Hadiah

" Siapa yang menulis pesanan di meja nomer dua belas ujung jendela?" Tanya salah satu teman kerjaku, menghampiri bagian para pelayan.

Aku mulai mengingat-ingatnya, nomer meja dua belas ujung jendela. " Aku, kenapa?" Tanyaku, mengingat diriku yang melayani pengunjung itu.

" Katanya orang di meja itu pengen ketemu sama kamu. Udah sana samperin." Kata temanku, membuatku mengerutkan kening termasuk teman-temanku yang penasaran.

" Kamu buat salah?" Tanya Amel.

" Enggak." Jawabku, sambil menggelengkan kepala. Dan aku merasa tidak melakukan kesalahan dalam mencatat pesanannya.

" Terus kenapa pengen ketemu sama kamu." Timpal kasir, Dinda.

" Mana aku tau?" Sambil mengedikkan bahu, aku pun juga penasaran dan berjalan ke arah meja duduk di ujung dekat jendela bersama dengan temanku Amel. Takut bila nanti bila terjadi keributan dan Amel bisa jadi penengah antara aku dan pengunjung.

" Permisi? Maaf, bapak mencari saya." Tanyaku sopan. Baru sadar bila yang mencariku ini papanya Nana. Amel yang ada di sampingku terlihat jelas itu matanya yang tidak bisa berkedip melihat papa Nana yang tampan sempurna.

Menyebalkan.

Sudah aku bilang teman kerjaku pasti akan bereaksi seperti Amel saat ini. Dan pastinya akan heboh nanti di belakang, menceritakan ketampanan pengunjung.

" Tante?" Riang Nana semangat. aku pun beralih ke arah bocah kecil yang terlihat senang, sesudah menyikut Amel untuk tetap sadar dalam kewarasannya melihat pria tampan.

" Iya cantik?" Jawabku tersenyum.

" Ini buat tante?" Nana mengulurkan gantungan kunci berbentuk boneka warna biru di hadapanku.

" Untuk tante?" Ulangku, memgambil hadiah dari tangan si mungil.

" Iya, untuk tante. Makasih puding strawbarynya. Enak tante. " Ujarnya bergembira.

Ah.. Aku baru sadar kembali, kalau aku sudah memesankan puding strawbary untuk gadis kecil yang periang ini. Sesuai janjiku, aku yang membayarnya. Gakpapa lah untuk anak kecil, aku rela merogoh uang dompet agar dia mau makan. beruntung Nuafal tidak seperti nana, harus di bujuk dulu agar mau makan. Setiap anak pasti beda-beda, dan aku tidak ingin membedakan Naufal sama Nana.

" Sama-sama Mbak Nana cantik. Tante juga makasih sudah di kasoh hadiah." Ucapku tersenyum.

" Sama-sama! Kapan-kapan aku boleh kan tante ke sini lagi?" Tanyanya.

" Boleh dong sayang! Kapanpun Nana mau boleh ke sini, makan di sini. Tapi ingat! Harus ijin dulu sama papa dan mama ya?" Jawabku.

" Iya? Makasih tante!" Jawab Nana, begitu senang seperti mendapatkan teman baru.

Aku hanya mengangguk dan mengusap pipi temben seperti ampau. Gemas sekali! Pipinya sama seperti naufal dan tubuhnya lebih berisi naufal. Maklumlah, naufal suka sekali makan dan apapun ibuku masak naufal selalu memakannya dengan lahap. Putraku tidak pernah pilih-pilih makanan, meskipun makan nasi dengan krupuk pun jadi.

" Sudah Nana?" Tanya Papa Nana, membuatku dan Amel kembali menoleh ke arah Papa nana.

" Ayo kita pulang, tantenya mau kerja." Imbuhnya, membuat Nana mengangguk mengerti dan tersenyum.

" Sampai ketemu lagi tante!" Ucap Nana.

" Sampai ketemu lagi Nana Cantik." Ucapku, sambil bergeser memberi jalan pada baby sister, Nana dan papanya untuk pergi.

" Sekali lagi makasih. maaf sudah merepotkan" Ucap Papa Nana, seperti merasa tidak hati padaku karna putrinya.

" Tidak pa-pa pak." Jawabku sopan, tersenyum ramah dan mengangguk.

" Da-dah tante!!" Riang Nana melambaikan tangan, aku pun juga ikut melambaikan tangan serta tertawa.

" Papanya ganteng." Senggol Amel, membuat diriku menoleh ke arahnya. Dan benarkan! temanku mulai mengghibah tentang orang tampan.

" Sudah beristri!" Ucapku. kini giliran Amel mengerucutkan bibir. Aku pun hanya bisa menggelengkan kepala dan mulai membersihkan meja makan yang di tempati Nana. Dan menemukan dua lembar uang merah di bawah piring milik Papa Nana.

"Apa itu?" Tanya Amel.

" Papanya nana kasih tips." Jawabku, menunjukkan uang lembar merah pada Amel.

" Wihh!! Dapat traktiran nich!" Seru Amel. Yang tau uang itu pastinya di berikan padaku. Karna Nana sebelum pulang mencari aku.

Lumayan dapat uang tips dari Papa Nana, itung-itung uang yang di berikan papa Nana menggantikan uangku. yang membeli puding strawbary putrinya tanpa mau di masukkan ke nota pesanan makanannya.

Aku masukkan uang itu ke dalam saku celana kerjaku, dan kembali membersikan meja makan bersama Amel yang tak hentinya mengagumi Papa Nana.

Aku sampai pusing mendengarnya dan aku juga tidak peduli dia tampan atau tidak. To dia juga sudah punya istri dan anak, untuk apa mengagumi atau membicarakan tentangnya. Tidak ada gunanya.

" Tadi di cari pengunjung ada apa?" Tanya Akbar, di jam pulang kerja. Seperti biasa dia selalu ingin berjalan pulang bersamaku menuju parkiran.

" anak pengunjung itu memberiku hadiah?" Jawabku.

" Memang kamu ngnglakuin apa sampai di berikan hadiah." Mengerutkan kening menatapku sekilas.

" Cuma membelikan anak itu puding saja, soalnya dia susah makan. Harus di bujuk dulu." Ucapku, membuat Akbar mengangguk.

" Naufal gimana kabarnya." Tanya Akbar, membuatku menoleh ke arahnya dan tersenyum.

" Dia baik." Jawabku. Akbar memang sudah tau tentang statusku dan putraku meskipun tidak pernah bertemu atau bertatapan lewat vidio call, dia selalu saja menanyakan keadaan Naufal.

Bukan aku tidak mau menunjukkan Akbar pada Naufal, ibu atau adikku. Tapi memang buat apa? Lagian juga tidak ada yang spesial di antara aku dan Akbar.

Akbar juga tidak pernah memintaku ingin berbicara pada Naufal atau ibuku atau adikku. Dia hanya tau foto naufal saja, itupun lewat status whats*pp ku.

Ya, aku lebih sering mengunggah status foto atau vidio putraku. Apa saja yang di lakukan Naufal aku selalu meminta adikku untuk memvidio atau memotonya. Itu adalah hiburan bagiku di saat aku tidak pernah mengasuh atau memberikan perhatian di sisinya.

" Aku duluan Mas." Ucapku, setelah sampai di parkiran lobby, meninggalkan Akbar yang sendiri menatap kepergianku.

Selalu berhenti dan jalan sendiri-sendiri di lobby parkiran. Tanpa mau di antar pulang atau di ajak jalan. Lebih enak begini, dan tidak terbebani dengan kata cinta.

****

" Papa? boleh besok pulang sekolah Nana ke mall?" Tanya Nana berbaring di ranjang tidurnya di temani Papanya yang sedang bersandar di ranjang sambil mengusap kepalanya.

" Tadi sudah? Kenapa sekarang minta ke mall lagi?" Tanya Papa Nana.

" Nana gak mau main, mau makan di tempat tante tadi." Jawab Nana antusias. " Boleh ya Pa?" Imbuhnya, setengah berharap dan memelaskan mata.

" Makan di rumah saja? Hari minggu kita ke mall lagi." Larang Papa, membuat wajahnya menjadi sedih dan diam. Tidak membantah dan juga memohon lagi pada papanya.

" Sudah malam sekarang tidur, besok biar gak terlambat bangun pagi." Imbuhnya, Nana hanya mengangguk dan memejamkan mata sambil memeluk guling.

Pria itu tau, bila Nana ngambek dan marah karna tidak di perbolehkan pergi ke mall menemui gadis pelayan di restoran.

Pencium kening Nana, membenarkan selimut nana dan mematikan lampu sebelum beranjang keluar dari kamar Nana.

" Nana sudah tidur Ram?" Tanya lembut wanita paruh baya, duduk di ruang tv yang melihatnya turun.

" Sudah Ma?" Jawab Pria itu, Rama. " Mama kenapa tidak tidur. Sudah malam." ujarnya, ikut duduk di samping mamanya yang sedang menikmati tv sinetron kesayangannya.

" Nana tadi cerita ke mama, kalau dia ketemu sama tante baik. Siapa?" Tanya mama Rama.

" Pelayan restoran Ma?" Mamanya mengangguk-angguk mengerti.

" Nana keliatan suka sama tante itu, dari tadi dia semangat pengen ketemu sama tante restoran lo Ram." Ujarnya, tidak mau menyebut profesi pekerjaan.

Hanya deheman yang keluar dari bibir Rama dan berdiri meninggalkan mamanya menuju kamarnya. Sedangkan Mamanya hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat putranya yang selalu saja menghindar ketika dirinya akan membahas soal wanita.

.

.

.

.

🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Ika Sartika

Ika Sartika

lanjut

2022-02-11

1

Raffael Anwela

Raffael Anwela

moga aja jodohnya yana si rama 😁😁

2022-02-11

1

Acih Suarsih

Acih Suarsih

seneng sama ceritanya. lanjut

2022-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 Telpon putraku.
2 tempat kerja
3 rejeki malam
4 rutinitas pagi
5 tertabrak anak kecil
6 Hadiah
7 mendadak ke tempat kerja
8 Puding untuk Nana
9 Jajanan malam
10 bertemu dengannya
11 sakit tiba-tiba
12 Kasihan
13 Bimbang
14 menjenguknya.
15 dua tamu pria
16 Nana membesuk tante
17 kotak makan mama
18 Janji untuk mama
19 Putraku
20 pertemuan memuakkan
21 Telpon
22 Vidio call
23 boleh tikung?
24 terminal
25 protes
26 Mulai mengejar
27 obrolan warung kopi
28 Apa seperti ini keluarga?
29 Pasar.
30 Takut.
31 menguntitnya.
32 traktir
33 Saran di pagi hari
34 keluhan anak
35 Kenyataan
36 Ulang tahun
37 Hari bahagia Akbar
38 Diam
39 Rasa cemburu
40 Aduan ibu.
41 mendekapnya.
42 Menguatkannya
43 sentuhan berbeda
44 ungkapan
45 Kegundahan
46 Ketakutan Yanna
47 Penenang, Mas Rama.
48 Anak kita.
49 Ungkapan hati.
50 interviw.
51 Masih di sidang
52 Yes.
53 adik ipar
54 Kedatangan tamu
55 Bertemu mantan mertua
56 Pov. Sigit
57 Siapa?
58 Kesempatan
59 Bimbang
60 obrolan wanita
61 Jalan.
62 ngrumpi
63 Hari H
64 Dalam kamar
65 Masih di kamar
66 Teman kota
67 gagal
68 makan keluarga
69 Tamaram lampu
70 obrolan suami istri
71 persetujuan
72 balik ke kota
73 Rumah mertua
74 mulai terbuka
75 Sakitnya Nana
76 Batin seorang ibu
77 Terbongkar
78 Tangisan Anak
79 Kenyataan.
80 Godaan suami
81 Quality time keluarga
82 ke tempat kost
83 obrolan teman
84 ajaraan tetangga
85 di sapa
86 intograsi suami
87 kunjungan mantan
88 penasaran
89 sakit tiba-tiba
90 Putra pertama
91 kegundahan.
92 ketegangan
93 Rasa sakit
94 istirahat.
95 mengerti
96 Permintaan mama
97 Menepati permintaan
98 Saling memaafkan
99 Ibu dan Sigit.
100 Terasa ramai
101 saling berpelukan
102 ajakan nikah
103 Healing
104 Datang ke rumah.
105 ajakan
106 keluarga hangat
107 Mengumumkan
108 Akhir kebahagiaan
109 promosi
110 Promo
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Telpon putraku.
2
tempat kerja
3
rejeki malam
4
rutinitas pagi
5
tertabrak anak kecil
6
Hadiah
7
mendadak ke tempat kerja
8
Puding untuk Nana
9
Jajanan malam
10
bertemu dengannya
11
sakit tiba-tiba
12
Kasihan
13
Bimbang
14
menjenguknya.
15
dua tamu pria
16
Nana membesuk tante
17
kotak makan mama
18
Janji untuk mama
19
Putraku
20
pertemuan memuakkan
21
Telpon
22
Vidio call
23
boleh tikung?
24
terminal
25
protes
26
Mulai mengejar
27
obrolan warung kopi
28
Apa seperti ini keluarga?
29
Pasar.
30
Takut.
31
menguntitnya.
32
traktir
33
Saran di pagi hari
34
keluhan anak
35
Kenyataan
36
Ulang tahun
37
Hari bahagia Akbar
38
Diam
39
Rasa cemburu
40
Aduan ibu.
41
mendekapnya.
42
Menguatkannya
43
sentuhan berbeda
44
ungkapan
45
Kegundahan
46
Ketakutan Yanna
47
Penenang, Mas Rama.
48
Anak kita.
49
Ungkapan hati.
50
interviw.
51
Masih di sidang
52
Yes.
53
adik ipar
54
Kedatangan tamu
55
Bertemu mantan mertua
56
Pov. Sigit
57
Siapa?
58
Kesempatan
59
Bimbang
60
obrolan wanita
61
Jalan.
62
ngrumpi
63
Hari H
64
Dalam kamar
65
Masih di kamar
66
Teman kota
67
gagal
68
makan keluarga
69
Tamaram lampu
70
obrolan suami istri
71
persetujuan
72
balik ke kota
73
Rumah mertua
74
mulai terbuka
75
Sakitnya Nana
76
Batin seorang ibu
77
Terbongkar
78
Tangisan Anak
79
Kenyataan.
80
Godaan suami
81
Quality time keluarga
82
ke tempat kost
83
obrolan teman
84
ajaraan tetangga
85
di sapa
86
intograsi suami
87
kunjungan mantan
88
penasaran
89
sakit tiba-tiba
90
Putra pertama
91
kegundahan.
92
ketegangan
93
Rasa sakit
94
istirahat.
95
mengerti
96
Permintaan mama
97
Menepati permintaan
98
Saling memaafkan
99
Ibu dan Sigit.
100
Terasa ramai
101
saling berpelukan
102
ajakan nikah
103
Healing
104
Datang ke rumah.
105
ajakan
106
keluarga hangat
107
Mengumumkan
108
Akhir kebahagiaan
109
promosi
110
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!