eps 20

Denis menyenggol tama yang tengah asik membaca koran di ruangan zaki

"kenapa tu orang.? " tama menoleh ke objek yang dimaksud denis siapa lagi kalau bukan zaki

Zaki yang tengah serius memeriksa hasil rontsen pasien tak memperdulikan kedua temannya yang bisik di dekatnya

"Ngak ada yang aneh kenapa.? " tanya tama pada denis

denis mendekat ke tama "semenjak istrinya sakit sampai sekarang gue merasa aura dinginya makin berkembang biak" bisik denis dengan melirik zaki

Tama kembali melihat zaki lalu melihat denis " ngak ada yang berubah menurut gue sama aja kayak zaki biasa "

denis mengeleng pelan " gue rasa ada yang salah sama tu orang karna __"

"Sampai kapan kalian akan membicarakan saya, kalau tidak ada yang penting kalian keluar saja " ucap zaki tampa mengalihkan pandangan dari kegiatannya

Tama dan denis saling pandang lalu menggeleng

" ngak kita ngak ngomongin situ ya kan tama kita cerita masalah lain, oya kita keluar dulu lupa ada patroli pasien " denis langsung menarik tanggan tama mengajaknya keluar dari ruangan itu secara terburu buru

zaki hanya melihat keduanya begitu saja tampa minat mencegah nya menurutnya ada atau tidak ada keduanya sama saja

Zaki membuka laci mengambil hp yang sedari tadi bergetar tampa henti

"Kenapa lagi.? " tanya zaki dengan meletakan hpnya di telinga

zaki menghembuskan nafas lelah " tunggu saya lima belas menit kesana "

zaki langsung mematikan sambungan melepaskan jas putih yang melekat di badannya tak lupa mengambil kunci mobil di laci

Zaki lekas keluar ruangan langsung menuju ke parkir dimana mobilnya berada

"Apa menurut loe ngak ada yang salah.? " ucap denis dengan melihat mobil zaki yang melaju pergi dari rumah sakit

denis menoleh ke belakang namun teman yang ia ajak bicara ternyata sudah tidak ada

" ikut ngak nis ? " denis melihat tama yang telah siap di atas motornya

denis mengangguk dan langsung naik ke motor tama untuk membututi zaki

.

.

.

.

"Loe yakin ini tempatnya.? " tanya denis ketika tiba di danau yang begitu banyak pohon yang hijau

" Gue yakin tadi mobilnya ke arah sini " sahut tama dengan melihat sekitar danau

Denis yang mendengar suara langsung menarik tanggan tama agar bersembunyi di balik pohon

"Saya ngak bisa " sahut zaki

"Hanya kamu harapan saya "

" jangan ganggu saya saya sudah punya kehidupan dan saya tidak bisa bantu kamu paham itu " tegas zaki yang langsung berbalik ingin pergi

" tapi saya hamil "

Mendengar itu zaki langsung menghentikan langkah nya dan berbalik menghadap perempuan itu

"Apa zaki yang bikin hamil.? " bisik denis di telinga tama

"Diem dengerin aja " keduanya terus memperhatikan zaki namun karna angin yang kencang jadi suara zaki tak terdengar hingga zaki pergi meninggalkan wanita itu dengan menangis

.

.

.

.

"kalian berdua yakin ngak salah denger " tanya filzah dengan melihat keduanya

"yakin tapi kita ngak tau perempuan itu siapa karna dia ngadep belakang"

filzah melihat sekitar lalu mendekati keduanya sembari berbisik " apa perempuan itu.? "

tama menggeleng berbeda dengan denis yang mengangguk membuat filzah binggung

"iya atau ngak ni " kesal filzah pada keduanya

"ngak yakin " sahut sama dengan bersandar

" jika bener tu cewek menurut kalian gimana.? " tanya denis dengan mendekati keduanya

"kayaknya bukan secara kan zalwa sama tu cewek katanya nya ni mereka sepupuan menurut kalian apa tega gitu cewek itu ngambil zaki dari zalwa" jelas tama dengan pelan agar tak terdengar orang di kantin ya walaupun di kantin hanya ada mereka bertiga

"kenapa ngak mungkin dokter zaki cinta sama tu cewek siapa tau zalwa bakal di tinggalin " ucapan filzah yang lansung mendapat toyoran dari denis

"zaki emang cinta tapi dulu lagian dia udah bilang sampai kapan pun jalan mereka tu beda apalagi ada zalwa gue liat zaki udah mulai suka sama zalwa" bela denis

"hati cowok ma siapa tau la itu ngapain tu cewek minta pertanggung jawaban sama zaki kali aja mereka udah nikah" kali ini denis tidak hanya menoyor tapi malah mengeplak tanggan filzah membuat filzah mendengus kesal

"kalo ngomong jangan ngasal zaki perlu izin zalwa loe untuk nikah lagi " bela denis

"la siapa tau kita mah ngak yakin jaman sekarang semua bisa terjadi " sahut tama membuat denis mengeleng

"kakak sama adek sama saja otaknya ngak ada yang beres "

" masak dokter ngak ada otak sih " suara zalwa membuat ketiganya langsung gugup

"wa loe disini.? " ucap filzah dengan nyengir lalu menggeser bangku yang ada di samping nya

"iya mau periksa sama dokter fery " sahut zalwa dengan duduk di samping filzah

"kalian ngak makan.? "

"ngak belum laper loe makan aja " sahut tama dengan melihat denis yang melihat sekitar

"Wa kita bisa bicara " zalwa yang tengah makan menghentikan kegiatannya

zalwa melihat denis begitu juga dengan tama dan filzah

"bisa emang mau bicara apa.? " tanya zalwa

tama menyikut denis namun denis hanya melihat tama sekilas lalu kembali menghadap zalwa "kita disini tau selama ini perempuan itu - "

"nisa " potong zalwa

"iya nisa, tama nisa sering bawain makan buat zaki dan hari ini kita buntutin zaki ke danau kita ngak tau pasti itu siapa tapi kite denger dia bilang dia hamil " raut wajah zalwa yang tenang seperti tak mendengar kabar apapun membuat filzah mengelus pundak zalwa

"tapi kita ngak tau itu nisa atau bukan loe jangan-"

"gue ngak papa kok " sahut zalwa dengan senyum lalu kembali menyuapkan makanan nya walaupun ia tau rasa makanan itu seperti menelan paku

"kita akan selidiki dulu kita bakal bantuin loe wa " sahut denis

zalwa mengangguk " paling tidak jika ia itu artinya umi akan punya penerus "

denis tama dan filzah saling pandang tak mengerti dengan jalan pemikiran zalwa

zalwa menghembuskan nafasnya " kalian tau kan jika dulu dokter zaki perna suka seseorang? "

ketiganya kompak mengangguk

"saya ngak tau apa wanita itu benar mba nisa atau bukan tapi saya hanya tidak ingin menjadi duri di dalam kehidupan orang "

"loe kan istrinya yang jadi duri itu dia bukan loe " sahut denis kesal

zalwa tersenyum " tapi saya penghalang hubungan mereka"

"gue ngak tau wa gimana cara kerja otak loe tapi yang pasti kita tip istri sah inget itu " sahut tama lalu pergi meninggalkan mereka

"jangan ambil serius tama emang gitu tapi aslinya dia peduli kok " bela denis

.

.

.

.

.

.

"gimana hasil pemeriksaan tadi.? " zalwa menoleh kebelakang melihat zaki yang duduk di kursi dapur

"alhamdulillah, baik "

melihat keadaan zaki yang santai zalwa langsung duduk di depan zaki

"ada yang mau di omongin.? " zalwa mengangguk lalu mengeluarkan kertas

" asrama di kairo melarang orang yang telah menikah menginap jadi -"

"jadi karna beasiswa s2 .? " zaki menatap kesal zalwa lalu meletakan kertas itu di meja

"saya juga bisa biayai kamu di kairo ngak perlu pakai beasiswa segala " sahut zaki

" apa dokter zaki ngak mikirin dia? wanita yang selama ini jadi pemilik hati dokter "

"kamu ngak tau apa apa jadi jangan -"

"karna saya ngak tau saya harus pergi secepatnya" mendengar itu zaki kesal

" zaki " panggil zalwa ketika zaki beranjak pergi

namun zaki terus melanjutkan langkah nya tampa menoleh pada zalwa lagi

.

.

.

.

" maaf bi zalwa ngak bisa jaga amanah abi " aduh zalwa pada gundukan tanah yang bernisan papan

" kita ngak perna tau jalan allah seperti apa bisa jadi ini salah satu ujian untuk pernikahan " suara zaki membuat zalwa menoleh kebelakang

" kita menikah bukan untuk permainan tolong pastikan lagi hati kamu agar kedepan tidak ada pilihan yang salah " sahut zaki lalu pergi dari sana

"bagaimana bisa aku meyakinkan hatiku jika kamu saja tak meyakinkannya"

Terpopuler

Comments

Nanik Bryan

Nanik Bryan

up dong

2022-09-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!