eps 18

Pagi ini zalwa merentangkan tanggannya dengan luas karna keadaannya yang sudah mulai lebih baik satu minggu di rumah sakit bagaikan setahun di paksa minum obat obatan yang membuat zalwa mual karna terlalu banyak apalagi dengan terapi yang dilakukan beruntung perutnya masih bisa selamat dari pisau bedah kalau tidak entah bagaimana nasip perut cantiknya

"Udah bangun.? " zalwa menoleh lalu mengangguk pelan

"Mba bisa bantu mandi ngak gerah " pinta zalwa pada heni

Heni meletakan hpnya lalu menoleh ke pintu " bentar ya mba panggilin suami kamu aja ya "

"Eh mba ngak usah " namun zalwa kalah cepat dengan heni yang keburu keluar dari kamanya

Zalwa berjalan pelan mencari heni dengan membawa tiang infus berharap heni belum menemukan zaki

"bantu buang air saja malunya mintak ampun apalagi bantuin buka baju " gerutu zalwa dengan melihat sekitar mencari keberadaan heni

"mana ni bumil itu"

zalwa melihat heni yang berdiri di persimpangan jalan zalwa bergegas mengejarnya ketika akan menepuk pundak heni gerakannya terhenti

"Siapa yang tidak jujur "

"Kamu zalwa semuanya kenapa kalian bohong kalo kamu sudah menikah " sahut annisa dengan kesal

Zaki mengangkat jarinya " saya dokter ketika oprasi harus lepas benda yang ada di tanggan entah itu cincin atau jam tanggan yang mengansumsi saya belum menikah itu siapa saya tidak pernah bilang ke kamu " sahut zaki dengan tenang

"Tapi kenapa kamu memberi harapan pada saya " sahut annisa lagi

"Saya tidak pernah memberi harapan untuk siapa pun " sahut zaki dengan ingin pergi

"Rantang bekal "

"Saya tidak pernah memakananya " setelah itu zaki benar benar pergi dari hadapan annisa

Annisa mendongak lalu mengusap wajahnya dan pergi dari situ

Tampa keduanya tau jika heni dan zalwa mendengar semuanya

Hati zalwa mencolos mendengar semua ucapan annisa " apa mereka perna pacaran .? " tanya zalwa pada heni

Heni berbalik menghadap zalwa "loe kan tau gue selama ini sama loe, mending kita tanya langsung sama zaki "

Zalwa mengeleng " udahlah loe kan tau pernikahan apa yang gue jalanin jadi santai aja bentar lagi juga berakhir sendiri kan " ucap zalwa dengan santai lalu pergi

Tapi heni tau jika hatinya zalwa tak se santai ucapan nya zalwa yang ia kenal adalah orang yang selalu mementingkan orang lain tapi kali ini heni tak bisa menebak apakah zalwa juga akan merelakan hatinya untuk sepupunya sendiri

" Dari mana.? " zalwa mendongak ketika melihat zaki di depannya

"Dari taman jalan jalan suntuk di kamar terus " sahut zalwa lalu masuk ke kamar rawat inap nya

"Kenapa ngak bilang " sahut zaki lagi dengan mengikuti zalwa hingga berbaring di kasur

"Saya bukan anak anak dokter zaki lagian saya sudah sembuh mungkin besok atau hari ini saya sudah boleh pulang " sahut zalwa membuat zaki menghembuskan nafas kesalnya karna kelakuan zalwa yang selalu membantah

.

.

.

"Itu sayurnya belum di makan " omel zaki ketika melihat zalwa makan

"Iya ini mau di makan " sahut zalwa dengan memilih sayur yang menurutnya enak

"Tinggal makan apa susahnya " zaki mengambil alih sudu di tanggan zalwa langsung menyuapkan zalwa sayur

"Pelan pelan " ucap zaki ketika zalwa mengunyah makanan dengan cepat

"Nanti ngak habis di omelin lagi " grutu zalwa

"Oya dok perjanjian kita gimana.? "

Zaki melihat zalwa "perjanjian yang mana.?"

zalwa menghembuskan nafasnya " perjanjian pas dokter ngelamar kayaknya antara kita ngak ada rasa ngak ada yang saling suka juga kenapa kita ngak pisah aja "

" dalam perjanjian kamu tidak ada minta pisah.?" zalwa mengangguk

"benar tapi pernikahan ini ngak akan perna berhasil " zaki diam lalu meletakan piring di pangkuan zalwa

"Nanti di bahas kamu makan sendiri" zaki langsung pergi

"Ngak bisa dok kalau bisa secepatnya berakhir " ucapan zalwa membuat zaki terhenti di depan pintu

Zaki menoleh ke zalwa lalu kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar rawat inap

zalwa menghembuskan nafas berharap sesak di dadanya berakhir namun bukannya hilang kini semangkin sesak air matanya yang ia berusaha tahan akhirnya tumbang membasahi pipi nya

Flashback

"Mba sering banget nganterin makanan.? " annisa tersenyum

"Dia lelaki pertama yang bikin mba jatuh hati selama di pesantren hanya dia penyemangat mba kamu tau dulu mba sangan benci pesantren semenjak bertemu dia merubah semuanya dan sekarang mba bertemu lagi setelah sekian lama pisah rasa itu ternyata masih sama wa " sahut annisa dengan senyum sendiri

"Cinta monyat mba, kan pas di pesantren masih SMP dulu kan masa iya sampe sekarang rasanya masih ada " ejek salwa dengan mengupas jeruknya

"Nanti kamu tau sendiri gimana rasanya kalo kamu udah cinta sama suami kamu, dah ah mba pergi dulu ya assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" sahut zalwa dengan mengeleng

Now......

Sembari melihat cincin di jarinya " zalwa merasakan nya mba tapi zalwa ngak tau jika perasaan ini akan menyakitkan seperti ini"

.

.

.

.

.

.

" gimana keadaan zalwa.? " tanya ilham ketika melihat heni berjalan ke pondok

" mas sini saya mau nanya " heni menarik tanggan ilham menuju ke teras rumah

"kenapa pelan pelan "

"iya duduk dulu mas " pinta heni yang juga ikut duduk

"sebelum nikah sama zalwa apa dokter zaki punya pacar.? " tanya heni

ilham melihat heni lalu tersenyum " kamu tau kan gimana ajaran almarhum kyai hasyim jadi mas rasa itu pertanyaan konyol "

" tau mas tapi bisa aja kan anaknya beda " sahut heni dengan kesal

"emang kenapa si kok nanya nya gitu " tanya ilham lagi

heni mulai menceritakan apa yang ia tau dan ia dengar terutama kejadian di rumah sakit tadi siang

" ngak salah dengar.? " heni mengeleng

"nanti mas tanya sama nisa ya sekarang kamu istirahat dulu " heni mengangguk lalu masuk ke dalam

ilham yang merasa cemas lekas ke pondok pesantren untuk membicarakan tentang perjodohan annisa tempo hari dengan kyai abdul

.

.

.

.

.

" mba nisa di panggil abah " annisa menoleh

"Ohh iya wi mba ke sana " sahut nisa dengan melepaskan amprop dari bajunya

"pak kyai di mana.? " tanya annisa dengan melihat alwi di kursi

"di ruangan nya mba masuk aja "

annisa mengangguk lalu masuk di sana ternyata sudah ada kyai abdul nyai pipik dan ilham

"duduk nis" annisa mengangguk lalu duduk di dekat nyai pipik

"begini saya ingin menanyakan perihal lamaran tempo hari apa sudah di pikirkan.? " tanya kyai abdul to the point

annisa meremas jari tanggannya "bisa minta waktu sampai sore ini, nisa janji sesudah magrib nisa kasih jawabannya"

kyai abdul mengangguk " kamu keponakan saya sama seperti zalwa anak saya pernikahan bukan hal yang baik jika di laksanakan dengan gegabah mamang harap kamu berpikir dengan baik nisa "

nisa mengangguk " iya pak kyai "

" oya hari ini zalwa pulang kamu ingin ikut menjemputnya.? " annisa melihat mereka lalu mengeleng

" nisa sudah janji sama temen maaf " kyai abdul mengangguk

" kalo gitu nisa pamit keluar dulu ya " sahut nisa dengan keluar dari ruangan itu

.

.

.

.

" umi ngak perlu repot repot zalwa bisa sendiri kok " nyai fatimah hanya tersenyum

"ngak papa lagian ngak ada kerjaan di rumah kennan ini cuma ada badannya raganya terbang ke hp " sindir nyai fatimah pada kennan yang asik main hp

" gimana pesantren nan " kennan mengangguk

"alhamdulillah baik mba, mba ngak usah kawatir banyak yang bantu kemaren aja ada tiga pengajar baru yang masuk ya walaupun guru bahasa arabnya tetap ngak ada " sahut kennan

"nanti mba bantu kalo udah sembuh ya " kennan mengangguk berbeda dengan nyai fatimah yang mengeleng

"sembuh aja belum udah mau ngajar lagi " omelnya pada zalwa

"assalamu'alaikum" sahut suara serempak

"waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" sahut zalwa dan yang lainnya

"aba ummah " ucap zalwa dengan senyum

kennan langsung mematikan hpnya dan berdiri menyalimi kyai abdul

begitu juga nyai fatimah yang menyambut kedatangan nyai pipik

mereka bertanya keadaan zalwa hingga gelak tawa terdengar dari ruang rawat inap

"umi kennan ke kantin depan ya beli minum " nyai fatimah mengangguk

"bareng nan gue juga ikut " sahut alwi dengan ikut keluar kamar rawat

.

.

.

.

.

"zaki tunggu " zaki menoleh kebelakang

"kenapa lagi " tanya zaki pelan

"zaki bener kamu sudah tidak ada rasa lagi aku aku bersediah jadi istri ke dua zalwa wanita yang tau agama pasti dia mau dimadu " zaki menunduk lalu kembali melihat annisa

"lupakan saya " sahut zaki lalu meninggalkan annisa di parkiran rumah sakit

sedangkan kennan dan alwi meremas tangganya masing masing tampa tau pemikiran keduanya

" gue nitip aja ya apa aja boleh kok " sahut kennan dengan pergi mengejar zaki

" saya harap mas ingat janji mas dengan allah agar tidak membutahkan mata dan pikiran mas " ucap kennan dengan berjalan di samping zaki

"saya ingat itu "

kennan mengangguk " bagus setidaknya abi pergi dengan tenang ingat mas jika mas menyakiti mba zalwa bukan hanya keluarga mba zalwa yang akan berurusan dengan mas tapi saya juga " kennan mempercepat langkahnya meninggalkan zaki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!