjuanganku melahirkan tanpa di dampingi suami. Sigit yang menjaga dan juga merawat Naufal dari ponakannya yang masih berkulit merah, menyuapinya makan, membelajari Naufal jalan dan juga tidur bersama.
Sigit sudah begitu sayang pada ponakannya dan tak akan membiarkan ponakannya menangis atau menderita. Bersyukurnya aku mempunyai adik yang sayang pada putraku.
" Asalamualaikum." Salam bersamaanku dengan Sigit.
" Walaikum salam!" Seru ibu riang, keluar dari kamar. " Naufal tidur?" Ucap Ibu, membuatku mengangguk, menaruh belanjaan di kursi kayu.
" Iya buk. Bawa naufal di kamarku saja Git." Kataku pada sigit. Sigit menuju ke kamar, sedangkan aku duduk merenggangkan punggung san kakiku.
" Oleh-oleh ibu mana." Tagih ibu yang semangat meminta oleh-oleh dari mall.
" Dih! ibu gak sabaran." Cibir Sigit, saat keluar dari kamarku.
" Ya, iya lah kan ibu gak pernah tau baju mall kayak gimana." Ucap Ibu.
" Kan sudah pernah aku belikan buk, di tempat kerjaku." Kataku.
" Ya beda to Yan."
" Beda apanya buk." Saut Sigit, duduk di lantai sambil selonjoran. Menatap ibu yang duduk di kursi kayu tunggal.
" Bedalah, inikan di mall kota ibu. Ya harus lihat gimana bahannya. Bagus apa enggak. Sesuai dengan harga gak?" Cecar ibu.
" Bahannya sama saja. mereknya juga sama." Jawabku, menggelengkan kepala melihat ibuku yang mulai membuka plastik tebal berisi pakaian dari toko terkenal.
" Ini pasti mahal." Ujar ibu, melihat atasan blus warna biru muda. " Tu kan benar mahal?" Ujarnya lagi, melihat harga di dalam struck dan kembali mengambil kemeja Sigit yang masih di dalam plastik.
" Ini bocah ya, gak tau mbaknya kerja keras malah di mintain beli baju yang mahal." Tegur ibu, melihat harga kemeja Sigit sekitar tiga ratus.
" Mbak Yanna sendiri yang melihin Buk, bukan aku." Ucap sigit tidak terima di salahkan oleh ibu dan memang bukan Sigit yang milih, Tapi aku sendiri yang memilihkan untuk adikku.
" Jangan protes, itu uang hasil lemburan buk. bukan uang gaji." Ucapku cepat sebelum ibu menegurku. dan aku berdiri dari duduk, mengambil tas. " Aku ngantuk buk, nyusul Naufal dulu ke alam mimpi." Pamitku pada ibu, membuat ibu mengedus kesal dan mengangguk mengerti.
Bukan maksudku sombong di hadapan ibu mempunyai uang banyak. tapi aku tak ingin ibu khawatir tentang keuanganku yang mungkin tak seberapa banyak, apa lagi hidup di kota besar. Pastinya akan ada pengeluaran yang banyak dan tentunya harus lebih mempunyai genggaman uang.
Aku rebahkan tubuhku di samping Naufal, aku usap kepalanya, aku ciumi dia dan aku tatap wajah naufal yang sama persis foto copynya dengan pria brengs*k itu.
Suara deringan ponselku membuatku mengalihkan tatapanku ke ponselku. Dan melihat nomer tak kenal menelponku.
Aku acuhkan panggilan, aku matikan data saluler dan merebahkan kembali tubuhku sambil memeluk Naufal putraku yang masih tertidur.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
FLA
pasti minta balikan, ngimpi kamu laki laki pecundang
2022-02-23
1
sunu prosanti
Makasih Kak cuuzie 😘😘😘
2022-02-23
2
Rosindah Horota
semangat kak cuezie
2022-02-23
2