" Yanna?" Panggil Akbar.
Aku pun berhenti, berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggilku. Ternyata Akbar, dan dia berjalan cepat ke arahku.
" Aku duluan ya Yan." Pamit Sari, ikut berhenti saat ada yang memanggil namaku dan tau Akbar yang memanggilku, Sari begitu tega meninggalkanku sendiri bersama Akbar.
" Iya hati-hati." Jawabku tersenyum mengangguk. Walaupun sebenarnya aku tidak rela Sari pergi duluan.
" Mari pak, saya duluan." Pamit Sari pada Akbar, kala pria itu sudah ada di hadapannya.
" Iya, hati-hati." Sari hanya mengangguk tersenyum, dan beralih menatapku dengan senyum menggoda.
Aku tau bila sari menggodaku dan tatapan yang sangat menyebalkan karna Akbar memanggilku.
" Ada apa, Mas akbar memanggilku." Tanyaku pada Akbar.
Jika aku berdua saja dengan Akbar, aku akan memanggilnya Mas. Tapi, bila ada teman atau di tempat kerja aku akan memanggilnya Pak. Meskipun wajahnya selalu berubah masam bila di panggil bapak olehku.
Bukan aku yang ingin memanggilnya Mas, melainkan Akbar sendiri untuk menyuruhku memanggilnya Mas. Dia tidak suka di panggil Bapak olehku, katanya ketuan. Memang umurnya sudah mau kepala tiga kan? Dia juga lebih tua dariku. Dan jabatannya lebih tinggi dari aku. Bukankah seharusnya memang di panggil 'Bapak'.
" Ini buat kamu." Jawabnya, mengulurkan kantong plastik ke arahku. Membuatku mengerutkan kening menatap bungkusan pastik putih itu.
" Buat Ku? Apa itu mas?" Tanyaku penasaran dan masih belum mengambilnya.
" Ini ambil." Perintahnya, setengah memaksa dan tidak mau menjawab penasaranku.
Aku pun menerimanya, dan melihat isi di dalam plastik putih. " Untuk aku?" Tanyaku lagi, beralih menatapnya.
" Iya?" Jawab Akbar mengangguk tersenyum.
" Makasih?" Jawabku tersenyum senang mendapatkan makan malam dengan gratis tanpa mengurangi isi dompet di tanggal tua begini.
Lumayan rejeki tak boleh di tolak.
Akbar hanya mengangguk tersenyum. " Mau aku antar pulang?" Tawarnya.
" Enggak usah, makasih mas."
" Ya sudah, ayo." Ucap Akbar, mengajak jalan bersama keluar dari dalam mall menuju parkiran.
Aku tau akbar sedikit kecewa karena aku selalu menolak tawarannya yang ingin mengantarku pulang. Tapi dia tidak pernah memaksa dan menerima penolakanku. To, buat apa juga di antar pulang sama Akbar, tempat kostku tidak jauh dari mall. Hanya berada beberapa meter dari belakang gedung mall. Menyabrang rel kereta dan masuk ke gang-gang sedikit sempit menuju tempat kost, beda ceritanya bila di antar Akbar. Dia akan menurunkanku di jalan raya jika naik mobil, bila naik motor sedikit berputar untuk mencari jalan lebar yang bisa di laluinya menuju tempat kost.
" Hati-hati kalau pulang." Ucap Akbar, berhenti di area parkir.
" Iya, sekali lagi makasih makanannya." ucapku, membuatnya tersenyum dan mengangguk.
Aku tau dia masih memperhatikanku, meskipun aku sudah berjalan meninggalkannya.
" Kamu selalu menolak di antar pulang Yan." Gumam Akbar, tersenyum kecut. sudah mulai biasa di tolak oleh janda satu ini. Tapi tidak pernah di tolak oleh wanita yang lain. Justru wanita lain selalu mengajaknya jalan dan perhatian padanya.
Akbar memang baik, sangat baik padaku. Tapi aku tidak tau, kenapa aku tidak mempunyai perasaan padanya. Seperti cinta atau sayang. Justru sikapku pada akbar hanya sebatas teman tidak lebih. Dia memang tidak pernah mengungkapkan Cinta, tapi sikap dan perhatiannya jelas Akbar menyukaiku. Terutama teman-teman kerja ku juga sudah mengetahuinya. Dan ada yang berusaha untuk menyatukanku dengan Akbar. Sayang, aku tidak menghiraukannya.
Malam ini mendapatkan makan malam dari Akbar, lumayan bisa menghemat uang makan buat esok pagi. Akbar memberiku makanan akan aku terima dengan senang hati, tapi jika dia memberiku barang, aku selalu menolaknya. tidak akan pernah aku terima meskipun dia mendesak.
" Baru pulang Yan?" Tegur mas Bayu, duduk di kursi samping kost mbak Indri sambil menyesap rokok.
" Iya, ramai mas." Jawabku. " Mbak Indri maana?"
" Ke warung, beli mie." Jawab Mas Bayu, aku mengangguk mengerti.
" Dati tadi?" Tanyaku penasaran.
" Enggak, barusan. satu jam yang lalu." Kalau jawabannya begini, sudah mulai membuatku akan emosi.
" Yan?" Sapa mbak Indri.
" Mbak dari mana?"
" Sudah di bilang dari warung beli mie gak percaya." Jawab Mas Bayu bukan Mbak Indri. Tu kan, menyebalkan. Mulai resek.
" Basa-basi mas! Basa-basi." Sungutku, aku juga tau mbak indri ke warung karna bertanya pada mas Bayu, hanya saja ingin tanya lagi dan berbasa basi dengan mbak indri apa salahnya.
" Aku mau masak mie, kamu mau?" Tawar mbak Indri sambil menunjuk bungkus kresek berisi mie instan.
" Gak usah masak mbak, ini aku dapat makanan dari teman. Ayo mbak makan sama aku." Ajakku, mengulurkan bungkusan makanan pada mbak Indri.
" Dari cowok itu lagi?" Tanya Mas bayu, aku menganggukkan kepala.
" Kenapa gak di terima saja sih Yan tu cowok, baik banget selalu ngasih kamu makanan." Kata Mbak Indri, sudah mengerti siapa teman yang selalu memberiku makanan setiap aku pulang kerja malam hari. Dan aku sudah menceritakan siapa dia pada mbak Indri dan mas Bayu.
" Enggak suka mbak." Jawabku, membuka pintu kost menaruh tas dan kembali menutupnya.
" Enggak suka, tapi selalu di terima pemberiannya." Cicit mas Bayu. membuang putung rokok yang sudah mengecil dan berdiri masuk terlebih dulu ke dalam kost mbak Indri.
" Rejeki gak boleh di tolak mas! Lumayan juga kan gak ngeluarin uang di tanggal tua."
" Kalau aku jadi dia, gak akan mau aku belikan ini itu, yang gak mau jadi pacarku." Kata Mas Bayu.
" Kalau aku juga gak bakalan mau sama cowok yang gak bermodal, belum jadi pacar saja pelit apa lagi sudah jadi pacar. Tambah pelit."
" Untung pacarku gak seperti kamu." Cibir mas Bayu.
" Mbak, pacar mu ini!! Ih. Bukanya mendukung malah ngejekin." Ujarku lagi.
" Kalian ini bisa gak akur sedikit!! Saja. Selalu kayak kucing sama anjing." Kata Mba indri, sebagai penengah dan sebagai orang yang bosan selalu mendengar adu mulutku dengan mas Bayu.
" Itu, mbaknya nofal yang mulai dulu Beb."
" Pakde ne nofal mbak yang mulai dulu." Protesku, tak terima di salahkan.
Mas Bayu tau jika aku sudah punya anak, tapi tak pantas jika naufal menjadi anakku. Kata Mas Bayu, Naufal lebih pantas menjadi adikku. Karna aku masih seperti gadis yang belum menikah.
" Udah ayo makan, nasinya masih ada di mejicom. ini yang satu gak ada nasinya, ada ayamnya dua juga.?" Kata Mbak Indri, membuka dua box satu berisi lengkap nasi dan ayam. dan yang satunya berisi ayam dua tanpa nasi.
Aku dan Mas Bayu pun mengakhiri perdebatan. Aku mengambil satu box berisi nasi dan ayam. Sedangkan mbak Indri mengambil nasi dari penanak nasinya, makan satu piring bersama dengan mas Bayu.
Melihat mbak Indri dan Mas Bayu, seperti aku melihat kakak dan kakak Ipar. Berharap pasangan kekasih itu cepat menikah. Agar tak selamanya berbuat zina, meskipun aku tau dunia perpacaran s*x yang paling utama di dahulukan.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
qii _ Naa
semangat kaak nextt...
2022-02-08
2
FLA
lanjut
2022-02-07
2
Ika Sartika
semangat n lanjut
2022-02-07
1