Janji untuk mama

Pov. Yanna.

Pagiku sudah berada di tempat kerja, dan sudah mendapatkan tatapan menggoda dari dua teman laknat di ruang loker.

" Ekhemm.. Ada yang semakin akrab saja nich sama papanya Nana." Sindir halus Amel. " Manajer banyak saingan, Tapi yang Duda menawan." Imbuhnya lagi, dengan tersenyum.

" Aku saja kepincut, tapi sayang gak di lirik." Timpal Sari.

" Sama. Nasib jadi perawan kota. Yang di lirik malah gadis desa." Tambah Amel mengerucutkan bibir.

Aku yang mendengarnya pun hanya bisa menggelengkan kepala, dua temanku ini memang mood booster sekali. Dan aku tak pernah tersinggung dengan gurauan mereka karna mereka juga aku bisa tertawa, dan ada di aku atau mereka sedang ada masalah. Saling membantu dan saling memberi semangat.

" Gimana-gimana kelanjutannya." Kepo Sari bersama amel mengangguk antusias ingin mendengar cerita kelanjutan Papa Nana.

" Kelanjutan apa?" Tanyaku balik, menutup loker dan menatap mereka berdua.

" Jadi pacaran?" Tanya Amel. " Atau langsung jadi Mamanya Nana." Imbuhnya.

" Ih!! Gak seru tau!! Masak langsung jadi Mamanya Nana, kan belum ada drama." Seru Sari, memukul lengan Amel. Amel berdecak mengusap lengannya yang di pukul amel.

" Gak perlu drama-dramaan, kayak sinetron keset bulet aja. Gak ada sampai ending-endingnya. Kalau bisa yang simpel kayak sinetron, ku menangis saja. Kan enak padat dan jelas." Kata Amel.

" Hidup itu gak seperti sinetron ku menangis Amael! Istri di hianati sabar, di perlakukan sama mertua jahat tetap sabar. Di labrak pelakor malah sabar. Mana ada dunia seperti itu!" Balas Sari.

" Kalau ada?"

" Ya itu namanya istri bod*h." Ketus Sari.

" Udah bahas sinetronnya nanti saja, mau di tegur sama atasan gara-gara ngrumpi." Ucapku, membuat Sari dan Amel menggelengkan kepala.

" Ya sudah ayo kerja, cari cuan. Nanti gajian jangan lupa belikan Naufal kiner j*y banyak." Kataku sambil tertawa.

" Itu mah enak emaknya Woy!! Gak di tagih lagi kalau ke market sama Nofal." Seru Amel.

" Kere (bangkrut) aku!!" Tambah Sari, dan aku semakin tertawa melihat kesebalan Amel dan Sari.

Meskipun begitu, mereka tetap membelikan Naufal jajan atau mainan setiap bulan ketika aku akan pulang ke desa. Aku tidak pernah meminta, mereka sendiri yang selalu memberikan putraku oleh-oleh. Meskipun aku menolak mereka tetap memaksa.

Aku sudah menceritakan semua tentang masa laluku pada Sari dan Amel. Tidak ada yang aku sembunyikan dari teman dekatku tentang apa yang aku alami waktu dulu hingga sekarang. Kami saling terbuka, dan saling mengerti keadaan. Berteman tidak menentukan status dan juga derajat.

Beruntung aku mempunyai teman-teman dekat rasa saudara.

Pov. Rama.

" Gimana Tantenya Nana Ram?" Tanya Mama, mengupas jeruk di depan teras sambil melihatku yang sibuk mencuci motor sport di halaman ruamh. Motor warna hitam kesayangan yang jarang sekali aku pakai.

" Dia sudah mulai bekerja hari ini Ma."

" Kok sudah kerja, memang sudah sehat."

" Sudah. Lagian dia juga ijin dua hari saja." Jawabku. Membuat Mama mengangguk, tentu saja bekerja ikut kontrak dan PT tak bisa berlibur begitu lama, apa lagi restoran di mall.

" Ma? Kata Yanna, makasih bekal makanannya." Kataku, menyampaikan amanat pesan Yanna untuk Mama.

Yang membuatku sedikit malu karna perbuatan Mama, Tapi juga terharu saat melihat sesuatu yang sangat berharga dan tak pernah aku rasakan sebelumnya. Termasuk Nana. Pastinya Nana sangat senang, dan selalu menginginkan itu. Makan bersama dengan ke dua orang tuanya, di iringi dengan canda tawa dan juga kehangatan dari seorang ibu. Yang memberikan perhatian dan kemanjaan untuk Nana.

Mata Nana begitu berbinar. makan di suapi Yanna, belajar di temani Yanna dengan sabar dan juga pengertian. Nana mengantuk pun, Yanna dengan senang hati mengusap kepala dan menepuk-nepuk paha Nana yang tidur di kasurnya, sedangkan Yanna duduk di hadapan Nana. Dan aku masih sama, duduk di samping pintu, sambil mencuri pandang ke arah Yanna dan Nana.

Pemandangan sangat mengharukan. Dan aku menginginkannya.

" Nana suka Yanna." Tanya Mama, membuatku mengangguk. mengiyakan bila Nana sangat menyukai Yanna, dia seperti seorang ibu saja. Lembut dan penuh kasih sayang.

" Kamu menyukainya Ram?" Aku yang mendengarnya, berhenti mengelap motorku yang basah. beralih melihat Mama yang tersenyum.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar, sudah berapa kali mama selalu mendorongku untuk mencari pendamping. Mama tak pernah bosan memaksa dan memaksa. Sedangkan aku selalu menghindar dan menghindar, lebih senang untuk sendiri.

Aku membersihkan peralatan mencuciku dan ingin aku pergi dari hadapan Mama bila membahas soal pendamping.

" Sampai kapan mau sendiri, tidak mau membuka hati untuk wanita. Mama hanya ingin kamu bahagia." Ucapan Mama membuatku berhenti dan menoleh ke arah mama.

" Aku sudah bahagia Ma, tidak perlu menikah." Sahutku cepat.

" Kamu bahagia? Bahagia dengan kamu sendiri terus! Tidak mau menikah, tidak mau mempunyai anak sendi-,"

" Cukup Ma!" Potongku cepat, tak ingin lagi membahas masa laluku dan berdebat dengan mama yang pastinya membuatku akan mengingat kembali masa laluku.

" Sudah aku bilang, jangan bahas soal pendamping lagi buat aku. Aku gak suka ma!" Imbuhku, sedikit menaikkan suaraku pada mama.

" Ram?" Suara lunak mama, matanya berkaca-kaca. Wanita paruh baya yang melahirkanku, terasa sudah mulai sangat tua. Tapi masih terlihat sangat cantik.

Aku tak bisa melihat mamaku seperti itu. aku dekati Mama, duduk di sampingnya dan mengusap telapak tangan mamaku dengan lembut.

" Maaf Ma." Lirihku, meminta maaf karna sudah sedikit meninggikan suaraku pada Mama.

" Mama tau nak, kamu masih terluka dan kecewa. Tapi tidak harus menutup rapat-rapat hati kamu. Mama tidak akan selamanya mendampingi kamu Ram dan coba sekali saja, buka hati kamu untuk wanita. tidak semua wanita seperti Mama Nana." Ucap Mama lembut mengusap pipiku.

" Mama minta maaf atas kesalahan adik kamu." Imbuhnya. Setetes air mata jatuh di pipi mama, membuat hatiku terasa sakit. Mengusap air mata mama dan membawa mama ke dalam pelukanku.

" Jangan minta maaf Ma, mama tidak salah." Ucapku, mengusap punggung mama. " Maafin Rama, sudah buat mama nangis. Rama akan coba buka hati, demi mama." Imbuhnya, membuat mama melepas pelukanku dan menatapku lekat-lekat.

" Janji."

Rasanya sulit untuk janji. aku takut, takut bila janjiku tak terpenuhi. Aku juga takut kala mama akan sangat kecewa jika aku masih belum memenuhi janji untuk membuka hati yang hancur karna masa lalu yang kelam.

Sulit, sangat sulit mengucapkan janji dan sangat sulit untukku mencari wanita yang benar-benar setia, menerimaku apa adanya.

Tersenyum paksa, mengangguk " Rama Janji." Ucapku. Membuat mama tersenyum dan memelukku.

Brengs*k." Umpatku, bayangan masa lalu kembali ada dalam isi kepalaku.

.

.

.

.

🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

sunu prosanti

sunu prosanti

waah ternyata ada rahasia dibalik Nana 🤔
lanjuut Kak cuuzie 😘😘😘

2022-02-21

2

susan

susan

penasaran masa lalu Rama. apa istrinya selingkuh dgn adiknya

2022-02-21

2

ᵉᶜ✿ 𝕜𝕙𝕠𝕚𝕣𝕦𝕟 𝕟𝕚𝕤𝕒

ᵉᶜ✿ 𝕜𝕙𝕠𝕚𝕣𝕦𝕟 𝕟𝕚𝕤𝕒

lah emang nana bukan anak Rama

2022-02-21

0

lihat semua
Episodes
1 Telpon putraku.
2 tempat kerja
3 rejeki malam
4 rutinitas pagi
5 tertabrak anak kecil
6 Hadiah
7 mendadak ke tempat kerja
8 Puding untuk Nana
9 Jajanan malam
10 bertemu dengannya
11 sakit tiba-tiba
12 Kasihan
13 Bimbang
14 menjenguknya.
15 dua tamu pria
16 Nana membesuk tante
17 kotak makan mama
18 Janji untuk mama
19 Putraku
20 pertemuan memuakkan
21 Telpon
22 Vidio call
23 boleh tikung?
24 terminal
25 protes
26 Mulai mengejar
27 obrolan warung kopi
28 Apa seperti ini keluarga?
29 Pasar.
30 Takut.
31 menguntitnya.
32 traktir
33 Saran di pagi hari
34 keluhan anak
35 Kenyataan
36 Ulang tahun
37 Hari bahagia Akbar
38 Diam
39 Rasa cemburu
40 Aduan ibu.
41 mendekapnya.
42 Menguatkannya
43 sentuhan berbeda
44 ungkapan
45 Kegundahan
46 Ketakutan Yanna
47 Penenang, Mas Rama.
48 Anak kita.
49 Ungkapan hati.
50 interviw.
51 Masih di sidang
52 Yes.
53 adik ipar
54 Kedatangan tamu
55 Bertemu mantan mertua
56 Pov. Sigit
57 Siapa?
58 Kesempatan
59 Bimbang
60 obrolan wanita
61 Jalan.
62 ngrumpi
63 Hari H
64 Dalam kamar
65 Masih di kamar
66 Teman kota
67 gagal
68 makan keluarga
69 Tamaram lampu
70 obrolan suami istri
71 persetujuan
72 balik ke kota
73 Rumah mertua
74 mulai terbuka
75 Sakitnya Nana
76 Batin seorang ibu
77 Terbongkar
78 Tangisan Anak
79 Kenyataan.
80 Godaan suami
81 Quality time keluarga
82 ke tempat kost
83 obrolan teman
84 ajaraan tetangga
85 di sapa
86 intograsi suami
87 kunjungan mantan
88 penasaran
89 sakit tiba-tiba
90 Putra pertama
91 kegundahan.
92 ketegangan
93 Rasa sakit
94 istirahat.
95 mengerti
96 Permintaan mama
97 Menepati permintaan
98 Saling memaafkan
99 Ibu dan Sigit.
100 Terasa ramai
101 saling berpelukan
102 ajakan nikah
103 Healing
104 Datang ke rumah.
105 ajakan
106 keluarga hangat
107 Mengumumkan
108 Akhir kebahagiaan
109 promosi
110 Promo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Telpon putraku.
2
tempat kerja
3
rejeki malam
4
rutinitas pagi
5
tertabrak anak kecil
6
Hadiah
7
mendadak ke tempat kerja
8
Puding untuk Nana
9
Jajanan malam
10
bertemu dengannya
11
sakit tiba-tiba
12
Kasihan
13
Bimbang
14
menjenguknya.
15
dua tamu pria
16
Nana membesuk tante
17
kotak makan mama
18
Janji untuk mama
19
Putraku
20
pertemuan memuakkan
21
Telpon
22
Vidio call
23
boleh tikung?
24
terminal
25
protes
26
Mulai mengejar
27
obrolan warung kopi
28
Apa seperti ini keluarga?
29
Pasar.
30
Takut.
31
menguntitnya.
32
traktir
33
Saran di pagi hari
34
keluhan anak
35
Kenyataan
36
Ulang tahun
37
Hari bahagia Akbar
38
Diam
39
Rasa cemburu
40
Aduan ibu.
41
mendekapnya.
42
Menguatkannya
43
sentuhan berbeda
44
ungkapan
45
Kegundahan
46
Ketakutan Yanna
47
Penenang, Mas Rama.
48
Anak kita.
49
Ungkapan hati.
50
interviw.
51
Masih di sidang
52
Yes.
53
adik ipar
54
Kedatangan tamu
55
Bertemu mantan mertua
56
Pov. Sigit
57
Siapa?
58
Kesempatan
59
Bimbang
60
obrolan wanita
61
Jalan.
62
ngrumpi
63
Hari H
64
Dalam kamar
65
Masih di kamar
66
Teman kota
67
gagal
68
makan keluarga
69
Tamaram lampu
70
obrolan suami istri
71
persetujuan
72
balik ke kota
73
Rumah mertua
74
mulai terbuka
75
Sakitnya Nana
76
Batin seorang ibu
77
Terbongkar
78
Tangisan Anak
79
Kenyataan.
80
Godaan suami
81
Quality time keluarga
82
ke tempat kost
83
obrolan teman
84
ajaraan tetangga
85
di sapa
86
intograsi suami
87
kunjungan mantan
88
penasaran
89
sakit tiba-tiba
90
Putra pertama
91
kegundahan.
92
ketegangan
93
Rasa sakit
94
istirahat.
95
mengerti
96
Permintaan mama
97
Menepati permintaan
98
Saling memaafkan
99
Ibu dan Sigit.
100
Terasa ramai
101
saling berpelukan
102
ajakan nikah
103
Healing
104
Datang ke rumah.
105
ajakan
106
keluarga hangat
107
Mengumumkan
108
Akhir kebahagiaan
109
promosi
110
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!