SEGENGGAM LUKA
BAB 4 | KEDATANGAN JIHAN
~TEH IJO~
HAPPY READING
Pita merasa ada yang berubah dari sikap Danar, bahkan suaminya itu selalu pulang malam dengan alasan pekerjaan yang semakin hari semakin menumpuk. Padahal jika dipikir Danar hanya tinggal duduk manis di Caffe, karena semua sudah ada yang menghandle.
Sikap yang Danar yang dulunya lebih perhatian kepada Pita, kini sudah terlihat cuek tak peduli lagi. Bahkan Danar juga sering mempermasalahkan hal sepele hingga membuat pertengkaran yang hebat. Pita selalu mengalah karena tidak ingin memperkeruh suasana.
Malam ini Pita mondar-mandir melihat jam dinding yang terus berputar. Namun, sang suami juga belum pulang. Padahal saat itu hari sudah menunjukkan pukul 9 malam. Bahkan Pita sudah berusaha menghubungi Danar tetapi, tidak ada jawaban.
"Bang Danar kemana sih?" gerutu Pita.
____
Pita yang sedang memasak di dapur segera bergegas saat mendengar ketukan pintu. Sudah jelas itu bukan suaminya.
"Eh, Jihan. Masuk!" Pita mempersilakan Jihan untuk masuk. Semenjak Jihan pindah, ia sering berkunjung ke rumahnya. Bahkan setelah pulang kerja pun ia singgah dengan alasan merasa bosan berada di kontrak karena tidak memiliki teman.
Terkadang Jihan tersenyum miris melihat penampilan Pita yang dianggapnya sama sekali tidak menarik. Apa yang bisa dibanggakan dari sosok Pita saat ini. Pantas saja Danar lebih sering menghabiskan waktu bersama dengannya saat di cafe.
"Mas Danar belum pulang?" tanya Jihan.
"Oh… Belum. Akhir-akhir ini Bang Danar sibuk dengan pekerjaannya, kadang juga pulang malam," jelas Pita.
Jihan mengangguk pelan. Ya iya lah pulang malam. Karena Mas Danar sedang bersamaku, batin Jihan.
"Ya, memang Mas Danar sedang ingin menambah cabang lagi di Solo," ujar Jihan.
Pita mengernyit, mengapa Jihan bisa tahu hal itu sedangkan dirinya yang berperan sebagai istri tidak tahu apa-apa.
Jihan menyadari raut wajah Pita berubah. "Kemarin kita sempat meeting di kantor dan mas Danar bilang kalau mau nambah cabang di Solo. Mungkin karena itu mas Danar sering pulang malam," lanjut Jihan lagi.
Pita bernapas lega. Memang sudah sewajarnya Jihan mengetahui hal itu karena saat ini Jihan tengah bekerja di cafe milik Danar.
Tak lama pintu terbuka memperlihatkan Danar berjalan tegap menuju kearah Pita dan Jihan.
"Bang Danar," gumam Pita.
"Lho… Jihan? Udah lama ya?" sapa Danar.
Jihan tersenyum lebar saat Danar memainkan satu mata ke arah Jihan.
"Belum lama kok Mas."
Danar mengangguk lalu segera menuju ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Sementara itu Pita melanjutkan masak di dapur dengan rambut yang diikat asal-asalan. Keringat pun mulai bercucuran saat Pita mulai menggoreng ayam, sedangkan Jihan sama sekali tidak peduli dengan Pita yang sibuk di dapur.
Jihan tak sabar ingin melihat Danar. Satu hari ini Danar tidak singgah ke cabang, membuatnya nekat untuk mendatangi rumah Danar.
"Pit, aku pakai kamar mandi dulu ya."
"Iya pakai aja. Toh gak ada yang pakai kok," ujar Pita dari dapur.
Jihan segera menuju kamar mandi yang ada dibagian belakang. Jihan sudah hafal betul tempat itu, karena selama tinggal di rumah Pita, Jihan-lah yang menempati kamar mandi tersebut.
Di belakang sana Danar sudah bersandar di dinding kamar mandi sambil melipat tangannya.
"Mas Danar," gumam Jihan.
Danar segera menarik lengan Jihan lalu membawanya ke kamar mandi. Jihan sangat terkejut dengan perlakuan Danar yang terbilang nekat menemui dirinya di kamar mandi, apakah tidak takut jika Pita melihatnya.
"Mas Danar apaan sih," bisik Jihan.
"Kamu kenapa kesini? Kan aku udah bilang kita ketemuan di luar aja. Nanti kalau Pita curiga gimana?" bisik Danar.
Danar yang tak bisa menahan hasratnya segera menekan tengkuk Jihan lalu menyatukan bibirnya. Decakan yang kasar membuat Jihan terengah -engah untuk mengimbangi Danar.
Danar semakin merasa buas saat tubuh Jihan sudah terbentur ke dinding. Kecupan Danar mulai menuruni jenjang leher Jihan membuat sang empu mendesah pelan.
"Maass… "
Danar yang sudah dirasuki hasrat mendalam merasa terpancing oleh desahan Jihan yang terdengar seksi.
Begitu juga dengan Jihan yang merasa haus oleh sentuhan Danar membuatnya merasa pasrah. Hingga Danar benar-benar melepaskan hasratnya yang tidak tertahan.
Hubungan Jihan dan Danar sudah terjalin ketika Jihan memutuskan untuk meninggalkan rumah Danar. Pekerjaan Danar yang membuatnya selalu bertemu dengan Jihan dan mampu menghipnotis jiwanya.
Awalnya Danar sama sekali tidak tertarik dengan sosok Jihan, bahkan Danar juga terlihat cuek. Namun, seiring berjalannya waktu dan Jihan yang terlihat lebih menggoda ketimbang istrinya, perlahan membuat Danar mulai tertarik untuk mendekati Jihan.
Jihan menutup mulut Danar yang hendak mendesah keras saat hampir sampai di puncak kenikmatan. Jihan takut jika Pita mengetahui perbuatan gilanya.
Jihan membersihkan sisa-sisa penyatuan mereka. Tak hentinya Danar memeluk tubuh Jihan dari belakang. Pelayanan Jihan mampu membuat Danar semakin merasa candu dan terus ingin mengulang dibandingkan dengan Pita.
Setelah berhasil merasakan milik Jihan, mendadak Danar sudah tidak berselera lagi untuk menjamah Pita. Bahkan hasrat untuk menyentuh Pita juga telah berkurang.
"Mas Danar nekat banget sih. Gak takut kalau sampai ketahuan sama Pita?" bisik Jihan.
"Dia gak akan tahu, karena dia itu bodoh. Kamu nginep kan?"
"Idih … siapa juga yang mau nginep? Aku tuh cuma sekedar mampir aja karena Mas Danar gak ada singgah ke cabang tadi."
"Iya maaf. Tadi ada urusan."
Setelah merapikan pakaiannya, Danar mengendap-endap keluar lebih dahulu dan memastikan bahwa Pita tidak melihatnya.
Jihan yang masih berada di kamar mandi berusaha keras untuk menggosok bekas kemerahan di lehernya. Jejak merah peninggalan Danar sangat jelas terlihat. Padahal Jihan sudah mengatakan berulang kali untuk tidak memberikan tanda di leher, tetapi Danar tetap saja tidak mendengarkannya.
Beruntung saja Jihan selalu membawa alat make up kemanapun ia pergi. Jihan langsung mengoleskan foundation untuk menyamarkan tanda tersebut.
"Pit, aku boleh kan nginep disini?" tanya Jihan yang tiba tiba mendekati Pita saat menata piring diatas meja.
"Boleh dong."
Namun, saat melihat kearah Jihan ia menangkap perubah pada penampilan Jihan. Pita terdiam sejenak membuat Jihan merasa sangat khawatir jika Pita mengetahui apa yang baru saja ia lakukan.
"Rambut kamu, Ji….?! Kok jadi… Ter- urai?"
Jihan menghela napas panjang, karena merasa lega. Ternyata Pita hanya mempertanyakan tentang rambutnya.
"Ah, ini. Aku pengen lebih rilexs aja makanya aku urai," alibi Jihan.
Jika bukan karena buasnya Danar sanggulan rambutnya tidak akan berantakan. Tapi tidak masalah yang terpenting sekarang adalah bisa memiliki sebagian hati Danar.
"Oh."
Jihan mengamati Pita yang masih sibuk mempersiapkan makan malamnya. Jihan benar-benar merasa miris dengan sahabat yang pernah digilai oleh kaum adam semasa kuliahnya dulu. Apakah kecantikan Pita sudah sirna? Jika iya, inilah waktu yang tepat membuktikan bahwa Jihan adalah wanita yang paling cantik.
Angin malam berhembus dingin hingga menusuk tulang. Pita mengamati Danar yang masih termenung di balkon kamar sambil menghisap sebatang rokok. Pita pun segera menghampiri Danar.
"Bang… Bang Danar lagi ada masalah?" tanya Pita.
Danar menoleh lalu mematikan puntung rokoknya. Pita yang hanya mengenakan daster diatas lutut tanpa lengan, membuat Danar tidak bisa menahan hasratnya. Sadar akan suami yang sedang menginginkannya, dengan pasrah Pita melayaninya dengan sepenuh hati.
Pita sedikit meringis saat Danar bermain sangat kasar malam ini. Bahkan Danar menyuruh Pita untuk mencoba gaya baru seperti gaya yang pernah Jihan lakukan kepada dirinya.
Kamar yang seharusnya sunyi mendadak penuh dengan desahan dan erangan yang membuat seseorang terpancing untuk mendengarkan lebih dalam lagi.
🍃🍃 BERSAMBUNG 🍃🍃
Jangan lupa LIKE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Lina Bt
thour jangn biarin pita tidk membalas perbuatan mereka thour
2022-12-06
0
Joko Waluyo
daster emang pakaian ternyaman istri...tpi suami????
2022-03-19
1
⏤͟͟͞𝐑
wah kalau selingkuhnya dah nyampai gini nyesek aku... kirain cm gak sampai jauh🤧
2022-02-14
2