bertemu dengannya

Hari yang menyebalkan dalam pekerjaan adalah, ketika siff kerja masuk siang pulang malam dan esoknya mendapatkan siff pagi membuat tidur berkurang dan rasa malas sekali untuk beranjak dari kasur busaku.

Pagi sekali aku harus bangun, tanpa menyapa putraku lewat vidio call. Karna pagi ini aku sedikit terlambat bangun, dengan secepat kilat aku mandi, mengganti baju kerja dan sedikit memoles pelembab saja di wajah.

Keluar dari kamar, aku tidak bertemu mbak Indri mungkin dia sudah berangkat kerja. Aku jalan begitu cepat dan tetap menyapa ramah para tetangga kampung yang juga menyapaku dengan senyum.

Capek, pasti. Kaki begitu pegal. Jalan seperti di kerja hantu, takut bila terlambat akan kena omelan. Padahal tidak juga, hanya saja takut itu selalu menghantui.

Beruntung, aku sampai di restoran dengan tepat waktu di saat semua teman-temanku akan masuk ke dalam restoran.

" Capek?" Keluhku lirih. saat berada di ruang loker.

" Sama." Keluh Sari, yang sama siff siang dan ganti menjadi pagi.

" Ada gak sih kerja gampang gitu? Hanya duduk tapi bisa dapat uang." Imbuhnya.

" Ada ada!" Kata temanku pria, eko.

" Apa?" Tanyaku bersamaan dengan Sari.

" Momong tuyul." Jawab Eko.

" Kampret!!" Umpat Sari, membuat eko tertawa terbahak-bahak. Pagi-pagi sudah membuat orang emosi saja.

" Katanya mau duduk dapat uang banyak tanpa mau kerja?" Kata Eko.

" Tapi enggak juga melihara tuyul Eko patrio!! Kamu kira enak apa!" Sungut Sari masih meladeni ucapan eko.

" Enak lah! Cuma tinggal kasih makan,mainan dan minum susu, sudah. gampangkan."

" Tinggal di beri saja, stocknya juga berlimpah." Imbuhnya, sambil mengerlingkan mata.

" Astafirullah!" Sebutku bersamaan dengan Sari. Dan Sari yang merasa jengkel langsung memukul lengan eko. Yang membuat aku langsung puas karna genitnya eko.

" Hahaha, maaf, maaf bercanda!!" Eko tertawa karna puas membuat aku dan sari jengkel.

" Lagian mana ada Kerja duduk langsung dapat uang banyak kalau enggak melihara pesugihan. Mangkanya kerja itu semangat, di tabung biar dapat uang banyak, terus buka usaha sendiri. kalau ramai nyari karyawan, langsung bisa duduk tenang dech." Imbuhnya, dengan senyum bangga. dan pastinya itu eko membayangkan apa yang di ucapkannya.

" Ngomong gampang, coba kalau di praktekin. Susah." Kata Lisa, aku hanya menyimak saja dua temanku yang masih saling sahut menyahut pertanyaan.

" Ya kan awal memang harus susah dulu, kalau mau yang instan. Ya itu tadi." Jawab Eko.

" Udah-udah, berdebat mulu!" Leraiku, yang tak ada habisnya bila Sari dan Eko masih saling berdebat. " Jodoh lo!" Godaku, membuat Eko dan Sari saling memandang dan membuang muka bersamaan.

" Amit-amit!!" Seru Sari bersamaan dengan Eko, mengetuk-ngetuk loker dan juga kening kepalanya.

" Jodoh loh! Jodoh!" Godaku lagi sambil tertawa dan berjalan menuju depan untuk mulai membersihkan restoran.

" Yanna!!" Teriak histeris Sari sambil mengejarku, semakin aku tertawa mendengarnya.

Setidaknya pagiku yang sedikit lelah ini terhibur dengan tingkah dua teman bela kelam*n beradu mulut tidak ada henti.

Pov. Rama.

Sorenya jalanan tidak terlalu padat menuju jalan pulang ke arah rumahku ketika jam belum menunjukkan pulang kerja. Aku lebih suka mengendari motor dari pada mobil yang terbilang cukup lama untuk sampai di toko.

Aku seorang wirausaha di bidang tekstil, menjual kain kiloan di daerah pasar grosir maupun di pertokoan daerah lain. Bisnis yang aku rintis dari bawah saat aku memutuskan berhenti bekerja di kantor besar, yang membuat uang tabunganku cukup untuk membuka usaha kecil-kecilan.

Trategis yang menguntungkan, mencari tempat koto pertama di pasar grosir tepat di depan jalan raya. Awal mula mempunyai tiga pegawai hingga hampir lima tahun, aku sudah mempunyai tiga puluh pegawai laki-laki dan perempuan dari lima toko tersebar di surabaya.

Bisnis yang aku tekuni membuahkan hasil dan bisa membuatku sebagai pemilik toko di usia tiga puluh tahun.

Aku memilih menepi sebentar, mengambil ponsel di saku jaketku yang bergetar.

Mama

" Ya Ma, ada apa?" Tanyaku pada Mama yang menelpon.

" Ram? Nana minta di belikan puding di tempat tante katanya." Ujar Mama langsung tanpa basa basi.

Tante?

Aku hanya bisa menggaruk keningku yang tidak gatal, karna permintaan Nana yang ingin di belikan puding di tempat kerja gadis pelayan restoran.

" Ram?" Panggil Mama di sebrang telpon.

" Papa!! Nana mau pudingnya tante!" Teriak Nana membuatku sadar dan menghembuskan nafas berat.

Rasanya malas sekali ke tempat restoran itu, apa lagi bila nanti bertemu dengan gadis pelayan, rasanya muka ini mau di taruh kemana. Jelas aku masih malu karna putriku yang sok kenal dengan gadis pelayan itu.

" Papa!" Rengek Nana.

" Iya papa belikan." Ucapku, membuat Nana yang di sebrang sana bersorak gembira dan pastinya Mama sedang tersenyum senang karna mau menuruti Nana.

Rama mematikan ponsel, menaruh kembali ke dalam saku. Beruntungnya aku ke tempat cabang tokoku yang sejalan arah mall tempat restoran itu berada dan sejalan pula dengan rumahku.

Tak butuh waktu lama, aku memarkirkan motor di lantai satu dan berjalan menuju restoran yang berada di lantai dua yang Nana inginkan untuk memakan puding.

Aku memesan, menunggu pesananku duduk tak jauh dari kasir. Tidak terlalu ramai, aku juga tak melihat gadis pelayan itu bekerja.

Kemana dia?

Rama menggelengkan kepala, kenapa juga mencari dia? Padahal tujuanku ingin cepat pergi dari restoran ini, agar tidak bertemu dengan dia. Karna dirinya masih tidak enak hati karna ulah Nana.

Setelah pesanannya jadi, aku pun keluar restoran menuju parkir. Dan aku tak sengaja bertemu dengan gadis itu di eskalator saat aku akan turun menuju lantai satu.

Aku dan dia sama-sama terkejut, dan gadis itu tersenyum lebih dulu sebelum melangkah mundur, menyuruhku untuk terlebih dulu melangkah menuju eskalator.

Dia tepat berada dua tangga di belakangku sedikit menjaga jarak. tak ada dallam diri kita saling menyapa atau sekedar bertanya. Sepertinya dia tidak lupa denganku, atau dia memang orangnya sombong.

Aku tak ambil pusing, aku juga ikut diam untuk apa juga aku menyapanya. Turun dari eskalator aku berbalik badan melihat dia sudah berjalan tepat di sampingku.

" Mari?" Sapanya sedikit mengangguk, membuat aku sedikit terkesiap ikut senyum dan mengangguk.

Aku pikir dia sombong.

gadis itu berjalan terlebih dulu menuju parkiran motor. Aku mengikuti langkahnya dari belakang, Jika aku tidak menahan bahunya mungkin dia akan terjatuh akibat remaja sekolah saling berdorong masuk ke mall.

Mata kami saling menatap, tangan kami saling menyentuh hingga dia terlebih dulu mengalihkan tangan dan juga tubuhnya dari tanganku yang menahan bahunya.

.

.

.

🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Erna Sulastri

Erna Sulastri

lanjut ka

2022-02-15

1

💠 Coco 💠

💠 Coco 💠

eeeeheeemmm....😁😁😁😁

2022-02-15

1

FLA

FLA

cie papap tatap tatapan uhuiii

2022-02-14

1

lihat semua
Episodes
1 Telpon putraku.
2 tempat kerja
3 rejeki malam
4 rutinitas pagi
5 tertabrak anak kecil
6 Hadiah
7 mendadak ke tempat kerja
8 Puding untuk Nana
9 Jajanan malam
10 bertemu dengannya
11 sakit tiba-tiba
12 Kasihan
13 Bimbang
14 menjenguknya.
15 dua tamu pria
16 Nana membesuk tante
17 kotak makan mama
18 Janji untuk mama
19 Putraku
20 pertemuan memuakkan
21 Telpon
22 Vidio call
23 boleh tikung?
24 terminal
25 protes
26 Mulai mengejar
27 obrolan warung kopi
28 Apa seperti ini keluarga?
29 Pasar.
30 Takut.
31 menguntitnya.
32 traktir
33 Saran di pagi hari
34 keluhan anak
35 Kenyataan
36 Ulang tahun
37 Hari bahagia Akbar
38 Diam
39 Rasa cemburu
40 Aduan ibu.
41 mendekapnya.
42 Menguatkannya
43 sentuhan berbeda
44 ungkapan
45 Kegundahan
46 Ketakutan Yanna
47 Penenang, Mas Rama.
48 Anak kita.
49 Ungkapan hati.
50 interviw.
51 Masih di sidang
52 Yes.
53 adik ipar
54 Kedatangan tamu
55 Bertemu mantan mertua
56 Pov. Sigit
57 Siapa?
58 Kesempatan
59 Bimbang
60 obrolan wanita
61 Jalan.
62 ngrumpi
63 Hari H
64 Dalam kamar
65 Masih di kamar
66 Teman kota
67 gagal
68 makan keluarga
69 Tamaram lampu
70 obrolan suami istri
71 persetujuan
72 balik ke kota
73 Rumah mertua
74 mulai terbuka
75 Sakitnya Nana
76 Batin seorang ibu
77 Terbongkar
78 Tangisan Anak
79 Kenyataan.
80 Godaan suami
81 Quality time keluarga
82 ke tempat kost
83 obrolan teman
84 ajaraan tetangga
85 di sapa
86 intograsi suami
87 kunjungan mantan
88 penasaran
89 sakit tiba-tiba
90 Putra pertama
91 kegundahan.
92 ketegangan
93 Rasa sakit
94 istirahat.
95 mengerti
96 Permintaan mama
97 Menepati permintaan
98 Saling memaafkan
99 Ibu dan Sigit.
100 Terasa ramai
101 saling berpelukan
102 ajakan nikah
103 Healing
104 Datang ke rumah.
105 ajakan
106 keluarga hangat
107 Mengumumkan
108 Akhir kebahagiaan
109 promosi
110 Promo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Telpon putraku.
2
tempat kerja
3
rejeki malam
4
rutinitas pagi
5
tertabrak anak kecil
6
Hadiah
7
mendadak ke tempat kerja
8
Puding untuk Nana
9
Jajanan malam
10
bertemu dengannya
11
sakit tiba-tiba
12
Kasihan
13
Bimbang
14
menjenguknya.
15
dua tamu pria
16
Nana membesuk tante
17
kotak makan mama
18
Janji untuk mama
19
Putraku
20
pertemuan memuakkan
21
Telpon
22
Vidio call
23
boleh tikung?
24
terminal
25
protes
26
Mulai mengejar
27
obrolan warung kopi
28
Apa seperti ini keluarga?
29
Pasar.
30
Takut.
31
menguntitnya.
32
traktir
33
Saran di pagi hari
34
keluhan anak
35
Kenyataan
36
Ulang tahun
37
Hari bahagia Akbar
38
Diam
39
Rasa cemburu
40
Aduan ibu.
41
mendekapnya.
42
Menguatkannya
43
sentuhan berbeda
44
ungkapan
45
Kegundahan
46
Ketakutan Yanna
47
Penenang, Mas Rama.
48
Anak kita.
49
Ungkapan hati.
50
interviw.
51
Masih di sidang
52
Yes.
53
adik ipar
54
Kedatangan tamu
55
Bertemu mantan mertua
56
Pov. Sigit
57
Siapa?
58
Kesempatan
59
Bimbang
60
obrolan wanita
61
Jalan.
62
ngrumpi
63
Hari H
64
Dalam kamar
65
Masih di kamar
66
Teman kota
67
gagal
68
makan keluarga
69
Tamaram lampu
70
obrolan suami istri
71
persetujuan
72
balik ke kota
73
Rumah mertua
74
mulai terbuka
75
Sakitnya Nana
76
Batin seorang ibu
77
Terbongkar
78
Tangisan Anak
79
Kenyataan.
80
Godaan suami
81
Quality time keluarga
82
ke tempat kost
83
obrolan teman
84
ajaraan tetangga
85
di sapa
86
intograsi suami
87
kunjungan mantan
88
penasaran
89
sakit tiba-tiba
90
Putra pertama
91
kegundahan.
92
ketegangan
93
Rasa sakit
94
istirahat.
95
mengerti
96
Permintaan mama
97
Menepati permintaan
98
Saling memaafkan
99
Ibu dan Sigit.
100
Terasa ramai
101
saling berpelukan
102
ajakan nikah
103
Healing
104
Datang ke rumah.
105
ajakan
106
keluarga hangat
107
Mengumumkan
108
Akhir kebahagiaan
109
promosi
110
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!