Pov. Yanna.
Papa Nana membawaku ke klinik dokter umum sedikit jauh dari tempat kostku. Dia menemaniku masuk ke dalam ruangan dokter, dan mendengarkan semua penuturan dokter serta memintakan surat ijin tidak masuk kerja selama dua hari untukku.
Untuk pertama kali dalam dua tahun lebih aku tak pernah masuk kerja, kecuali liburku yang aku rangkap selama dua tiga hari lamanya untuk pulang ke desa.
Aku tidak masalah tentang papa Nana yang meminta surat ijin pada dokter, dan mungkin memang harus aku beristirahat selama dua hari agar tubuhku kembali sehat dan bisa bekerja lagi.
" Kamu duduk saja, biar aku yang naruh resep obatnya." Ucap Papa Nana, aku pun hanya mengangguk dan berjalan menuju kursi panjang, menyandarkan kepala ke samping bersendakap ke dua tanganku di atas perut dan memejamkan mata.
Sungguh, aku tak kuat Tuhan.
Dan untuk pertama kali, aku merasakan sakit secara tiba-tiba seperti ini. Beruntungnya ada orang yang kenal denganku dan mau membantuku.
" Yanna?" Panggil pelan suara pria, membuatku membuka mata dan menatapnya.
" Sudah, ayo pulang." Ajak Papa Nana, menunjukkan kantong plastik berisi obat di tangannya.
" Berapa?" Tanyaku lirih, membuat Papa Nana mengerutkan kening.
" Sudah ayo." Ucapnya tanpa mau menjawab tanyaku dulu, berapa menebus obatnya.
" Jangan berdebat di sini, Nanti saja kalau sudah sampai di rumah kamu." Imbuh Papa Nana.
Dan siapa juga yang mau berdebat dengan keadaan seperti ini. Aku tidak kuat dan pastinya akan kalah.
Aku memilih diam, beranjak berdiri dan berjalan terlebih dulu dengan sangat pelan. Di ikuti papa Nana dari belakang, mungkin takut bila aku pingsan mangkanya dia lebih memilih berjalan di belakangku, biar aku bisa di tangkap agar tidak terjatuh di lantai.
Tuhan, Kenapa aku bisa berpikir seperti itu."
Aku menunjukkan jalan arah kostku, melewati gang yang bukan biasa aku lewati berangkat kerja. Jalan utama yang sedikit lebar, tapi tak bisa di lewati mobil, dan hanya bisa di lewati motor saling bersalipan.
Sampai di tempat kost, Papa Nana memarkirkan motor di halaman kost dan ikut aku masuk menuju lorong kost yang sudah mulai ramai akan orang-orang yang baru pulang kerja.
" Yanna?" Panggil Mas Bayu di ambang pintu kamar mbak Indri, menatapku dengan mengerutkan kening.
Dan iru artinya! Mas Bayu penasaran akan siapa pria yang ada di belakangku.
Maaf Mas, Tanyanya nanti saja. Aku sudah gak kuat. Pengen cepat ambruk di kasur.
" Sayang!!" Panggil Mas Bayu, melongok ke belakang memanggil Mbak Indri.
Hebohlah sudah sepasang kekasih itu nantinya ke kamarku.
Aku tidak peduli lagi dengan Papa Nana. Aku langsung merebahkan tubuh di atas kasur dan meringkukkan tubuhku.
" Kamu sudah makan?" Tanya Papa Nana yang berada di ambang pintu kamarku. Entah kenapa dia tidak masuk, dan aku tidak peduli.
Aku menggelengkan kepala sambil menutup mata.
" Aku belikan makan dulu di depan." Kata Papa Nana. Aku tidak tau harus mengangguk atau menggelengkan kepala, hanya kelopak mataku saja seperti ingin membuka tapi tak bisa. Dan aku hanya mendengar pintu kamarku tertutup.
Pov. Rama.
" Kamu siapa?" Suara wanita dari samping sedikit membuatku terkejut kala sudah menutup pintu kamar Yanna.
" Aku temannya Yanna." Jawabku sedikit berbohong, padahal aku belum kenal dia tapi sudah mengaku menjadi temannya.
" Teman?" Ulangnya, mengerutkan kening. Menatap tak percaya padaku.
" Aku mengantar Yanna karna dia sedang sakit dan barusan dari dokter." Imbuhku lagi, mencoba meyakinkan tetangga kost Yanna.
" Yanna sakit!" Terkejut wanita itu. Aku hanya mengangguk membenarkan.
" Tolong jaga Yanna sebentar, Aku mau membelikan Yanna makan sebelum minum obatnya." Pintaku pada wanita itu, wanita itu hanya mengangguk dan masuk ke kamar Yanna begitu saja. di ikuti pria yang tadi menyapa Yanna yang melihatku sekilas dengan senyum.
Aku tidak tau Yanna mempunyai hubungan apa sama mereka, yang terlihat seperti sepasang suami istri. Dan sangat peduli dan khawatir sekali pada Yanna.
Aku pun memutuskan melangkah kuluar dari kost Yanna untuk mencari makanan. menaiki motor dan tidak terlalu jauh aku menemukan warung makan soto ayam. Memesan satu porsi soto ayam, untuk di bungkus dan di pisahkan antara nasi dengan kuah soto.
Awalnya aku kira dia di sini mempunyai rumah tinggal bersama keluarganya, ternyata aku salah. Dia seorang gadis perantau tinggal di kost yang padat dan bekerja di restoran di salah satu mall strategis banyak pengunjung.
Kost-kosan yang tidak terlalu rapi, dan banyak sekali bergelantungan baju di setiap depan kamar kost, termasuk depan kamar kost Yanna. Tapi tidak terlalu banyak, hanya tiga kastok baju yang aku lihat. Dan Yanna termasuk penghuni kamar kost yang rapi.
Gadis itu benar-benar sakit, masuk ke dalam kamar kost. Dia langsung tumbang di atas kasur tanpa dipan ( Ranjang ), dan meringkuk serta mata yang sudah terpejam.
Aku yang melihatnya, merasa kasihan dan tidak tega sekali rasanya meninggalkannya. Apa lagi dalam keadaan sakit dan sendiri tanpa ada kerabat. Beruntung saat aku akan keluar mencari makan, tetangga Yanna datang menanyakan siapa aku. Dan aku sedikit berbohong tentang diriku siapanya Yanna.
Berbohong demi keselamatanku juga, takut bila nanti tetangga Yanna salah paham denganku dan meneriakiku maling. Bisa bonyok ini mukaku nanti.
Aku kembali lagi ke kost Yanna, membawakan makanan untuk Yanna agar dia segera minum obat dan beristirahat.
Ada rasa sedikit lega, saat aku lihat tetangga Yanna sepasang suami istri itu masih berada di kamar Yanna untuk menemaninya. Yang wanita telatennya mengompres kening Yanna dengan sapu tangan dan air hangat. Dan yang suaminya hanya duduk di samping depan pintu.
" Ini makanannya, tolong Yanna bangunkan." Ucapku, menyerahkan kantong plastik berisi makanan pada wanita tetangga Yanna.
Tetangga Yanna menerimanya, mengangguk mengerti dan menyiapkan makanan untuk Yanna. Sedangkan aku, ikut duduk sedikit jauh di samping suami wanita tetangga Yanna.
Aku melihat Yanna, tidur telentang tubuh tertutup selimut, wajah pucat, mata tertutup dan bibir sedikit terbuka. Dia benar-benar terlihat sangat lelah dan sakit.
" Kamu teman satu kerja sama Yanna." Tanya suami wanita tetangga Yanna.
" Bukan, aku teman kenalannya Yanna." Jawabku. Aku sedikit berbohong, karna aku tidak mengenal dan berkenalan dengan Yanna. Tapi Nana, putriku mengenal Yanna.
" Sudah lama?" Tanyanya lagi, Sepertinya aku mulai di intrograsi oleh tetangga suami Yanna.
" Baru beberapa bulan." Jawabku, dan suami tetangga Yanna mengangguk lagi.
Dan aku memperhatikan Yanna kembali, saat dia membuka mata dan juga mulai duduk bersandar di tembok kala tetangganya membangunkannya untuk makan dan minum obat.
.
.
.
.🍃🍃🍃🍃
Double up sayang.😁😁 Tapi maaf agak malam.
Yuk jangan lupa vote, like dan komen ya kak. Dan terima kasih yang sudah memberiku tip. 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Kas Gpl
semangat othor
2022-02-16
0
sunu prosanti
waah double double 😍
Semangat trus Kak Cuuzie 😘😘😘
2022-02-16
2
FLA
nie kembang mawar untuk mu kak semangat😉
2022-02-16
2