"Astafirullah abi " tariak zalwa ketika melihat kyai hasyim tergeletak di lantai dalam kamar rumah sakit
Zalwa langsung menekan tombol darurat pasien yang ada di atas kasur
"Abi abi astafirullah abi bisa denger zalwa" berulang kali zalwa memanggil namun kyai hasyim masih menutup matanya
"Dokter dokter tolong abi saya " ucap zalwa ketika melihat dokter feri yang bergegas membantu zalwa menaikan kyai hasyim ke ranjang
Zalwa menarik dirinya ketika para dokter dan suster mengecek keadaan kyai hasyim
"Innalillahi wainnailaihi rojiun" sahut dokter feri dengan melatakan kedua tanggan kyai hasyim di dadanya
Zalwa langsung duduk di lantai ketika mendengar dokter feri berucap
"Mba mba yang tenang ya kami turut berduka cita atas kepergian ayah nya " ucap suster dengan membantu zalwa duduk di sopa
"Kami permisi dulu mba" ucap mereka namun hanya di jawab angukan oleh zalwa
.
.
.
.
.
Zaki berulang kali mengusap wajah menghapus air mata agar terlihat kuat di depan umi fatimah
Sedangkan kennan nampaknya lebih tegar dengan mata yang bengkak ia menyambut beberapa tamu yang hadir
"Umi makan dulu ya " ajak zalwa pada nyai fatimah yang tengah duduk di dekat mayat kyai hasyim
Nyai fatimah hanya tersenyum " kamu ajak umma kamu makan nanti umi nyusul " sahutnya pelan
Zalwa melihat umma nya yang mengeleng dari jauh membuat zalwa melihat ke umi nya lagi
"Umi kalo butu sesuatu bilang zalwa ya " nyai fatimah hanya mengangguk
Nyai pipik mendekati zalwa " bilang sama suami mu sudah saatnya mandikan jenazah"
Zalwa berjalan mendekati zaki yang bersamaan dengan annisa yang mendekati zaki
"Mas zaki saya turut berduka cita atas kepergian ayahnya " zaki hanya melihat annisa tampa minat menjawab ucapan nya
annisa melihat zalwa yang berdiri tak jauh dari mereka
"zalwa" panggil annisa membuat zaki menoleh
zalwa mendekati keduanya "jenazah nya sudah mau di mandikan " sahut zalwa pada zaki
zaki hanya mengangguk lalu beranjak pergi
"kenapa ngak bilang mau ke sini tau gitu bisa barengan " sahut annisa pada zalwa
zalwa hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan annisa
"dek ngak bantu umma " zalwa melihat ilham lalu mengangguk
"ngak usah ke sana kamu hanya tamu yang boleh bantu cuma keluarga" sahut ilham dengan mencegah annisa yang ingin ikut zalwa menyiapkan kain kapan dan lainnya
"loe mas tapi kan zalwa -"
"zalwa menantu rumah ini dia istrinya zaki " sahut ilham enteng lalu pergi
ucapan ilham seketika membuat annisa terdiam dan melihat zalwa nyai pipik dan nyai fatimah yang tengah mengurus semuanya
begitu banyak orang disana yang ia kenal selama ini namun kenapa baru sekarang ia di beri tau jika zaki adalah suami sepupunya sendiri
suami zalwa
"nisa " annisa menoleh dengan kaget melihat heni di samping nya
"ngapain bengong " annisa menoleh ke zalwa lalu ke heni lagi
"kamu kenapa nisa.? "
Annisa mengeleng "mba annisa pamit pulang dulu ada kerjaan lain " tampa menunggu jawaban heni annisa langsung pergi dari rumah itu
"balik mba.? " tanya nizam yang melihat kepergian annisa
heni mengangguk "kayak syok gitu kenapa ya zam. .? "
nizam mengakat kedua pundaknya lalu ikut pergi
.
.
.
.
.
.
.
.
setelah pemakaman di samping pondok darunnajah semuanya kembali ke rumah masing masing namun tidak bagi keluarga zalwa yang masih berada disana membantu berberes beres
" ngak ada pengajian.? " tanya heni yang binggung karna tak ada kegiatan apa apa walaupun hari sudah mulai sore
"Ada mba tapi di pondok semuanya dilakukan disana makanan ini juga nanti akan di anter ke sana " heni mengangguk pelan sembari memakan semangka yang telah di potong zalwa
"Mau di bawa semua ning. ? " zalwa mengangguk dengan memberikan semua semangka yang telah di potong
"Bilangin juga sama akbar dan yang lain bantuin bawa piring nya ya " dina mengangguk lalu pergi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
malam ini acara yasinan yang ke tujuh di selenggarakan di pondok pesantren darunnajah
Selama itu pula baik zalwa dan yang lain tak melihat keadaan annisa disana padahal yang mereka tau dari umma jika annisa berada di pondok pesantren asshiddiqiyah namun entah kenapa tak datang ke pengajian.
"Mba nisa ngak ke sini.. ? " alwi mengeleng
"Katanya ngak enak badan " sahut alwi pelan
Zalwa mengangguk pelan lalu memegang perutnya yang mendadak kram
"Kenapa.? " tanya alwi panik melihat zalwa yang meringis
Zalwa mengeleng pelan " ngak tau bang kenapa tiba tiba kram"
Alwi langsung menggendong zalwa ketika melihat badan zalwa yang mendadak lemas ingin jatuh
"Lo zalwa kenapa.? " tanya heni yang melihat alwi membaringkan zalwa di kursi tamu
"Ngak tau mba tiba tiba perutnya kram lalu pingsan "
Heni menepuk pundak alwi " panggil suaminya bentar lagi azan magrib "
alwi langsung bergegas pergi menuju masjid di pesantren, begitu banyaknya santri dan orang disana membuat alwi kewalahan mencari zaki apalagi suara beduk sudah terdengar
"Zaki mana.? " tanya alwi dengan seseorang yang ia tau teman zaki di rumah sakit
"Di depan " alwi langsung meninggalkan orang itu tampa mengucapkan apa apa lagi
Alwi putus asa tak mendapatkan zaki akhirnya memilih kembali ke rumah
"Zaki nya mana.? " alwi mengeleng lalu mengendong zalwa keluar untuk ke klinik terdekat
Heni yang cemas keadaan zalwa langsung mengikuti alwi " tunggu mba ikut "
.
.
.
.
.
.
.
"Eh tadi ada yang nyariin loe " ucap denis dengan melemparkan air aqua ke sampah
"Siapa.? " tanya zaki
Denis mengeleng " ngak kenal tapi panik gitu " sahutnya
Zaki melihat sekeliling " ngak ada di sini.? "
Denis melihat sekitar " ngak ada "
"Gus maaf bu nyai minta gus ke dalem " zaki mengangguk mendengar ucapan jaka
"Gue permisi dulu" ucap zaki dengan menepuk pundak denis
belum sempat zaki berucap salam nyai fatimah keluar rumah bersama nyai pipik mertuanya
"kalian mau kemana.? " tanya zaki yang binggung
"zalwa ki zalwa masuk rumah sakit " zaki kaget mendengar nya
"ayo anter kami ke sana zaki " ucap nyai pipik membuat zaki sadar dan bergegas pergi
setibanya di sana mereka menemukan heni dan alwi yang tengah menunggu
"gimana keadaan zalwa.? " tanya nyai pipik pada keduanya
"belum tau ma dokternya belum keluar" ucap alwi
tak lama suara pintu terbuka membuat mereka bergegas menghampiri dokter tersebut
" bagaimana keadaan zalwa dokter.?" tanya zaki pada dokter yang bertugas
" begini dok pasien mengalami kram perut ini keluhan yang umum terjadi dan sering kali reda dengan sendirinya, meski begitu, keluhan ini tidak boleh dianggap sepele, karena bisa menandakan penyakit yang serius kami akan melakukan pengecekan lebih lanjut pada pasien " jelas dokter itu
"iya dok lakukan " sahut nyai pipik dengan cemas
"baiklah, maaf kalau boleh tau ini siapa nya dokter zaki.? " tanya dokter tersebut
"dia istri saya " ucap zaki dengan tegas seketika jantung nya berdetak kencang seperti awal ia berucap ijab kabul namun yang berbeda jika dulu ia hanya bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat kali ini berbeda seperti ada tanggung jawab besar yang harus ia laksanakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments