"Masih kosong.? " ucap zalwa lesu ketika membuka kulkas
dua minggu tinggal se atap dengan zaki membuat zalwa benar benar bosan zaki pergi pagi pulang selalu malam dan makanan selalu di pesan oleh zaki entah itu ketika zalwa masih di dalam kamar atau ketika zalwa izin ke pondok
Sedangkan isi kulkas hanya ada air putih di dalamnya
Zalwa mengambil dompet dan lekas keluar mencari supermarket terdekat untuk membeli kebutuhan dapur setidaknya bisa membuat perutnya kenyang itu sudah cukup
setelah selesai memilih bahan zalwa kesal sendri melihat antrian di kasir yang begitu panjang kerna tak ingin mati bosan zalwa meminta pelayan supermarket untuk mem photo diri nya
zalwa tersenyum sendiri ketika melihat hasil photohan pegawai supermarket itu
"Makasih mba " ucap zalwa dengan tersenyum
Selesai memasukan hp ke dalam tas zalwa lekas ke kasir yang hanya tinggal beberapa pengunjung
"Totalnya 354.600 ka " zalwa lekas mengeluarkan uangnya
"Ngak usah biar saya saja " suara seseorang dari belakang membuat zalwa menoleh
"Eh pak fajri, ngak usah mba ini uang saya saja " zalwa dengan cepat memberikan uang nya pada kasir perempuan itu dan lekas mengambil belanjaannya
" Zalwa tunggu " zalwa terpaksa menghentikan langkah ketika mendengar fajri memanggilnya
"Ada apa pak.? " tanya zalwa ketika fajri mendekat
"Bisa bicara sebentar.? " tanya fajri
"Maaf pak saya harus segera pulang orang rumah udah pada nungguin " tolak zalwa dengan halus karna biar bagaimana pun ia istri orang dan fajri suami orang tak sewajarnya bicara dengan lelaki lain apalagi tidak ada pasangan masing masing
"Saya antar ya lagian ini lumayan jauh dari pondok" zalwa dengan cepat mengeleng
"Maaf pak ngak perlu permisi" dengan cepat zalwa pergi dari hadapan fajri
.
.
.
"Dari mana ?"
"Astafirullah " ucap zalwa dengan kaget ketika membuka pintu apartemen
"Dari mana.? " tanya zaki lagi
"Supermarket" sahut zalwa dengan membawa belanjaannya ke dapur
"Kenapa ngak nungguin saya pulang " ucapan zaki membuat zalwa menghentikan aktivitas nya
"Mana tau dokter pulang jam sekarang kan biasanya malam " sahut zalwa lagi
Zaki menghembuskan nafas lalu duduk di kursi party " yaudah nanti uangnya saya ganti "
"oya kamu bisa masak.? " zalwa melihat zaki sekilas
"Saya serius zalwa"
dengan lesu zalwa mengangguk
"Bantuin saya masak ya karna sebentar lagi teman teman saya mau ke sini makan bareng sekalian mau liat kamu "
Zalwa menunjuk dirinya " saya, liat saya.? "
Pelipis zaki mengkerut " emang kenapa.? "
Zalwa menggeleng "ngak aneh aja pakek liat saya segala "
"pada saat ngunduh mantu ada temen yang ngak bisa hadir jadi mau liat sekalian makan malam bareng" ucap zaki yang beralih ke depan kulkas melihat isinya ada apa saja
"Sayur semua ngak ada beli daging.? " tanya zaki dengan mengeluarkan sayur telur tomat dari kulkas
"Ngak saya mana tau dokter suka daging lagian takut salah beli"
"Salah beli gimana maksudnya..? " tanya zaki dengan melihat zalwa
"Ya mana tau dokter suka daging sapi kambing atau..? " zalwa tak melanjutkan kata katanya membuat zaki penasaran
"Atau apa.? " tanya zaki dengan meletakan tangganya di depan dada
"Saya kebelit pipis tolong rapiin dok" zalwa malah pergi menuju ke kamarnya
.
.
.
.
.
.
selesai mandi zaki langsung terjun ke dapur memasak makanan zalwa yang awalnya ingin membantu kini hanya jadi penonton
"ngak niat bantu.? " sindir zaki
"kan dokter bisa masak mana tau masakan saya ngak enak" sangkal zalwa yang masih asik duduk di depan televisi
zaki ingin menjawab ucapan zalwa namun deringan ponsel membuatnya harus terhenti
"hallo, lansung aja lantai dua no 113 " zalwa yang mendengar pembicaraan zaki langsung ikut membantu zaki menata semua nya
"selesai tunggu di depan gih " sahut zalwa pada zaki yang meletakan hidangannya
zaki mengecek hpnya lalu melihat zalwa " ganti baju kotor semua "
zalwa melihat dirinya benar saja ada beberapa noda di bajunya zalwa langsung pergi ke kamar untuk berganti pakaian
" mana istri loe.? "
zaki hanya membuka lebar lebar pintu apartemen tampa minat menjawab ucapan denis
"kesini langsung nanyain istri " sahut tama dengan duduk walaupun tak di beri izin zaki
"ngak ada photonya juga " sahut denis
"udah mending nanyain hal lain aja kayak ngak ada omongan lain apa " bela filzah yang tak nyaman melihat mira selalu diam
tama melihat filzah lalu mengambil kue kacang yang ada di meja " kita makan yok dah laper ni " denis mengangguk
" bentar " sahut zaki dengan beranjak menuju kamar zalwa
tok tok tok
"sebentar " sahut suara dari dalam
"itu bukan kamar zaki " ucapan denis membuat tama filzah dan mira melihat nya
"karna kalo kamar zaki ia pasti langsung masuk secara kan sudah halal " ucapan denis mendapat angukan dari ketiga temannya
namun alangkah kaget mereka ketika melihat siapa yang keluar dari kamar itu
" lah zalwa " ucapan polos filzah membuat zalwa langsung melihat mereka
"jadi yang nikah sama dokter zaki itu zalwa"
tama menyenggol lengan filzah "kenal.? "
"ini yang menjadi penerjemah di rumah sakit" sahut denis santai
mira diam dengan terus melihat zalwa sedangkan zalwa hanya terdiam di tempat
"pantes di umpetin bening ternyata " sahut tama dengan menyengol denis
"ayo makan mereka udah laper " ajak zaki yang mendahului mereka
"zaki baru nikah kok ngak romantis sih " sahut tama yang ikut duduk di party
"masak iya mau gandengan nyebrang kali " timpal filzah dengan mengeleng
"ayo mari silakan" ajak zalwa
filzah melihat zalwa " oya gimana ceritanya kalian bisa nikah.? " ucapan filzah membuat zalwa tersedak makanan
"filzah makan dulu jangan ngoceh kasian tu keselek kan " sahut denis yang memang sudah mengetahui cerita pernikahan zaki namun ia tak menyangka jika wanita itu adalah zalwa
.
.
.
"zalwa mba kangen " zalwa dan annisa berpelukan di terminal kereta
"mba sih ngak pernah main ke sini lagi " sahut zalwa dengan mengambil tas annisa
"kamu tau sendiri kan mba banyak kerjaan semenjak umi meninggal mba yang mengurus semua nya "
"mba yang sabar ya semuanya pasti ada hikmahnya" sahut zalwa berjalan menuju parkiran
"oya kata pak kyai ning satu ini udah nikah ya kenapa ngak di rayain.? " zalwa tersenyum ketika annisa mencolek dagunya
"apasih mba, ngak nanti aja resepsi nya " sahut zalwa dengan senyum yang di paksakan
keduanya langsung pulang menuju pondok pesantren asshidiqiyah
"assalamu'alaikum" sahut zalwa ketika tiba di pondok ruangan khusus guru
"waalaikumsalam " suara sahutan serentak membuat zalwa langsung masuk
"alhamdulillah akhirnya adek abang pulang " alwi dengan semangatnya langsung memeluk zalwa dengan erat
nizam menepuk pundak alwi membuat alwi melepaskan pelukannya " gantian "
alwi hanya mendengus pelan melihat nizam yang mengelus kepala zalwa " mas ilham ngak kangen zalwa " tanya alwi
ilham beranjak mendekati zalwa mengelus kepalanya "sehat kan.? dia ngak berbuat aneh aneh.? "
zalwa tersenyum mendengar ucapan ilham " alhamdulillah mas dia baik kok "
"tapi kamu kurusan. " mendengar itu nizam dan alwi langsung menatap zalwa dari atas hingga ke kaki
"abang udah masak kita makan ya" zalwa tersenyum lalu mengangguk
"zalwa kangen masakan abang "
"yaudah sana makan dulu nanti kita ngobrol lagi ya " zalwa mengangguk mendengar ucapan ilham
nizam dan alwi langsung menarik zalwa menuju ke dalem untuk segera makan
"mas zalwa mana.? " tanya heni yang datang dengan nafas ngos ngosan
"hey kenapa ngos ngosan gini " ilham langsung memberikan air pada heni
"mau ketemu zalwa mas " ucap heni setelah memberikan cangkir pada ilham
"zalwa di dalem mau makan sama alwi sama lo lo yang jangan lari lari " ilham mengelengkan kepalanya melihat heni yang antusias untuk bertemu zalwa
maaf guys baru sempet update
semoga kalian sehat selalu ya
tolong komen kalo ada yang salah
trimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments