eps 12

zalwa melihat sekeliling pondok pesantren darunnajah yang begitu banyak santri dan santriwati yang beraktivitas entah itu bermain atau menghapal apalan

"Assalamu'alaikum ning " zalwa tersenyum pada dina yang datang dengan buku di tangannya

"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh, kenapa dina.? " sahut zalwa

"Ning gus zaki sama gus kennan nya ada.? " zalwa menoleh ke dalem rumah lalu menggeleng

"Kayaknya belum pulang masih di rumah sakit, kenapa.? " tanya zalwa dengan penasaran karna melihat wajah dina yang cemas

"Ini apa ustazah mika kecelakaan jadi ngak bisa masuk"

"Innalillahi wainnailaihi rojiun, sekarang keadaanya gimana.? " tanya zalwa yang panik walaupun ia tak tau siapa itu mika tapi mendengar ucapan dina sepertinya itu guru di pondok pesantren ini

"Cuma kakinya aja yang terkilir tapi ngak bisa jalan " jelas dina lagi

"Yaudah nanti saya telpon dulu ya nanya gimana baiknya "

"Kenapa ngak ning aja denger dari pak kyai ning lulusan bahasa arab"

"iya, tapi tetap harus izin dulu sama kyai mana boleh seenaknya gitu" sahut zalwa

"Dina mah yakin pak kyai ngak mungkin ngelarang " zalwa menghembuskan nafas andai saja ini pesantren milik abahnya pasti ia sudah terjun langsung

"Ning gimana.? "

"Nanti deh saya telpon kennan dulu ya bentar bentar ya " zalwa mengutak atik hpnya mencari nomor adik iparnya itu

"Mba zalwa kenapa nelpon" suara kennan membuat zalwa dan dina terlonjak kaget

"Astaghfirullah kennan "

"Maaf mba " sahut kennan tak enak

Zalwa melambaikan tanggan "ngak papa mba cuma kaget aja "

"Kenapa nelpon.? "

"Dina jelasin dulu" ucap zalwa yang masih menormalkan jantung nya

"Anu ini gus ustadzah mika kecelakaan kakinya terkilir "

"Innalillahi wainnailaihi rojiun sekarang keadaan nya gimana.? " tanya kennan

"Baik gus cuma kami yang ngak baik" jelas dina dengan menunduk

"Saya paham, em gimana kalo mba zalwa aja yang ngajar sementara selagi ustadzah mika sakit " zalwa melirik dina lalu kembali ke kennan

"Tapi mba ngak perna ngajar cowok " sahut zalwa lagi

"Ngak papa mba " mendengar itu zalwa menganguk

"Yaudah dina nanti bantu saya ya " dina menganguk dengan senyum

.

.

.

.

.

tok tok tok tok

terdengar suara sahutan dari dalam membuat kennan langsung masuk

" mas manggil saya.?" tanya kennan pada zaki yang tengah membuka buku

"Kamu yang nyuru dia bantu disini.? " tanya zaki dengan meletakkan buku di meja

kennan hanya menganguk dengan menunduk

"Mba zalwa kan orang kita mas kenapa harus nyari orang lain kalo dia bisa " sahut kennan masih dengan menunduk

"lagian abi juga sudah setujuh tadi kennan udah bilang "

"kenapa ngak ngasi tau saya dulu "

zaki menghembuskan nafas lelahnya sembari menyandarkan pundaknya zaki memijat pelipisnya

" setidaknya bilang ke saya zalwa hanya sementara disini dia akan balik ke apartemen"

"Mas abi lagi sakit masih mau balik ke apartemen"

"iya, dia juga kan yang buat perjanjian itu saya hanya mengikuti " sahut zaki

"mas ini abi mas sendiri demi pondok juga tinggal beberapa bulan disini ngak bakal ngerugiin juga " sanga kennan dengan kesal

"beda kennan di sana _"

"di sana mas dan mba hanya tinggal satu atap sedangkan disini harus berbagi satu kamar ia " kennan tersenyum miris

"Mas angap apa arti pernikahan ? di sana jelas saya terima nikahnya dan kawinnya bukan hanya makan minum yang mas tanggung tapi semuanya termasuk dosa dan amal yang mba zalwa lakukan mas apa mas tidak takut dosa ketika hal yang sewajarnya menjadi tanggu jawab istri atau menantu tak di jalankan apalagi mas sebagai suami tidak mengingatkan "

"abi yang meminta saya menikah ini bukan kemauan saya jadi saya hanya mengikuti saja " sahut zaki dengan menahan amarahnya

"tapi mas bisa bicara mba zalwa juga pasti ngerti kok lagian yang saya liat mba zalwa mau kok ngerawat abi sama umi "

" perjanjian tetap perjanjian siapa tau kami memang tidak jodoh dan akhirnya pisah " sangat zaki

kennan mengelengkan kepalanya " karna perempuan itu ia mas ? mas masih memikirkan perempuan itu ingat mas mas sudah memiliki istri "

" bukan karna dia "

" lalu karna apa.? " tanya kennan dengan kesal

"sudah cukup kalian ribut "

"umi " sahut kennan dan zaki bersamaan

" zaki jika keputusan umi dan abi salah zaki bisa pilih keputusan zaki sendiri abi juga pasti ngerti nak dan kennan ingat batasanmu pada mas mu nak jangan menghendaki sesuatu yang belum tentu orang suka " setelah berucap nyai fatimah langsung pergi dari sana

sedangkan zalwa yang memang mendengar semuanya dari awal hanya mempu memegang dadanya kuat entah kenapa mendengar ada perempuan lain dalam pernikahan nya membuat zalwa cemas

" ya allah hamba berserah diri kepada mu atas diri hamba dan pernikahan ini "

.

.

.

.

.

.

.

" sudah lama ? " zalwa mengeleng sembari tersenyum lalu memeluk lelaki yang selalu menjadi tempat bermanja-manja nya

"kangen banget kayaknya .? " lagi lagi zalwa hanya menganguk

"mas ilham sama bang alwi apa kabar.? " tanya zalwa masih dalam pelukan lelaki itu

"alhamdulillah semuanya baik, kemaren bukannya sudah ketemu mereka di rumah sakit.? " zalwa melepaskan pelukan nya

"iya bang cuma abang yang ngak ikut kata uma abang banyak kerjaaan.? " nizam tersenyum mendengar penuturan zalwa

"kerjaannya udah kelar sekarang waktu abang untuk adek abang tersayang, kita makan mau.? " zalwa menganguk dengan beranjak mengikuti nizam

keduanya memasuki mall terdekat " mau makan dulu atau pilih buku di atas .? " tanya nizam yang tau kesukaan zalwa

"makan dulu aja nanti baru cari buku" nizam mengangguk

keduanya menuju resto yang terdapat di dalam mall

selagi menunggu zalwa memphoto mereka

"kenapa ngak bilang.? " sahut nizam

"nanti abang ngak mau lagi " nizam hanya mengusap kepala zalwa lalu kembali memainkan hpnya

" sudah izin ketemu sama abang.? " tanya nizam lagi

"sudah abang sama mertua zalwa juga izin " nizam menganguk

"bagus perempuan yang sudah bersuami itu setiap keluar harus izin itu juga di hitung ketaatan istri " zalwa menganguk

" na'am ( baik, iya atau ok) "

setelah makanannya datang keduanya langsung makan

"astaghfirullah ngapain sudah makan pakek itu lagi.?" tanya nizam ketika zalwa mengeluarkan lipstik dari tas nya

"photo in bentar bang tadi lupa photo"

" buat apa sih.? " zalwa nyengir

"ini lipstik pemberian mba heni dia minta photo zalwa pakek tadi pagi lupa photo " nizam hanya mengeleng mendengar ucapan zalwa

"bang apa mungkin mba heni hamil ya ? karna dia tu minta yang aneh aneh aja "

"tanya aja nanti wa " zalwa menganguk

.

.

.

.

.

"wa mau masak apa.? " zalwa menoleh

"ini umi sayur " nyai fatimah mengangguk

"maaf ya zalwa umi jadi ngerepotin soalnya ngak biasa di masakin santri pondok "

"ngak papa umi, di tempat zalwa juga gitu santri cuma masak untuk mereka makan aja " jelas zalwa lagi

" zalwa gimana kamu sama zaki ? maafin anak umi jika bikin kamu kecewa " zalwa memegang tanggan nyai fatimah

"ngak umi kita baik, walaupun belum seperti pasangan lainnya "

"sudah jangan bahas kami mending umi ke kamar abi abi belum minum obat kan " nyai fatimah mengangguk lalu pergi

.

.

.

.

.

zaki membuka jas dokter nya meletakan jas tersebut di belakang tempat duduknya

"dok ini data pasien anak yang dokter minta kemaren, dih tumben bawa bekal.?" zaki berbalik melihat rantang yang terletak di atas mejanya

"bawa apaan ? bikinan umi atau istri nih " goda denis namun tak di hiraukan oleh zaki

zaki mengakat rantang tersebut " bukan punya saya bawah gih " ucapnya dengan menyerahkan rantang itu pada denis

" bukan punya loe ? jelas jelas ini di meja loe gimana sih" sahut denis lalu membuka rantang tersebut

"nasi goreng enak ni kayaknya " denis langsung mencari sendok untuk makan

"eh eh he itu buat zaki " cegat tama ketika denis ingin memasukan nasi ke mulutnya

" jangan di makan buat zaki " ucap tama lagi dengan menarik sendok di tanggan denis

"pelit banget gue ngak di bikinin "

"ini bukan dari gue tadi ada cewek titip ke filzah minta kasih ke zaki " denis melihat zaki yang masih asik dengan lembaran pasiennya

"dari siapa.? " tanya denis lagi

tama mengeleng " filzah ngak kenal "

"berarti itu bukan dari istrinya zaki, loe punya perempuan simpanan zak.? " zaki langsung menatap denis dengan meletakkan tanggan nya di depan dada 

"iya iya dokter zaki maaf ini kita makan aja ya " sahut denis dengan mengambil rantang itu

"bantuin makan tama " dengan melirik zaki tama menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya

"loe yang bikin masalah gue kena imbas nya "

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!