Pov, Yanna.
" Enak tante pudingnya?" Kata Nana, duduk di sampingku dengan aku yang menyuapkan puding ke mulut Nana.
Ya, aku memesan puding untuk Nana ke kasir sekalian aku membayar pudingnya. Dan masalah Papa Nana dengan Baby Sisternya, terserah Papa Nana saja memesan makanan atau tidak. Kalau aku yang memesan dan membayarnya, bisa rugi bandarku!
Bukan pelit sih! tapi memang makanan di tempat kerjaku sedikit mahal, bisa-bisa aku tidak akan makan selama dua hari. Kalian tau sendiri kan, aku janda kost yang harus hemat pengeluaran agar bisa menghidupi putra dan ibuku yang merawat putraku.
Biarlah aku di bilang pelit, yang penting tidak merugikan mereka. Karna aku juga tidak pernah meminta-minta makanan atau traktiran pada teman-temanku. Kalau aku punya, ya aku kasih. Kalau aku gak punya, apa yang harus aku kasih.
Dan beruntung teman-temanku tau tentang keadaanku, mereka saling mengerti dan saling membagi sedikit apa yang mereka punya kepadaku. Meskipun kadang aku menolak, tetap saja mereka memaksa. Terutama teman dekatku, sudah seperti saudara sendiri.
" Nana mau pesen lagi, di bawa pulang, buat makan di rumah." Kataku.
" Mau-mau?" Semangat Nana.
Tawaran yang salah, dan tidak akan di tolak oleh Nana. di terima dengan semangat dan ceria. Sungguh, membagongkan.
" Ya sudah nanti tante pesankan lagi sama teman tante, sekarang habiskan dulu." Ucapku lembut.
Kalau begini, aku seperti pilih kasih saja dengan Naufal. Lihatlah, anak orang aku berikan perhatian dan kasih sayang. Sedangkan Naufal, anak itu tak pernah manja denganku. Dan kasih sayangku, hanya sebulan dua hari saja. Itupun aku pulang dan harus menghabiskan waktu penuh dengan Naufal tanpa harus ada yang mengganggu waktuku bersama putraku.
Naufal, anak yang kuat, pemberani dan tidak manja.
Selesai aku menyuapi Nana, mendengar baik Nana, mengoceh cerita sana sini dan juga memberikan perhatian serta nasehat yang baik. Kini aku beranjak pergi menuju kasir kembali, meminta temanku untuk membungkuskan tiga puding trawbary.
" Banyak sekali? Buat Nana atau buat nyogok papanya nich!" Goda Nur, sambil tersenyum.
" Ngawur kamu nur! Bisa di labrak aku sama istrinya!" Cicitku,
" Kalau punya istri, kenapa gak di ajak? Tu anaknya nempel juga ke kamu." Ujar Nur.
dan aku baru sadar, kemana Ibunya Nana. Dua kali bertemu Nana, aku tidak pernah bertemu ibunya, justru papa Nana dan baby sisternya saja.
" Jangan-jangan papanya Nana Duda!" Seru Nur, tepat di depan mukaku. membuat aku reflek memukul tangannya.
" Astaga!! Pikiranmu Nurmala!!" Seruku, membuat Nur tertawa lepas. Sungguh pikiran teman-teman kerjaku ini sangat gesrek.
Melihat pria bawa anak tanpa istri di kira duda, melihat pria tampan jalan sesama pria di kira lesb*. Pikiran temanku sungguh negatif semua, tidak ada yang positif, kalau ada yang positif itu pun di hari puasa saja.
" Ekhhmm." Suara deheman, membuat aku dan Nur menoleh ke sumber suara.
Tepat di belakangku, Papa Nana berdiri dan aku sedikit mendongak menatapnya.
Mampus, apa Papa Nana dengar ucapan Nur!" Gumamku dalam hati.
" Sudah pudingnya?" Tanya Papa Nana, dan aku mencoba mengedipkan mata beberapa kali.
" Sudah pak?" Jawab Nur bukan aku, dan aku berbalik menghadap Nur untuk mengambil puding yang sudah di bungkus plastik tertulis nama restoran tempat kerjaku.
" Ini uangnya." Kata Papa Nana, mengulurkan uang tepat saat aku akan berbalik dan terlihat jelas wajah Papa Nana dekat di samping wajahku.
" Sudah di bayar Pak, sama Kak Yanna." Ucap sopan Nur. Dan mata kami saling menatap sebentar hingga aku memutuskan terlebih dulu dan menggeser tubuhku sedikit menjauh dari Papa Nana.
Aku hanya mengangguk dan sedikit tersenyum, berjalan terlebih dulu ke meja Nana. Meninggalkan Papa Nana yang masih berada di kasir.
" Makasih tante!" Seru Nana berdiri di atas kursi dan menerima bingkisan dariku.
anak gadis kecil ini sangat periang dan senang sekali bertemu dan menerima suka hati pemberianku. Anak yang manis!
" Sama-sama Nana cantik! Jangan nakal ya, harus nurut dan tidak boleh membantah sama orang tua. Mengerti!"
" Mengerti Tan!" Jawab Nana. " Nana boleh main lagi kan?" Tanyanya, wajah setengah berharap. membuat diriku tak tega melihatnya.
Aku usap kepalanya, mengusap kedua pipinya dan mencium pipi Nana bergantian.
" Boleh dong sayang!" Ujarku, membuat Nana kembali gembira dan memelukku. Aku membalas memeluknya dan mencium puncak kepala Nana, seperti aku mencium putraku waktu tidur pulas di sampingku.
" Nana? Sudah? ayo pulang Nak." Ucap Papa Nana. Aku melepas pelukan, menurunkan Nana dari kursi dan menyerahkannya pada baby sisternya.
" Da-dah tante!!"
" Da-dah sayang." Jawabku ikut melambaikan tangan.
" Makasih waktunya, sekali lagi maaf sudah merepotkan kamu." Ucap Papa Nana.
" Tidak apa-apa pak." Jawabku, tersenyum tulus. Dan mereka pergi setelah berpamitan padaku.
Perasaanku saat ini, seperti seorang ibu bertemu dengan anak yang terpisahkan oleh mantan suami.
Lucu kesali!
Pov. Akbar.
Untuk pertama kali. Aku melihat Yanna berpenampilan biasa tanpa memakai baju kerja. Aku sungguh terkejut melihat penampilannya.
Dia terlihat berbeda. Dan aku suka.
Penampilannya kerja dan di luar kerja sangat berbeda. Aku pikir Yanna tidak akan tau penampilan jaman sekarang, nyatanya aku salah. Dia, wanita yang keren. Dalam menyesuaikan penampilan.
Meskipun dia janda, tapi body dan juga penampilan.. aku akui masih terlihat seperti gadis. tidak terlihat sudah mempunyai anak.
Tanpa riasan, kulit wajah yang alami. manis dan sawo matang. Tidak terlihat seperti anak desa
Dulu aku mengira Yanna belum menikah, tapi saat aku mendengar dan bertanya pada salah satu bawahanku tentang Yanna. Ternyata Yanna janda di usia sangat muda, dua puluh satu tahun dan anaknya berumur empat tahun kurang.
Tidak ada yang tau, kenapa Yanna janda dan penyebab menikah muda. Tapi banyak asumsi bila Yanna hamil duluan.
Benar saja, banyak yang suka pada janda seperti Yanna. Tapi sulit sekali untuk di dekati. Dia tertutup rapat pada laki-laki, dan hanya mau berteman tanpa adanya perasaan. Dan aku termasuk pria yang menyukai Yanna, tanpa mau mengungkap rasa. Dan takut Yanna akan menghindar dariku, bila aku mengungkapkannya.
Sudah berapa kali aku dengar desas-desus, karyawan mall yang selalu membicakan Yanna. Dan terkadang ada juga yang menanyakan Yanna padaku, di saat aku sendiri di parkiran menatap Yanna pergi terlebih dulu.
Dan Hari ini, saat aku melihat Yanna dari kejauhan duduk bersama seorang pria dan juga dengan putrinya. Rasanya aku tidak rela, Yanna tertawa bersama dengan anaknya. Dan aku lebih cemburu, ketika ayah dari gadis kecil itu menatap Yanna yang sulit sekali untuk di artikan.
Aku berharap pria itu tidak mempunyai rasa pada Yanna.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Kas Gpl
lanjut
2022-02-12
1
Rusnani Crb
janda yg menjunjung tinggi harkat wanita martabat wanita pantas jadi rebutan
2022-02-12
3
Siti Ashari
uuuuuh lgi dong kk
2022-02-12
2