kotak makan mama

Pov. Rama.

Hal pertama yang aku sesali saat ini adalah. Kenapa aku harus ke rumah Yanna di saat Yanna selesai mandi dengan penampilan seperti itu!

Aku sempat terkesiap menatap sedikit jauh saat Nana memeluk Yanna. Gadis itu memakai daster payung di bawah lutut, lengan tak terlalu panjang di tambah di lilit handuk di kepalanya, memperlihatkan jenjang leher yang putih dan mulus.

Ohh.. sial. Ini waktu yang tidak tepat, berkunjung ke rumh gadis dengan keadaan seperti ini. Dan ini semua, karna Nana.

Mencoba menetralkan keadaanku, berusaha untuk biasa saja dan aku berjalan menuju Yanna. Kata maaf aku ucapkan, dan Yanna tidak mempermasalahkan itu. Dia menyuruhku untuk menunggu di dalam kamar, aku dan Nana pun menurut.

Aku tak tau harus berbuat apa, duduk seperti kemarin di depan pintu dan diam-diam mataku mencuri pandang punggung Yanna yang sedang menjemur pakaiannya. Seulas senyik terbit kembali di bibirku. Dan aku tersadar, membuang jauh-jauh isi otakku ini.

Astaga.. Jauhkan pikiranku dari hal-hal yang kotor Tuhan.

Aku pun kembali fokus dengan Nana yang duduk manis di depanku sambil matanya melihat-lihat kamar Yanna. Bersih, sprei kasur yang baru dan wangi.

Aku mulai suka dengan wangi kamar ini, tenang dan nyaman.

" Tante, sudah selesai." Kata Nana, membuat diriku kembali tersadar. Dan aku mendongakkan kepala melihat Yanna ada di depanku dengan senyum.

" Sudah Mbak Nana." Jawabnya. " Permisi ya mas." Ujarnya lagi sedikit membungkuk saat ingin masuk ke dalam kamarnya, aku hanya mengangguk dan tersenyum.

" Sebentar ya mbak Nana, Tante ke kamar mandi dulu." Pamitnya, membuat Nana mengangguk.

Sekitar lima menit Yanna ada di kamar mandi, dengan kepala dia yang sudah tidak ada lagi lilitan handuk. Rambut setengah basah tergerai, harum hand body serta rambut Yanna tercium di hidungku.

Menyegarkan dan memasukkan.

" Tante, itu bonekanya siapa?" Tanya Nana, melihat boneka yang ada di atas lemari box yanna.

" Bonekanya Tante, mbak Nana mau main?" Tanya lembut Yanna.

" Boleh tante."

" Boleh sayang." Jawabnya, mengambil boneka warna hijau. Seperti boneka berkarakter katak. Tapi menggemaskan.

Yanna duduk di depan Nana dan memberikan boneka padanya. Nana menerimanya dan beralih duduk di atas pangkuan Yanna.

" Nana?" Tegurku, melihat Nana yang mulai manja pada Yanna.

" Tidak Apa-apa Pak." Jawab Yanna, mengusap lembut rambut Nana dan memeluknya gemas.

" Nana baru pulang sekolah?" Tanya Yanna.

" Iya, Nana sama Papa langsung ke sini. Naik ojek." Jawab Nana.

" Naik ojek?" Ulang Yanna.

" Aku naik mobil, tapi aku parkirkan di mall." Sahutku.

" Apa enggak kejauhan."

" Aku enggak tau kalau ke sini mau di parkir di mana." Jawabku, membuat Yanna mengangguk mengerti.

" Ini, dari mama." Ucapku mengulurkan bekal kotak makanan ke depan Yanna, membuat Yanna mengerutkan kening menatapku.

Pov. Yanna.

Bisakah aku membuat peraturan mulai hari ini. Peraturan untuk bertamu ke kostku. Rasanya ingin sekali aku marah atau mengusir tamu di waktu yang tidak tepat. Apa lagi dengan keadaanku yang seperti ini. memakai daster, rambut yang aku gulung dengan handuk dan juga menjemur pakaian. Yang mungkin akan bisa di lihat oleh tamu datang secara tiba-tiba, tanpa di undang.

Bukan malu, hanya saja sedikit risih ada tamu di kala waktu yang tidak tepat. Tapi aku mencoba sebiasa mungkin, dan tak menghiraukan Papa Yanna yang mungkin sedang memperhatikanku.

Aku mengambil sisir dan juga hand body di atas lemari box, membawanya ke dalam kamar mandi untuk berdandan di sana. Tidak mungkin kan aku menyisir rambutku setengah basah di hadapan Pria, apa lagi di hadapan Papa Nana. Bisa di kira aku sedang menggodanya nanti.

Menyebalkan, Padahal ini kamar kostku sendiri. Kenapa aku yang jadi tidak enak hati. Seharusnya sesuka aku mau melakukan apa. Tapi.. Ah.. sudahlah, aku mengalah saja. Lagian juga anak kecil yang menggemaskan sedang menjengukku.

Lucu sekali.

Di besuk dengan gadis kecil yang memakai seragam sekolah, sambil menenteng tas di bahunya.

Nana, anak itu semakin akrab saja denganku. Aku duduk di depan Nana dan memberikan boneka yang Nana minta. Nana pun beralih duduk di pangkuanku, aku memeluknya gemas dan menciumi pipinya yang gimbul.

Rasanya aku seperti kangen Naufal. Kangen putraku yang sama pipi gimbulnya dengan Nana.

Tinggal satu minggu lagi awal bulan. Tunggu mama ya nak.

" Ini, dari mama." Ucap Rama, membuatku mengerutkan kening menatapnya dan bergantian menatap kotak makan di depanku.

" Itu nenek Nana yang nyiapin semua buat tante?" Imbuh Nana, membuat otakku semakin bertanya-tanya.

Kenapa sampai bawa neneknya Nana segala.

Eh.. Nenek Nana, Mamanya pak Rama?

Ngasih aku ini!

Kok malah tambah runyam.

" Buka tante!!" Riang Nana, memaksaku untuk membuka kotak makan susun dua.

" Nana? duduk di bawah nak." Ucap lembut Rama, menyuruh putrinya untuk turun dari pangkuanku dan Nana menurut berpindah duduk di sampingku.

Aku pun mulai membukanya, melihat isian kotak makan pertama.

Empat sehat lima sempurna, makanan berbagai lauk dan sayur tumis. Cap cay goreng, sambel goreng ati ayam, koloke(Ayam potong kecil-kecil di baluri tepung), potongan brownis coklat dan satu yang membuatku geli. Satu buah apel di bagian tengah

Dan di kotak makan yang berada di bawah, nasi yang begitu banyak. Seperti orang piknik saja.

" Tolong bilangkan sama Mama, bapak. Terima kasih." Ucapku pada Rama, dengan dia yang tersenyum meringis. Antara malu dan kesal karna perbuatan Mamanya.

" Mau makan?" Ucap Nana, melihat bekal kotak makan yang menggiurkan. Dan pastinya, gadis kecil ini lapar dari pulang sekolah.

" Nana?" Tegur Rama. Nana menunduk, mendapatkan teguran Papanya.

" Nana mau makan? Sudah siang, pasti lapar kan." Ucapku, membuat Nana mengangguk kecil.

" Kalau gitu ayo kita makan. Tante suapin mau?" Tanyaku lagi. membuat Nana menatap papanya seakan meminta persetujuan dari orang tuanya.

" Sudah siang pak. Nana pasti lapar, lagian ini juga enggak akan habis aku makan sendiri." Ucapku pada Rama. Seakan aku tidak suka Rama melarang atau memarahi Nana.

Rama tidak bisa menjawab, hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Meskipun aku tau dia pasti merasa tak enak hati lagi karna putrinya.

Aku mengambil piring dan sendok, menyiapkan air minum dalam botol dan gelas. Lupa mempunyai tamu tapi tak memberikan suguhan apa-apa.

Mengambilkan nasi untuk Rama, membuat dia mengerutkan kening. " Sudah siang, bapak juga harus makan kan."

" Mau di ambilkan lauk apa?" Ucapku, dan cekatan aku mengambilkan lauk serta sayur yang di pilih Rama dan berganti melayani Nana, menyuapinya dengan sabar.

Apa begini rasanya seperti keluarga!

"Naufal." Gumamku, terasa sakit hati ini.

.

.

.

.

🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Nadia

Nadia

sama kaya aku yanna, aku klo baik perhatian sama anak kecil baik pasti inget anakku, tp mau cuek jg gak enak jg kan? apa lagi sama anak kecil.

2024-05-07

0

Diah Minasih

Diah Minasih

blm up thor ayo dobel nanti yw thor😀

2022-02-20

1

city

city

semangat yana begitu pejuang rupiah dtanah rantau jauh dr keluarga anak..

2022-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Telpon putraku.
2 tempat kerja
3 rejeki malam
4 rutinitas pagi
5 tertabrak anak kecil
6 Hadiah
7 mendadak ke tempat kerja
8 Puding untuk Nana
9 Jajanan malam
10 bertemu dengannya
11 sakit tiba-tiba
12 Kasihan
13 Bimbang
14 menjenguknya.
15 dua tamu pria
16 Nana membesuk tante
17 kotak makan mama
18 Janji untuk mama
19 Putraku
20 pertemuan memuakkan
21 Telpon
22 Vidio call
23 boleh tikung?
24 terminal
25 protes
26 Mulai mengejar
27 obrolan warung kopi
28 Apa seperti ini keluarga?
29 Pasar.
30 Takut.
31 menguntitnya.
32 traktir
33 Saran di pagi hari
34 keluhan anak
35 Kenyataan
36 Ulang tahun
37 Hari bahagia Akbar
38 Diam
39 Rasa cemburu
40 Aduan ibu.
41 mendekapnya.
42 Menguatkannya
43 sentuhan berbeda
44 ungkapan
45 Kegundahan
46 Ketakutan Yanna
47 Penenang, Mas Rama.
48 Anak kita.
49 Ungkapan hati.
50 interviw.
51 Masih di sidang
52 Yes.
53 adik ipar
54 Kedatangan tamu
55 Bertemu mantan mertua
56 Pov. Sigit
57 Siapa?
58 Kesempatan
59 Bimbang
60 obrolan wanita
61 Jalan.
62 ngrumpi
63 Hari H
64 Dalam kamar
65 Masih di kamar
66 Teman kota
67 gagal
68 makan keluarga
69 Tamaram lampu
70 obrolan suami istri
71 persetujuan
72 balik ke kota
73 Rumah mertua
74 mulai terbuka
75 Sakitnya Nana
76 Batin seorang ibu
77 Terbongkar
78 Tangisan Anak
79 Kenyataan.
80 Godaan suami
81 Quality time keluarga
82 ke tempat kost
83 obrolan teman
84 ajaraan tetangga
85 di sapa
86 intograsi suami
87 kunjungan mantan
88 penasaran
89 sakit tiba-tiba
90 Putra pertama
91 kegundahan.
92 ketegangan
93 Rasa sakit
94 istirahat.
95 mengerti
96 Permintaan mama
97 Menepati permintaan
98 Saling memaafkan
99 Ibu dan Sigit.
100 Terasa ramai
101 saling berpelukan
102 ajakan nikah
103 Healing
104 Datang ke rumah.
105 ajakan
106 keluarga hangat
107 Mengumumkan
108 Akhir kebahagiaan
109 promosi
110 Promo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Telpon putraku.
2
tempat kerja
3
rejeki malam
4
rutinitas pagi
5
tertabrak anak kecil
6
Hadiah
7
mendadak ke tempat kerja
8
Puding untuk Nana
9
Jajanan malam
10
bertemu dengannya
11
sakit tiba-tiba
12
Kasihan
13
Bimbang
14
menjenguknya.
15
dua tamu pria
16
Nana membesuk tante
17
kotak makan mama
18
Janji untuk mama
19
Putraku
20
pertemuan memuakkan
21
Telpon
22
Vidio call
23
boleh tikung?
24
terminal
25
protes
26
Mulai mengejar
27
obrolan warung kopi
28
Apa seperti ini keluarga?
29
Pasar.
30
Takut.
31
menguntitnya.
32
traktir
33
Saran di pagi hari
34
keluhan anak
35
Kenyataan
36
Ulang tahun
37
Hari bahagia Akbar
38
Diam
39
Rasa cemburu
40
Aduan ibu.
41
mendekapnya.
42
Menguatkannya
43
sentuhan berbeda
44
ungkapan
45
Kegundahan
46
Ketakutan Yanna
47
Penenang, Mas Rama.
48
Anak kita.
49
Ungkapan hati.
50
interviw.
51
Masih di sidang
52
Yes.
53
adik ipar
54
Kedatangan tamu
55
Bertemu mantan mertua
56
Pov. Sigit
57
Siapa?
58
Kesempatan
59
Bimbang
60
obrolan wanita
61
Jalan.
62
ngrumpi
63
Hari H
64
Dalam kamar
65
Masih di kamar
66
Teman kota
67
gagal
68
makan keluarga
69
Tamaram lampu
70
obrolan suami istri
71
persetujuan
72
balik ke kota
73
Rumah mertua
74
mulai terbuka
75
Sakitnya Nana
76
Batin seorang ibu
77
Terbongkar
78
Tangisan Anak
79
Kenyataan.
80
Godaan suami
81
Quality time keluarga
82
ke tempat kost
83
obrolan teman
84
ajaraan tetangga
85
di sapa
86
intograsi suami
87
kunjungan mantan
88
penasaran
89
sakit tiba-tiba
90
Putra pertama
91
kegundahan.
92
ketegangan
93
Rasa sakit
94
istirahat.
95
mengerti
96
Permintaan mama
97
Menepati permintaan
98
Saling memaafkan
99
Ibu dan Sigit.
100
Terasa ramai
101
saling berpelukan
102
ajakan nikah
103
Healing
104
Datang ke rumah.
105
ajakan
106
keluarga hangat
107
Mengumumkan
108
Akhir kebahagiaan
109
promosi
110
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!