Nana membesuk tante

Pov. Rama.

" Papa?" Panggil Nana padaku, saat kami sedang makan malam bersama.

" Hmm, Iya Nak." Jawabku tersenyun sebelum menyuapkan kembali makanan ke dalam mulut.

" Tante gimana kabarnya Pa. Apa tante sudah sembuh." Tanya Nana. Wajah Nana terlihat sedih, begitu sedihnya ia mendengar Yanna sakit dan tidak bisa menjenguknya.

Apa sebegitu berartinya Yanna di mata Nana, Apa sebegitu sayangnya Nana pada Nana. Aku menjadi merasa kasihan sendiri melihat Nana yang tidak ceria seperti biasanya.

" Kamu tadi menjenguk tantenya Nana Ram?" Tanya Mama.

" Iya Ma." Aku hanya mengangguk. " Dia sudah agak mendingan tadi." Imbuhku, membuat mama yang mendengar jawabanku tersenyum karna aku menjenguk tante kesayangan Nana.

Itu juga karna mama, bila bukan mama yang mempunyai ide untuk menjenguk Yanna. Mana mungkin aku bisa berpikiran seperti itu dan batin serta isi otakku saling berdebat hingga membuatku stres saja.

" Berarti tante sudah sembuh pa!" Antusias Nana, wajah terlihat kembali cerah.

" Iya sayang. Tante Yanna sudah sembuh."

" Berarti besok tante Yanna masuk kerja ya pa, Nana boleh ketemu tente Yanna di tempat kerjanya kan!"

" Besok tante Yanna masih libur, nanti kalau sudah masuk kerja Nana boleh samperin tante Yanna."

" Kenapa enggak kamu anterin saja besok Nana pulang sekolah ke rumah Yanna." Kata Mama, membuatku mengerutkan kening. Sedangkan Nana menatapku dengan memelas.

Bukan aku tidak mau mengajak Nana ke kost Yanna. Tapi di kost Yanna terbilang kost bebas dan tidak terlihat ada anak kecil di sana, kecuali di gang kampung. Yang pastinya sudah banyak anak kecil. Bukan aku malu mengajak Nana ke kostnya Yanna, Hanya saja aku takut Nana tidak bisa menyesuaikan lingkungan kost Yanna.

Mama juga belum tau tentang Yanna, yang ternyata gadis itu perantauan. Tinggal di kota dan ngekost sendiri.

Apa lagi tadi Yanna menerima tamu teman kerjanya, Pria dan perempuan. Bisa di bilang pria itu manajer Yanna. Aku sudah pernah bertemu dengannya dan sudah sedikit mengobrol waktu itu di ruang kerjanya saat menunggu Yanna datang.

Untuk pertama kali, seorang manajer datang membesuk bawahannya yang sakit. Kalau bukan karyawan teladan itu berarti karyawan spesial. Karna seorang manajer tak akan mungkin mau membesuk bawahannya, bila bukan ada maunya.

Dari tatapan manajer Yanna sepertinya pria itu menyukai Yanna. dan masih berusaha mendekati Yanna dengan Yanna yang tak memberi harapan apapun. Gadis itu datar dan sulit sekali di tebak.

Saat aku makan bersamanya pun, jarang sekali kami mengobrol. Dia memang pendiam atau malu. Sama teman kerja atau tetangganya pun juga begitu, pelit menjawab dan jarang tertawa. Atau dia masih sakit, mangkanya itu dia tidak banyak bicara dan tertawa. Berbeda sekali saat dia bersama Nana.

" Papa? Boleh ya besok pulang sekolah nana njenguk Tante?" Pinta melas Nana.

" Antarkan saja Ram? Kasihan Nana." Ujar mama.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas berat. benar-benar hatiku ini tak tega melihat wajah Nana.

" Iya, besok Papa antar ke rumah Tante Yanna." Jawabku, membuat Nana tersenyum lebar begitu pun mama yang ikut tersenyum.

Mereka tau kelemahanku, hanya dengan wajah memelas.

Pagi matahari yang belum terlihat, aku menggeliat karna goyangan tubuhku dari samping dan suara gadis kecil membuatku harus membuka mata.

" Papa! Ayo bangun!! Antar nana sekolah Pa!" Semangat Nana. Aku yang mendengarnya tersenyum, duduk bersandar dan juga mengacak rambut Nana.

" Kok sudah rapi? Jam berapa ini." Tanyaku, melihat jam dinding yang masih menunjuk di angka lima tiga puluh.

Ini masih terlalu pagi. Dan Nana sudah terlalu rapi pagi ini, begitu semangat sekali berangkat sekolah.

" Nana sudah gak sabar ketemu tante Pa!! Ayo cepat mandi! Biar Nana bisa pulang cepat nanti di sekolah." Ujarnya. Membuatku menggelengkan kepala dan tersenyum.

Anak ini masih Tk A, masuk sekolah jam setengah delapan pulang pun juga jam sepuluh. Mana ada ingin pulang cepat, dan sekolah pun juga belum buka.

" Iya papa Mandi Sayang!! Nana tunggu papa di meja makan dulu." Perintahku, membuat Nana mengangguk semangat.

Melihat punggung Nana, berjalan riang membuatku senang. Sebegitu senangkah putriku bertemu dengan Yanna.

Ternyata bukan Nana saja yang senang aku bertemu dengan Yanna. Tapi mama juga, dia begitu antusias menyiapkan bekal makanan untuk Yanna.

Sempat aku protes, tapi mama malah menceramahiku.

" Kalau mau njengukin orang sakit itu harus bawa sesuatu! Masak gak bawa apa-apa. malu kan!"

Aku pun membawa bekal kotak makan dari Mama untuk Yanna. Mengantarkan Nana ke sekolah dan menjemput Nana dua jam selesai sekolah, meminta baby sister Nana pulang naik ojek dan memberikan uang transportasi, karna baby sister Nana tidak perlu ikut aku ke kost Yanna.

" Kenapa ke mall Pa? Katanya ke rumah Tante?" Protes Nana.

" Kita naik ojek ke rumah Tante."

" Kenapa pah?"

" Mobilnya enggak bisa masuk ke gang rumah tante Yanna." Jawabku, membuat Nana masih belum mengerti.

Aku pun memesan ojek online, menyesuaikan alamat kost Yanna. Rasanya aku ini seperti. seorang ayah mengantarkan anak bertemu dengan ibunya yang sakit akibat rindu tak jumpa putrinya.

Pov. Yanna.

Tubuhku sudah membaik, demam dan pusingku sudah menghilang. Aku memutuskan untuk mandi, satu hari tubuhku tak menyentuh air. Badanku terasa lengket dan bau keringat di kepala membuat rambutku sedikit lembek.

Rasanya terasa segar, setelah aku mandi dan juga mencuci baju kotor serta mengganti sprei juga sarung bantal yang tercampur bau keringat. Mengganti sprei kasur baru dan membersihkan kamar kost yang sehari tidak aku bersihkan.

Membuka lebar-lebar kamar kost, agar udara masuk dan menghirup bau pengap dalam kamarku. Di saat aku akan menjemur pakaian, aku mendengar suara cempreng dari gadis anak kecil yang berlari ke arahku.

" Tante!!" Seru gadis kecil, tersenyum lebar berlari ke arahku.

" Nana." Gumamku. Membuatkan mata melihat Nana ke kostku dan itu, bersama dengan Papanya.

Oh.. Astaga!! Kenapa jam segini dia datang.

" Tante!" Serunya, memeluk pinggangku dan mendongak menatapku.

" Kata Papa tante sakit? Nana ke sini njengukin tante." Kata Nana. Aku yang mendengarnya pun terharu. Berjongkok di menyesuaikan tinggiku dengan Nana dan mengusap lembut pipi gadis kecil itu.

" Tante sudah sehat sayang. Makasih ya Nana sudah njengukin tante?" Ucapku, hangat pada Nana. " Nana ke kamar tante dulu ya, tante mau njemur pakaian sebentar saja." Imbuhku menyuruh Nana untuk masuk ke dalam kamarku. Nana menurut mengerti, aku pun berdiri dan mengusap kepalanya.

" Maaf kalau aku ke sini lagi, Nana maksa minta anterin ketemu tantenya katanya." Kata Rama, Tersenyum kaku padaku.

" Enggak pa-pa pak." Jawabku. " Saya tinggal sebentar jemur baju, bapak masuk saja ke dalam sama Nana."

" Iya." Jawab Rama tersenyum. Meninggalkanku masuk ke dalam kamar kostku.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas berat, kenapa dia datang di saat aku seperti ini. Dan itu bersama Nana.

Dan ini aku seperti mantan istri yang meminta tolong pada mantan suami untuk mengantarkan putriku ke rumah.

.

.

.

.

🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Erna Sulastri

Erna Sulastri

absen ka cuzi

2022-02-19

3

💠 Coco 💠

💠 Coco 💠

duda anak 1 ktmu janda anak 1 jg.... cocok wes

2022-02-19

2

Diah Minasih

Diah Minasih

up lagi....lagi....lagi.....😁

2022-02-19

2

lihat semua
Episodes
1 Telpon putraku.
2 tempat kerja
3 rejeki malam
4 rutinitas pagi
5 tertabrak anak kecil
6 Hadiah
7 mendadak ke tempat kerja
8 Puding untuk Nana
9 Jajanan malam
10 bertemu dengannya
11 sakit tiba-tiba
12 Kasihan
13 Bimbang
14 menjenguknya.
15 dua tamu pria
16 Nana membesuk tante
17 kotak makan mama
18 Janji untuk mama
19 Putraku
20 pertemuan memuakkan
21 Telpon
22 Vidio call
23 boleh tikung?
24 terminal
25 protes
26 Mulai mengejar
27 obrolan warung kopi
28 Apa seperti ini keluarga?
29 Pasar.
30 Takut.
31 menguntitnya.
32 traktir
33 Saran di pagi hari
34 keluhan anak
35 Kenyataan
36 Ulang tahun
37 Hari bahagia Akbar
38 Diam
39 Rasa cemburu
40 Aduan ibu.
41 mendekapnya.
42 Menguatkannya
43 sentuhan berbeda
44 ungkapan
45 Kegundahan
46 Ketakutan Yanna
47 Penenang, Mas Rama.
48 Anak kita.
49 Ungkapan hati.
50 interviw.
51 Masih di sidang
52 Yes.
53 adik ipar
54 Kedatangan tamu
55 Bertemu mantan mertua
56 Pov. Sigit
57 Siapa?
58 Kesempatan
59 Bimbang
60 obrolan wanita
61 Jalan.
62 ngrumpi
63 Hari H
64 Dalam kamar
65 Masih di kamar
66 Teman kota
67 gagal
68 makan keluarga
69 Tamaram lampu
70 obrolan suami istri
71 persetujuan
72 balik ke kota
73 Rumah mertua
74 mulai terbuka
75 Sakitnya Nana
76 Batin seorang ibu
77 Terbongkar
78 Tangisan Anak
79 Kenyataan.
80 Godaan suami
81 Quality time keluarga
82 ke tempat kost
83 obrolan teman
84 ajaraan tetangga
85 di sapa
86 intograsi suami
87 kunjungan mantan
88 penasaran
89 sakit tiba-tiba
90 Putra pertama
91 kegundahan.
92 ketegangan
93 Rasa sakit
94 istirahat.
95 mengerti
96 Permintaan mama
97 Menepati permintaan
98 Saling memaafkan
99 Ibu dan Sigit.
100 Terasa ramai
101 saling berpelukan
102 ajakan nikah
103 Healing
104 Datang ke rumah.
105 ajakan
106 keluarga hangat
107 Mengumumkan
108 Akhir kebahagiaan
109 promosi
110 Promo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Telpon putraku.
2
tempat kerja
3
rejeki malam
4
rutinitas pagi
5
tertabrak anak kecil
6
Hadiah
7
mendadak ke tempat kerja
8
Puding untuk Nana
9
Jajanan malam
10
bertemu dengannya
11
sakit tiba-tiba
12
Kasihan
13
Bimbang
14
menjenguknya.
15
dua tamu pria
16
Nana membesuk tante
17
kotak makan mama
18
Janji untuk mama
19
Putraku
20
pertemuan memuakkan
21
Telpon
22
Vidio call
23
boleh tikung?
24
terminal
25
protes
26
Mulai mengejar
27
obrolan warung kopi
28
Apa seperti ini keluarga?
29
Pasar.
30
Takut.
31
menguntitnya.
32
traktir
33
Saran di pagi hari
34
keluhan anak
35
Kenyataan
36
Ulang tahun
37
Hari bahagia Akbar
38
Diam
39
Rasa cemburu
40
Aduan ibu.
41
mendekapnya.
42
Menguatkannya
43
sentuhan berbeda
44
ungkapan
45
Kegundahan
46
Ketakutan Yanna
47
Penenang, Mas Rama.
48
Anak kita.
49
Ungkapan hati.
50
interviw.
51
Masih di sidang
52
Yes.
53
adik ipar
54
Kedatangan tamu
55
Bertemu mantan mertua
56
Pov. Sigit
57
Siapa?
58
Kesempatan
59
Bimbang
60
obrolan wanita
61
Jalan.
62
ngrumpi
63
Hari H
64
Dalam kamar
65
Masih di kamar
66
Teman kota
67
gagal
68
makan keluarga
69
Tamaram lampu
70
obrolan suami istri
71
persetujuan
72
balik ke kota
73
Rumah mertua
74
mulai terbuka
75
Sakitnya Nana
76
Batin seorang ibu
77
Terbongkar
78
Tangisan Anak
79
Kenyataan.
80
Godaan suami
81
Quality time keluarga
82
ke tempat kost
83
obrolan teman
84
ajaraan tetangga
85
di sapa
86
intograsi suami
87
kunjungan mantan
88
penasaran
89
sakit tiba-tiba
90
Putra pertama
91
kegundahan.
92
ketegangan
93
Rasa sakit
94
istirahat.
95
mengerti
96
Permintaan mama
97
Menepati permintaan
98
Saling memaafkan
99
Ibu dan Sigit.
100
Terasa ramai
101
saling berpelukan
102
ajakan nikah
103
Healing
104
Datang ke rumah.
105
ajakan
106
keluarga hangat
107
Mengumumkan
108
Akhir kebahagiaan
109
promosi
110
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!