eps 7

Dari semalam zalwa berdiam diri dikamar berdzikir sholat terus menguatkan dirinya bahkan hingga siang ini belum perna ia menginjakan kakinya keluar kamar bukanya ingin egois tapi ia rasa dirinya sudah tak penting lagi tidak ada yang meminta pendapat nya, tidak ada yang bertanya apa itu benar atau tidak, semuanya mengambil keputusan secara sepihak tampa melibatkan dirinya

mangkanya ia mengurung diri memohon petunjuk dengan allah atas semua yang terjadi

Sedangkan di luar kamar ilham nizam dan alwi berjaga bagaikan satpam di depan kamar zalwa mereka menanti jika zalwa keluar dan menjelaskan semuanya tapi sepertinya mereka salah bahkan ini sudah jam 11.00 siang zalwa masih betah di kamar

"Ketok.? " tanya alwa pada ilham dan nizam

Ilham mengangguk berbeda dengan nizam yang diam " mungkin kita yang salah ngambil keputusan secara sepihak " sahut nizam

"Tapi zalwa ngak ngebanta juga" sahut ilham dengan melihat pintu kamar zalwa

Heni yang melihat ketiganya binggung langsung mendekat " kalian masih disini. ? "

"Bukanya abah nyuru kalian ke masjid" ilham menghela nafas lalu duduk di kursi

"Zalwa ngak ada mintak makan atau apa sama mba" heni mengeleng

"emang zalwa belum makan apapun.? " tanya heni lagi

Alwi mengeleng pelan nizam beranjak lekas ke dapur untuk membuat makanan

.

.

.

.

.

"Mas ngak seneng.? " tanya keenan ketika zaki hanya duduk diam melihat umi fatimah menyiapkan baju untuk zaki

Zaki melihat keenan "gantiin mas bisa.? "

"Astaghfirullah mas "keenan langsung melotot melihat zaki

zaki memegang tanggan keenan " annisa juga tinggal di pondok itu"

Keenan menghela nafas "annisa" sahutnya pelan

Keenan melihat zaki miris "apa dia tau sama mas.? jika ia keenan yang gantiin mas " sahut kenan dengan tegas

biarlah ia berkorban untuk mas zaki jika itu bisa membuat mas zaki nya kembali seperti dulu

Zaki mengeleng "jika tidak maka mas harus siap angap saja ini takdir yang telah di tetapkan allah untuk mas"

.

.

Zaki menghembus kan nafas tegang ketika ia menginjakan kaki di pesantren asshiddiqiyah

Sudah ada beberapa santri dan ketiga anak kyai abdul yang datang menyambut mereka pertemuan ini memang hanya di hadiri pihak keluarga saja

"Silahkan masuk kyai" ucap ilham dengan senyum ramahnya

Di dalam hanya ada pak kyai bu nyai dan heni sedangkan zalwa masih di kamar

"Assalamualaikum" sapa kyai hasyim

"Waalaikumsalam warohmatuloh wabarakatuh" jawab mereka serempak

"Silahkan duduk kyai" kyai abdul mempersilahkan mereka duduk

"Silahkan dinikmati" heni memberikan minuman pada keluarga kyai hasyim

Bu nyai melirik heni agar memanggil zalwa kehadapan mereka

Setelah zalwa hadir kyai hasyim sebagai kepala keluarga langsung menyampaikan itikat baiknya untuk melamar zalwa

" Seperti yang kita ketahui saya selalu menerima itikat baik itu namun alangkah baiknya jika kita menanyakan dulu kepada zalwa apakah menerima khibat dari nak zaki" ucap kyai abdul dengan melihat zalwa yang tengah menunduk

Nyai pipik memegang tanggan zalwa " apa keputusan adek? "

Zalwa melihat nyai pipik lalu menoleh ke zaki " maaf sebelumnya untuk dokter zaki dan keluarga apakah boleh saya mengajukan perjanjian ? " ucapan zalwa membuat semua orang kaget

"Zalwa"

"Silahkan" ucapan kyai abdul bertentangan dengan zaki yang mengizinkan zalwa

"Terimakasih, dokter maaf jika saya lancang " ucap zalwa dengan membuka kertas yang memang di tangganya

"pertaman saya tidak ingin tinggal di rumah kyai hasyim atau pun di sini sebelum kita saling menerima satu sama lain

Kedua saya tidak akan menjalankan kewajiban saya sebagai istri dalam urusan ranjang kecuali jika kita sudah menerima satu sama lainnya "

"Zalwa" ucapan zalwa di cega kyai abdul

"permintaan kamu terlalu berlebihan nak" sambung kyai abdul lagi

zalwa mengeleng " tidak abah zalwa dan dokter zaki tidak saling mengenal sebelum ini zalwa hanya tidak ingin melukai hati kalian jika pernikahan ini tidak berjalan semestinya dengan adanya perjanjian ini zalwa bisa mengenal dokter zaki "

"Tapi nak "

"Tidak apa apa kyai abdul saya mengerti maksud nak zalwa ayo silakan lanjutkan" sahut kyai hasyim

"Terimakasih kyai ketiga harta dokter zaki tetap miliknya begitu pun dengan saya kecuali jika kami memiliki anak dan ke empat harus jujur apapun itu dan saya paling menolak poligami menikah tampa se izin saya berarti jatuh talak tiga untuk saya "

Semuanya diam sedangkan zalwa kembali menunduk iya tau jika ini salah seharusnya ini tak ia lakukan tapi ia ingin membentengi hatinya ia tak ingin memberikan harapan palsu

"Heemm." suara zaki memecah keheningan yang ada

"Saya setuju" sahut zaki lagi

Kyai hasyim mengangguk lalu melirik istrinya untuk memberikan cincin sebagai tanda pertunangan keduanya

Pernikahan sepakat di laksanakan empat hari lagi

Setelah semuanya selesai keluarga zaki pamit pulang

"Kenapa abi setujuh dengan perjanjian itu.? " tanya nyai fatimah ketika mereka di jalan menuju pulang

Kyai hasyim memegang tanggan bu nyai "mereka berdua memiliki karakter yang sama ingin bebas tidak ingin di kekang abi hanya tidak ingin ketika menikah ia dan zaki jadi canggung ya walaupun sudah sewajarnya "

Nyai fatimah melihat ke depan " berat rasanya kalau zaki harus pergi dari pondok "

"Ngak papa biar mereka saling menyesuaikan diri" mendengar pembelaan kyai hasyim bu nyai fatimah diam ia tak ingin memperkeruh keadaan lagi

.

.

.

.

.

.

" Kenapa belum tidur.? " tanya heni ketika melihat zalwa duduk di teras depan rumah nya

Zalwa menoleh sebentar lalu kembali melihat pondok pesantren

"Kenapa abah mengambil keputusan secara sepihak bukannya abah tau jika gue ndak akan melakukan itu" sahut zalwa dengan menghembus nafas lelahnya

Heni mendekati zalwa lalu mengelus pundak nya " mungkin ini jawaban atas do'a loe ketika pak fajri melamar allah tidak memberi jawaban tapi allah malah memilih jalan lain "

Zalwa melihat heni " loe setuju sama pernikahan ini.? "

"Menurut gue lebih baik sama dokter zaki ya walaupun kita belum terlalu kenal setidaknya dia anak kyai hasyim abah juga sudah mengenalnya

"Hanya karna dia anak kyai.? anak kyai ngak menjamin hen " sahut zalwa lagi

Heni mengeleng pelan entah kenapa pemikiran adik iparnya ini " dengar pondasi rumah tidak hanya di banggun mengunakan batu dan semen tapi perlu besi baja serta atap begitu juga pernikahan dan loe tau wa mas ilham punya semua yang di butuhkan rumah begitu juga dokter zaki " heni menjelaskan dengan terus memegang tanggan zalwa

Dari sama sama mts heni mengenal zalwa hingga sampai sekarang ia tau jika zalwa akan mendengarkan nasehat nya karna ia tau zalwa kalau sudah percaya dengan satu orang ia akan selalu percaya dan bergantung dengan orang itu

Dan heni juga tau hanya heni satu satunya orang yang bisa meluluhkan hati zalwa bahkan farah yang merupakan sahabat mereka pun tak bisa melulu kan hati zalwa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!