SEGENGGAM LUKA
BAB 10 | MATI KUTU
~TEH IJO~
SELAMAT MEMBACA...
"What?!" pekik Yuna. Pita yang berada di depan Yuna merasa sangat terkejut mendengar suara Yuna.
"Apa sih, Yun?" gerutu Pita.
Tanpa rasa canggung Yuna menunjukkan kearah meja yang dihuni oleh sepasang insan yang merasa tak berdosa. Duduk saling tertawa tanpa memikirkan status masing-masing.
"Ya sudah, kita kesana aja!" ajak Pita.
Yuna was-was. Ia merasa takut jika majikannya akan membuat drama dimana ia akan menjambak rambut Jihan lalu menamparnya berkali-kali. Pasti majikannya akan mempermalukan Jihan ditempat itu.
"Ta- tapi Bu… " gugup Yuna.
"Kamu gak usah takut. Aku gak bakal ngelabrak wanita itu, karena aku tidak akan mempermalukan diriku sendiri. Ingat sebentar lagi aku akan jadi model, masa iya belum apa-apa udah viral duluan? Kan gak lucu, Yun," lirih Pita.
Akhirnya Yuna bisa bernapas dengan lega mendengar penuturan sang majikan. Ternyata majikannya adalah seorang wanita yang sabar dan smart.
"Ibu janji ya!"
Pita terkekeh pelan melihat ekspresi Yuna yang menegang. "Iya ... iya. Ayo buruan!"
Tepat berdiri dihadapan Jihan dan Danar, Pita menyapa kedua orang yang sangat dipercayainya, hingga Pita tidak bisa membedakan mana ketulusan mana kebusukan.
"Bang Danar, Jihan. Kalian di sini?" sapa Pita. Pita masih sama, berusaha biasa saja seolah tak mengetahui apa-apa.
Jihan dan Danar seketika langsung terbelalak lebar dan tubuh menegang saat melihat Pita sudah ada didepan mata. Danar yang gugup segera menjauhkan diri dari Jihan.
"Pi- Pita," ujar Danar gelagapan.
"Kamu sedang apa disini?" tanya Jihan.
Dasar wanita tidak tahu malu! Harusnya aku yang bertanya sedang apa kamu disini bersama dengan suamiku? Dasar Virus pelakor!
"Aku sedang belanja bulanan bersama Yuna. Kenalin ini Yuna, asisten aku."
Jihan menautkan kedua alisnya. Ia terheran, sejak kapan Pita memiliki seorang asisten rumah tangga dan… mengapa penampilan Pita berubah dan terlihat sangat bersinar?
"Halo Mbak, kenalin Yuna Azahra, kembarannya Yuni Shara beda bapak dan ibu. Keren kan nama aku?" Yuna tertawa pelan.
Pita sebenarnya juga ingin tertawa. Mungkin kehadiran Yuna yang humoris bisa menjadi tempat sandaran untuknya saat ia sedang terpuruk nanti. Pita tidak akan tahu bagaimana akhir dari rumah tangganya serta perjuangannya cintaku. Yang pasti Pita tidak akan pernah menerima atas pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan sahabatnya itu.
Saat ini Pita hanya ingin mengikuti permainan yang sedang dipermainkan oleh kedua manusia yang tak punya urat malu. Entah sampai dimana keduanya akan bertahan.
"Iya nama kamu bagus," ketus Jihan.
"Nah, kalian sendiri ngapain disini? Bukankah jam segini Cafe itu pas lagi ramai-ramainya. Kok kalian bisa disini? Berdua lagi?" berondong Pita.
Danar mati kutu. Ia hanya bisa menelan kasar salivanya. Danar sendiri juga bingung ingin memberi penjelasan apa kepada Pita, karena ia telah tertangkap basah, tak bisa berkilah lagi.
"Ji, bukannya cafe cabang itu kalau malam minggu itu ramai ya? Aku pernah lho diajak Bang Danar kesana malam minggu. Pengunjungnya hampir membludak," ujar Pita.
Jihan pun tak punya kata-kata lagi untuk melawan dan membela diri.
"Lho… lho kok pada diam, sih? Tadi pada ketawa-ketiwi," sindir Yuna.
Mata Danar dan Jihan saling memandang. Seolah mata mereka sedang berdiskusi tentang alasan yang akan mereka sampaikan kepada Pita.
Mendadak Pita tertawa membuat Danar dan Jihan merasa bingung dan tak mengerti. "Sudahlah! Gitu aja kalian tegang sekali. Aku tahu kalian pasti sedang meeting kan? Terus kalian nyari tempat disini agar lebih nyaman, gitu kan?"
"Iya ... iya," ucap kedua insan tak berdosa dengan serentak.
Dasar munafik!
"Ya sudah lanjutin aja! Aku sama Yuna mau kembali belanja." Pita menatap jijik kepada Jihan yang ternyata hatinya sangatlah busuk. Sudah ditolong, tetapi malah menusuknya dari belakang. Pantaskah ia disebut seorang sahabat?
"Oh iya, Bang nanti jangan pulang larut ya, aku ada kejutan buat Abang," bisik Pita.
Setelah kepergian Pita dan Yuna Danar mengelus dadanya merasakan lega yang mendalam. Beruntung saja Pita mencetuskan ide untuk mereka mempunyai sebuah alasan yang layak diterima.
"Mas, gimana nih kalau Pita mulai curiga?" Jihan merasa was was.
"Tenang! Kamu kan tahu kalau Pita seperti apa? Dia itu polos, Ji."
***
Sepanjang perjalanan pulang Yuna sangat tidak terima atas keputusan Pita yang melepaskan Jihan begitu saja tanpa memberi sindiran pedas. Meskipun Yuna takut aksi cakar-mencakar, tetapi ia tidak puas dengan langkah yang diambil oleh majikannya.
"Bu, kenapa Ibu berpura-pura gak tahu apa-apa, sih? Kan gak seru, Bu?" gerutu Yuna.
Pita menggelengkan kepalanya saat melihat Yuna merasa kecewa, karena ia tak memberikan pelajaran kepada Jihan.
"Bukannya kamu takut kalau aku sampai membuat onar? Biarkan saja bangkai itu tertutup dulu, lama-lama pasti akan tercium juga. Bahkan bukan hanya kita saja yang akan menciumnya, tetapi seluruh masyarakat pasti akan mengetahuinya, tapi tunggu waktu yang tepat," ujar Pita.
"Kalau semua orang tahu Ibu jahat dong! Mempublikasikan aib suami," protes Yuna.
"Tapi kan memang begitu, Yun. Serapat-rapatnya kita menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kan? Beda cerita kalau kita menyimpan uang di lemari. Paham?"
"Kalau itu saya tahu, Bu. Tapi kalau seluruh masyarakat tahu, ibu gak kasihan lihat suami Ibu yang menahan malu?" protes Yuna lagi.
"Kamu belum ada sehari kerja udah bikin aku pusing! Mau aku pecat sekarang?" ancam Pita sambil menautkan kedua alisnya.
"Jangan! Jangan langsung main pecat dong, Bu. Maaf, ya," ucap Yuna sambil mengedipkan kedua matanya.
***
Sesampainya di rumah, Yuna langsung menata belanjaannya yang baru saja dibelinya. Menata sayuran ke dalam kulkas dengan rapi. Bahkan saking telitinya Yuna menempatkan sayuran kedalam wadah kedap udara agar segarnya tahan lama. Begitulah teori Yuna.
"Yun, sini bentar deh!" titah Pita.
"Iya, Bu. Sebentar, nanggung nih," sahut Yuna.
Pita yang baru pertama kali menggunakan jasa asisten rumah tangga harus menyetok kesabaran untuk menghadapi Yuna.
Apakah memang semua asisten rumah tangga seperti Yuna yang lebih cerewet ketimbang majikannya?
"Iya, Bu ada apa?" Kini Yuna telah duduk di bawah Pita.
Pita mengernyitkan dahinya. "Siapa yang nyuruh kamu duduk di bawah. Berdiri! Duduk disini!" ujar Pita, sambil menepuk tempat duduk disampingnya.
Yuna mengembangkan senyum, merasa sangat bersyukur mempunyai majikan seperti Pita yang me-manusiakan manusia.
"Karena aku tidak mengambil kamu dari yayasan, maka aku kita akan bahas masalah kontrak kerja. Jujur aku juga tidak tahu bagaimana biasanya kamu menandatangani kontrak kerja, tetapi disini aku tidak akan memaksakan kamu untuk bekerja lebih lama jika kamu merasa tidak nyaman," jelas Pita.
Yuna mengangguk. "Biasanya saya diberi masa percobaan selama 3 bulan. Jika kedua belah pihak sama-sama cocok baru saya menandatangani kontrak perjanjian kerja, Bu. Biasanya juga kontrak yang saya tandatangani cuma 1 tahun, karena itu memang permintaan saya, sih. Kalau mau lanjut tinggal perpanjang lagi."
Pita mengangguk mencoba untuk memahami ucapan Yuna. Disini Pita tidak ingin menerapkan kontrak kerja, karena bisa saja dengan tiba-tiba keduanya saling tidak nyaman. Namun, karena sebuah perjanjian yang sah akhirnya harus bertahan hingga masanya habis. Itu sama saja Pita menyiksa orang lain untuk bertahan, sedangkan orang tersebut tidak nyaman.
"Baiklah aku mengerti, tetapi disini aku tidak ingin menerapkan kontrak kerja. Kamu boleh keluar kapan saja jika kamu tidak nyaman dan aku juga bisa kapan saja pecat kamu, kalau kamu mengecewakanku. Asalkan kamu bekerja dengan baik, jujur dan… sabar, aku tidak akan memecatmu. Kamu bersedia kan?"
"Wah … Kalau persyaratannya seperti itu gampang buat saya, Bu. Jangankan 10 tahun, 20 tahun saya jabani. Tapi kalau Ibu baik seperti ini dan gak berubah ya."
Pita memijat pelipisnya lagi. Sebenarnya Aishah mendapatkan Yuna dari mana, sih? Ada ya model asisten rumah tangga seperti Yuna yang tidak merasa canggung dan selalu dan lebih cerewet dari majikannya?
Perbincangan mereka harus berakhir saat sebuah bel rumah berbunyi. Entah siapa yang bertamu malam-malam.
Namun, samar-samar Pita mendengar bahwa suara Danar tengah memanggil namanya.
"Yun, kamu kunci ya pintunya?" tanya Pita.
Yuna nyengir kuda sambil terkekeh pelan. "Iya, Bu."
🍃🍃 BERSAMBUNG 🍃🍃
HALO HALO... AUTHOR MAU REKOMENDASI NOVEL KEREN DARI TANTE GEMOY, TANTE ANGEL 😊 WAJIB KALIAN BACA!!
SATU ATAP TIGA HATI
Karya R. ANGEL

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
dhuha_kuy♌
jrg² majikan bisa akrab ma ART🤗👍
2022-02-28
0
Filke Dendemg
dasar wanita tidak tau malu....
memang betul seorang pelakor itu..tidak punya malu
bahkan seneng mereka melihat seorang istri bersedih..😠
2022-02-27
0
🌹🌹Sofia Salgi🌹🌹
suka sama art nya orngnya sedikit kocak 😀😀😀 mudah" an
baik terus kelakuannya si yuna
2022-02-09
3