Suara ponsel berbunyi, membuatku terbangun dari tidur yang belum sempurna untuk membuka mata. meskipun begitu aku tetap tersenyum kala melihat panggilan vidio call dari desa.
" Mama, bangun!" Ucap anak kecil dari sebrang telpon yang menghiasi seluruh layar ponselku.
" Wes pagi." Ujarnya lagi, membuatku semakin tersenyum lebar mendengar celotehan pagi putra kecilku yang membangunkanku.
" Iya, mama sudah bangun. Naufal udah mandi?" Tanyaku, mengusap kedua mata dan duduk di tembok sambil menguncir rambut yang berantakan.
" Sudah, mau maem." Jawab naufal dua bahasa. Gemas sekali putraku ini berbicara. Aku yang membiasakan naufal bahasa indo justru ibuku yang terbiasa memakai bahasa jawa. Membiasakan anak berbicara bahasa indo tidak akan rugikan.
Putraku sudah terbiasa memanggil ibuku dengan nama emak, bukan eyang, uti maupun mbah. Yang mengajarkan naufal memanggil emak, itu sigit. Biar lain dari yang lain katanya. Kalau di panggil ibu, merasa tak pantas takut nanti di kira ibunya bukan neneknya. Padahal itu sama saja, pikirku. Tapi terserah naufal saja nyaman memanggil ibuku siapa, yang penting bukan tante, atau budhe. Di kira keponakannya dong.
" mau maem apa?" Tanyaku. Naufal sudah terbiasa bangun pagi, sarapan dengan adikku yang akan berangkat sekolah dan rutinitas vidio call pagi hari untuk membangunkanku meskipun mataku masih sulit untuk di buka, aku tetap mengangkatnya.
" Sayur cop." Jawabnya sedikit kudel, tapi masih bisa di mengerti. Aku mulai mengobrol sama putra dan adikku, menanyakan apa saja yang ibuku lakukan pagi ini.
Tentu saja aktivitas ibuku sebagai nenek dan juga sebagai ibu untuk adikku juga. Pagi menyiapkan makanan untuk dua jagoan dan untuk berjualan di depan rumah.
Peminat makanan nasi pecel, nasi jagung buatan ibuku cukup banyak dan selalu habis hanya sampai jam sepuluh pagi. Cukup Berjualan di depan rumah, desaku yang banyak penduduk dan juga jalan yang sudah beraspal, tak membuat tetangga desa lain kesusahan menuju rumahku.
" yaw wes mbak aku berangkat sekolah dulu." Akhiri sigit.
" Iya hati-hati."
" Iyo." Jawabnya, dan menutup vidio call.
Ku renggangkan ke dua tanganku, merilexkan otot-otot yang kaku dan beranjak berdiri menuju kamar mandi membersihkan diri. Kata orang jaman dulu pamali tidak bangun pagi rejeki akan di patok ayam.
seusai mandi, aku membuka pintu kamar agar mendapatkan udara segar, sambil menyapu kamar kost dan melihat mbak Indri yang sudah siap berangkat bekerja.
" Berangkat siang?" Tanya mbak Indri.
" Iya?" Jawabku. " Di jemput Mas Bayu mbak?" Tanyaku.
" Enggak, Mas Bayu pagi-pagi sekali pergi ke luar kota antar bosnya." Jawab Mbak Indri.
" Aku berangkat dulu." Imbuhnya.
" Iya hati-hati mbak." Mbak indri hanya mengangguk dan berjalan menuju parkiran motor yang sudah tersedia di halaman kost.
Aku kembali ke dalam kamar, mengambil dompet dan mengunci pintu kamar. Seperti biasa, bila aku masuk siang hari badan tidak malas aku akan pergi ke penjual sayur, tidak jauh dari tempat kostku untuk memasak makanan yang sedang aku inginkan.
" Sudah ini saja mbak Yanna?" Tanya Bu sayur, membungkung bahan sayuran dan lauk sederhana.
" Iya buk itu saja. Berapa buk?" Ucapku.
" Dua puluh lima ribu mbak Yan?" Kata Bu Sayur. Aku, mengeluarkan lembar uang biru memberikan pada bu sayur agar segera di kembalikan.
" Eh, mbak Yanna? Tumben mbak masak." Tanya ibu kampung yang sudah mengenalku.
Ya, ada sebagian orang-orang di gang kostku mengenalku. Setiap aku berangkat dan pulang kerja, terkadang aku selalu menyapa ramah dengan senyum mereka yang melihatku berjalan pulang. Ada yang membalas senyuman dan ada yang membalas sapaan basa-basi.
Tidak ada orang yang tau kalau aku janda muda sudah mempunyai anak. Mereka hanya mengerti aku masih sebagai gadis yang belum menikah. Lucu ya! Lebih baik begitu, tidak ada yang tau statusku janda, agar aku merasa aman dari godaan para bapak-bapak mata kranjang serta ancaman ibu-ibu yang takut suaminya tergoda oleh janda, padahal janda tak pernah menggoda jika seorang pria dulu yang memulai.
" Lagi kepengen masak buk? Sehat buk?" Tanyaku ramah. Aku wanita yang gampang sekali berbaur, tapi tak suka dengan orang yang berghibah. Hanya sekedar tanya kabar dan juga bersosialisasi antar tetangga yang baik.
" Sehat mbak Yan? Mbak Yanna libur kerja?"
" Makasih buk." Ucapku pada buk sayur saat memberiku kembalian dan menatap kembali ibu kampungku. " Masuk kerja siang buk, kalau begitu saya duluan buk. Mari." Imbuhku.
" Iya mari mbak." Jawab bersamaan buk sayur dan tetangga kampung.
" Aku kalau punya anak laki-laki lagi, aku jodohkan anakku sama gadis itu." Kata tetangga kampung. " Udah ramah, cantik, sopan pekerja keras juga. Sayang anakku sudah menikah semua." Imbuhnya menatap kepergian Yanna.
" Iyw, anak itu memang cantik, sopan juga. sayange anakku masih smp. Kalau sudah besar tak suruh nikah sama Yanna." Timpal buk sayur.
" Yo selak yanna laku mbak!" Cicit buk kampung, membuat buk sayur tertawa sumbang.
Pagiku, di sapa oleh ramahnya para tetangga kampung dan juga para penghuni kost. Hanya sedikit mengobrol dan bercanda sebentar saja tanpa lebih. Aku lebih akrab ke mbak Indri, bukan aku sok pilih tetangga, bukan. Tapi lebih nyaman saja sama mbak Indri dan mas Bayu. Yang sudah tau akan sifat dan status. Dan tetangga kost tidak ada yang tau juga aku sudah punya anak atau seorang janda. Mereka tidak ada yang tanya, dan bila ada yang tanya aku siapa, maka aku akan jawab jujur. Status, pekerjaan, asalku dan anakku.
Aku anak kost yang harus benar-benar mengirit, di dalam kostku ada kompor dan juga mejicom serta beberapa alat masak yang tak lengkap dan serba guna untuk apa yang bisa di pakai. itu pun aku membelinya memakai uang ibuku saat aku menginjak di kota dan sudah mendapatkan pekerjaan.
Sudah ku bilang kostku kamar mandi dalam dan dapur mini juga ada di dalam, kostku itu terbilang sangat rapi dan bebas. Tidak ada yang berumah tangga, hanya para bujang campuran dari laki-laki dan perempuan. Ada yang sudah menikah siri ada juga yang masih kumpul kebo tanpa nikah.
Dan para penumpang kost tidak pernah mengurusi kehidupan orang lain, mengurusi hidupnya saja sudah ribet apalagi mengurusi kehidupan orang.
Dan para penumpang selalu betah dan tak pernah ada yang pindah dari kost, kecuali mereka pindah karena pekerjaan atau pulang kampung, atau bisa karna menikah ikut pasangannya.
Lega rasanya, masak sudah selesai kamar kost yang sudah rapi krajang cuciam baju sudah kosong dan kini waktunya untuk tidur kembali saat jam masuk kerja masih lama.
.
.
.
.🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
FLA
semangat yanna
2022-02-09
1
Ika Sartika
lanjut
2022-02-09
1
ᵉᶜ✿ 𝕜𝕙𝕠𝕚𝕣𝕦𝕟 𝕟𝕚𝕤𝕒
💪💪💪
2022-02-09
1