SEGENGGAM LUKA
BAB 15 || KABUR
~TEH IJO~
SELAMAT MEMBACA...
Kenalin dulu Yuna asisten rumah tangga Pita yang cool super cerewet, baik hati dan sayang sama Pita meskipun baru kenal.
Nah nih ini Rey, Fotografer yang sok paling keren dan rada rada narsis.
Meski siang hari, Pita memilih mengunjungi sebuah taman yang biasanya akan ramai pada sore hari. Saat ini dirinya hanya ingin menyendiri untuk mencengangkan hatinya.
Air mata begitu deras keluar dari pelupuk mata hingga Pita sesenggukan. Jika menangis bisa membalut luka, maka Pita akan menangis hingga hari esok agar luka bisa terobati. Namun sayang itu tidak berpengaruh tapi setidaknya dengan menangis Pita bisa merasa sedikit lega.
Pita segera menghapus jejak air matanya saat mendengar deheman seseorang yang hendak duduk di sampingnya. Belum siap Pita menyeka air mata, tiba tiba sebuah es krim berada tepat di depan matanya.
Pita segeran menoleh ke samping. Seorang laki-laki dengan memakai topi dan menjilati es krim yang hampir meleleh.
"Kamu," gumam Pita.
"Tidak baik seorang wanita menangis hingga sesenggukan! Makanlah nanti meleleh!" perintah seorang laki-laki yang tak lain adalah Rey.
"Tapi aku tidak suka es krim," tolak Pita.
"Tidak suka karena tidak pernah membiasakan untuk suka. Coba kalau kamu mencoba sekali saja, pasti langsung ketagihan. Lagipula ini bukan sembarang es krim biasa. Kata orang ini es krim cinta. Orang yang memakannya akan merasa bahagia," terang Rey asal asalan. Mana ada es krim cinta? Jika setelah memakan es krim orang akan merasa bahagia itu karena es krimnya memang enak.
"Udah jangan di pelototin. Meleleh lho," protes Rey.
"Aku tidak mau," tolak Pita lagi.
"Hmm udah tante tante tapi kayak bocah TK. Mau aku suapin, Tan?" ujar Rey.
Pita menatap Rey dalam dalam. Apakah wajahnya sudah terlihat sangat tua hingga di panggil tante?
"Kamu bilang apa? Tante? Sejak kapan kamu ponakan ku?"
"Jadi aku harus panggil apa? Usia ku baru 24 tahun dan kamu sudah menikah sebentar lagi punya anak. Kan sekarang kamu dan aku sudah kerjasama. Anak kamu pasti akan jadi ponakan aku dong," celoteh Rey.
Pita memijat kepalanya yang berdenyut. Bukan makin tenang, Pita malah pusing di buat oleh Rey.
"Makanlah, nanti meleleh," ucap Rey.
Dengan ragu, Pita pun mengambil es krim dari tangan Rey.
"Kata orang, es krim akan menurunkan kadar emosi," celoteh Rey lagi.
Teori dari mana itu jika es krim bisa menurunkan kadar emosi. Apakah wajah Pita terlihat sedang emosi. Padahal dirinya sedang kecewa.
Pelan pelan Pita mengikuti gerakan Rey yang menjilat es krimnya. Saat jilatan pertama Pita bergidik karena dingin namun ada rasa yang berbeda.
Setelah menghabiskan es krim Pita baru menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan oleh Rey.
"Apa sih liatin kayak gitu?" protes Pita.
"Aku cuma heran aja sama perempuan yang plin plan. Semenit yang lalu mengatakan tidak suka lalu menit berikutnya sangat suka," sindir Rey.
Pita menakutkan alisnya, menyadari apa yang baru saja terjadi dengan dirinya. Tapi sudahlah, anggap saja dia khilaf.
"Kamu ngapain siang-siang di tempat seperti ini? Gak takut di culik?" celoteh Rey.
"Mana ada culik. Memang ada yang mau nyulik aku?" gumam Pita.
"Ada," ketus Rey.
"Aku yang mau nyulik kamu." Rey tertawa keras membuat Pita hanya menggelengkan kepala.
Rey terdiam sesaat ketika tak ada respon dari Pita. Ia mendengus pelan.
"Garing ya?" tanya Rey.
****
Siang ini Pita sedang berada di sebuah restoran yang viral. Awalnya Pita malas untuk mengikuti ajakan Rey, namun karena Rey memaksa dengan alasan ingin membahas soal pekerjaan, Pita pun setuju untuk ikut dengan Rey.
Sebenarnya usia Rey dan Pita tidak terpaut jauh, hanya beda 3 tahun saja.
"Jadi gini Tan, pemotretan untuk produk ini akan dimulai minggu depan sesuai dengan kesepakatan, tetapi seperti kita bakalan ambil latar di pinggir pantai deh," ujar Rey.
Pita terbelalak. Apakah Rey tidak salah berbicara. Mana ada pemotretan produk kecantikan ada di pinggir pantai.
Setahu Pita untuk pemotretan produk kecantikan dilakukan di sebuah ruangan, bukan pinggiran pantai.
"Kamu jangan ngaco deh, Rey! Mana ada pemotretan produk kecantikan di pinggir pantai," protes Pita.
"Tante, kudet! Jelas ada ding, Tan. Coba sekali kali tante itu browsing di internet dulu biar update."
Pita pasrah jika dikatakan kudet. Itu memang adalah faktanya. Bahkan Pita juga tidak mempunyai akun Instagram, yang ada hanya WhatsApp itu pun hanya ia buka jika terlalu mendesak.
Tetapi Pita tidak terima jika harus dipanggil tante. Apakah wajahnya sudah setua itu?
"Tante? Udah dibilang jangan panggil aku tante, masih aja ngeyel," protes Pita.
"Memang kamu udah tante- tante."
Yuna yang ada di rumah merasa kebingungan saat mengetahui bahwa Pita pergi dari rumah sejak tadi pagi. Begitu juga dengan Danar. Ia membatalkan agenda di Cafe demi untuk mencari Pita namun belum membuahkan hasil. Pita belum juga ditemukan.
"Bapak bertengkar dengan Ibu?" tanya Yuna.
Danar melirik Yuna. "Kepo aja kamu."
"Bukan kepo, Pak. Tetapi untuk apa Ibu kabur jika tidak sedang bertengkar dengan Bapak. Kenapa jatah tadi malam kurang?" ejek Yuna.
"Bisa diem gak? Pusing kepalaku," ujar Danar.
Yuna memilih terdiam. Danar melajukan mobilnya dengan pelan. Ia meneliti setiap bahu jalan berharap bisa menemukan sosok Pita. Namun usaha Danar hanya sia sia karena tak melihat tanda tanda keberadaan Pita.
Bahkan Pita juga mematikan ponselnya.
Danar dan Yuna sudah lelah untuk mencari dimana keberadaan Pita. Keduanya memilih memutuskan pulang saat melihat arloji di tangannya sudah menunjukkan pukul 3 sore hari.
"Pak kalau Ibu sampai diculik gimana dong?"
"Udah diam aja napa!" sentak Danar.
Sesampainya di rumah Yuna sangat terkejut melihat pintu rumah yang sudah terbuka. Padahal Yuna ingat dengan jelas sebelum pergi ia sudah mengunci pintunya dengan benar. Tetapi mengapa sekarang terbuka? Jangan jangan maling mau gasak isi rumah majikannya. Wah… gak bisa dibiarkan ini.
"Pak Dan, ada maling!" teriak Yuna. Danar yang baru saja mematikan mesin mobil menautkan alisnya. Maling? Mana ada maling di siang bolong, pikir Danar.
"Kamu kalau ngomong yang benar Yun, mana ada maling siang hari. Kamu mungkin lupa gak tutup rapat pintunya."
Yuna memasuki rumah, namun saat melihat Pita turun dari tangga, Yuna segera menjerit.
"Ibu mau kemana?"
Begitu juga dengan Danar. Suami Pita langsung segera mendekati Pita yang sedang kesusahan menyeret kopernya.
"Pit, kamu mau pergi kemana. Oke, aku bisa jelasin ke kamu, tapi please kamu jangan pergi. Pikirkan baik baik Pit." Danar gugup saat mengetahui Pita telah menyeret kopernya untuk pergi dari rumah. Apa kata keluarga Pita yang berada di Medan jika mengetahui Pita pergi dari rumahnya. Bisa bisa Danar di gantung di monas oleh Abangnya Pita.
"Ibu… Tolong jangan pergi," rengek Yuna.
Pita semakin mengernyitkan merasa heran dengan sikap Yuna dan suaminya yang membuatnya kebingungan. Padahal Pita tidak akan kemana mana.
"Kalian kenapa sih?"
"Put, aku tahu kamu masih marah sama aku. Tapi tolong jangan pergi. Kita bicara baik baik ya," pinta Danar.
"Bang Danar apaan sih? Aku cuma mau pemotretan kok karena jadwalnya ada di pesisir pantai untuk beberapa hari jadi aku ingin kesana lebih awal untuk bisa jalan jalan sebentar. Kamu ikut ya, Yun!"
Mendengar penjelasan Pita Danar dan Yuna saling bersitatap. Hati keduanya merasa lega. Ternyata Pita hanya ingin liburan lebih awal.
🍃🍃BERSAMBUNG🍃🍃
LIKE DAN KOMEN DONG!!!
OH, YA SAMBIL MENUNGGU NOVEL INI UP LAGI MAMPIR DULU DI NOVEL TEMEN OTHOR ya . ceritanya seru lho...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Neng Farihatun Hasanah
pita apalagi cantik 😁
2022-04-01
3
dhuha_kuy♌
sempet² nya pita nge prank😁😁
2022-02-28
1
Langit Biru
kubur sama rey ajalah, Pit.
2022-02-14
1