Langkah kaki zalwa mendadak terhenti ketika melihat annisa yang tengah berbincang dengan zaki
annisa nampak berantusias bercerita berbeda dengan zaki yang hanya menimpali sesekali
"Ngapain " suara seseorang membuat zalwa menoleh ke sampai nya
"Gue rasa loe kenal sama tu cewek " zalwa hanya diam dengan terus melihat keduanya yang berbincang
"Tapi loe tenang dokter zaki ngak perna makan pemberian dia kok kalo ngak ke mas tama ke tukang bersih bersih disini " sambung nya lagi
"Apa sudah lama mba nisa sering bawain makanan.? " tanya zalwa
Filzah mengeleng " mungkin dua atau tiga mingguan "
Zalwa mengangguk itu artinya pertama abi masuk rumah sakit
" Mau di samperin.? " tanya filzah dengan melihat zalwa
Zalwa mengeleng " saya ke kamar abi dulu "
Zalwa langsung pergi membuat filzah merasa heran dan terus memandang kepergian zalwa yang seperti tidak terjadi apa apa
"Ngapain ngeliatin dia.? " filzah terlonjak kaget ketika melihat dokter mira di samping nya
"dokter bisa ngak jangan bikin kaget " ucap filzah dengan mengelus dadanya
"Lagian ngeliatin dia begitu banget "
"dokter liat di sana " tunjuk filzah pada dokter zaki dan annisa
" yang bikin aneh zalwa ngak bereaksi apa apa dia hanya liat terus pergi itu kan laki nya ngak marah gitu" dokter mira mengeleng pelan mendengar penuturan filzah
"Belajar analisis dulu sama tama biar pinter ya dek " setelah berucap dokter mira langsung pergi meninggalkan filzah
"Apanya yang salah"
.
.
.
.
.
"Dia dateng lagi.? "
Zaki hanya mengangguk pelan dengan memakan makanannya
"Apa loe udah bilang.? " tanya denis
"Tentang.? " tanya zaki lagi
"Status loe " zaki hanya diam dengan terus makan
"Gue saranin loe harus bilang gue rasa tu cewek ada rasa sama loe " sahut tama
Denis mengangguk "gue juga mikirnya gitu ngapain coba ngasi bekal hampir tiap hari kalo ngak ada rasa"
"Kita cuma temen " sahut zaki
Melihat respon zaki denis menjadi kesal " kemaren zalwa liat kotak makan yang di meja loe dan loe tau kata zalwa itu kotak bekannya yang ia tinggal kan di rumah ibu nya so apa menurut loe zalwa ngak tau siapa pelakunya.? "
Zaki mendadak menghentikan makannya lalu melihat denis " tapi kalian pada tau gue ngak perna makan masakannya "
"Apa zalwa berpikir sampai ke situ.? menurut gue ngak "
Zaki melihat denis " loe ngak kenal zalwa dia bukan cewek yang berpikiran sempit "
Denis mengangguk " tau gue tapi yang jadi pemikiran gue apa zalwa bakalan cemburu.?
secara kan kalian menikah bukan karna cinta,
loe juga kan ngak cinta sama dia kalian bertahan cuma menunggu akhir dari perjanjian" ucapan denis membuat zaki terdiam
seketika rasa amarah muncul mendengar semua ucapan denis namun ia tahan tak ingin membuat masalah jadi kacau
"Udah udah makan aja, nanti lagi ngobrol nya ngak enak di denger sama yang lain" sahut tama menyelah mereka
"Boleh gabung.? " suara filzah membuat mereka menoleh
"Duduk " sahut tama pelan
"Mas tama bantuin gue, gue disuru belajar analisis sama loe" mendengar rege kan filzah tama menoleh ke filzah
"Analisis" tanya tama
"Iya"
"Siapa yang nyuru.? " tanya denis yang ikut binggung
"dokter mira, tadi pagi gue sama zalwa liat dokter zaki sama perempuan itu gue penggen samperin tapi zalwa cuma liat doang mangkanya gue disuru analisis sama dokter mira" penjelasan filzah membuat ketiganya tercenggang
.
.
.
.
.
"Zalwa sudah lama.? " zalwa mengeleng sembari tersenyum pada aisyah
"Belum pesen makan.? " tanya aisyah yang melihat meja masih kosong
"Nanti aja nungguin ibu " jawab zalwa
"bu aisyah ngapain ngajak ketemuan.? " tanya zalwa lagi
Aisyah melihat sekeliling " bentar kita tunggu satu orang lagi ya "
Zalwa mengangguk saja hingga akhirnya keduanya memesan minuman
"Maaf lama ya " zalwa binggung kenapa fajri ikut mereka
"Zalwa apa kabar.? " tanya fajri
Zalwa mengangguk " alhamdulillah baik pak "
"Jangan kaget saya sengaja ngajak pak fajri ikut karna ada yang mau kita omongin sama kamu" sahut aisyah
Zalwa melihat keduanya bergantian
"Jadi gini kita jelasin ya saya sama bu aisyah itu ngak jadi nikah saya juga sekalian minta maaf sama kamu, di kairo sudah mengajak kamu serius tapi ternyata malah bikin kamu kecewa " zalwa melihat aisyah yang senyum
"Saya sudah ihklas mungkin kita bukan jodoh " sahut aisyah dengan senyum
"Saya turun prihatin atas musibah yang menimpa kalian semoga kalian dipertemukan dengan jodoh yang allah tetapkan " sahut zalwa dengan senyum
"Aamiin ya robbalalamin " sahut keduanya kompak
Ketiganya melanjutkan bercerita tentang di kairo karna zalwa yang rindu akan tempat itu
"Iya sekalian ibu lupa bentar " aisyah mengambil sesuatu dari tasnya
"Nah ini syarat sekaligus formulir sengaja saya ambil karna inget kamu, mungkin kamu berminat ambil s2 disana " zalwa mengambil formulir yang di letakan di meja
"Zalwa tumben pakai satu cincin " ucap aisyah yang melihat cincin di jari manis zalwa
Zalwa melihat cincinnya " ibu lupa kalo saya punya empat pawang disini "
Aisyah tersenyum " iya iya ibu lupa soalnya sering liat kamu pakek dua atau tiga cincin jadi aneh aja "
Zalwa hanya tersenyum mendengar penuturan aisyah
"Apa itu cincin pernikahan.? " ucapan fajri membuat keduanya diam
Aisyah tersenyum " zalwa kan belum nikah pak "
Namun ucapan aisyah langsung dijawab gelengan kepala oleh zalwa
"benar pak ini cincin pernikahan" ucapan zalwa seketika membuat keduanya kaget
Terutama fajri yang langsung lesu mendengarnya
.
.
.
.
.
.
.
"Assalamu'alaikum" suara zaki mengecil ketika ia melihat zalwa dan umi nya tertidur di sofa yang di sediahkan rumah sakit
"waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh" sahut kyai hasyim yang ingin mengambil minum di meja
"Abi mau sesuatu lagi.? " tanya zaki yang mendekati kyai hasyim
Kyai hasyim mengeleng " gimana kerjaaan nya .? "
"Alhamdulillah lancar bi " sahut zaki dengan meletakan cangkir
"Alhamdulillah, coba kamu liat mereka begitu pulas tidurnya jagain mereka zaki uhuukkk uhukkk."
"Abi tenang zaki bakal jagain mereka " kyai hasyim mengangguk
"Mas " zaki menoleh ke pintu kamar mandi
"Udah lama.? "
"Kenapa ngak mandi di ruangan saya " kennan menyengir
"Ngak ada yang jagain mereka sama abi nanti abi perlu sesuatu kan susah" sahut kennan dengan mengenakan topi nya
" Abi sudah makan.? " tanya zaki dengan melihat obat di meja
"Sudah tadi sama mba zalwa" sahut kennan
Zaki melihat zalwa yang terlelap begitu damai selama ini zalwa sudah begitu berbakti pada keluarga nya tapi entah kenapa hatinya masih ragu atas semua nya
Bahkan hingga kini ia sendiri tak tau apakah zalwa menaruh hati padanya
"Mau tidur disitu boleh kok kan udah sah mas" godaan kennan membuat kyai hasyim tersenyum
"Mau istirahat sana kasian istrimu dari pagi disini" ucapan kyai hasyim membuat zaki teringat ucapan filzah jika zalwa dari pagi berada di rumah sakit ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments