denis langsung masuk ke ruangan zaki sembari bertanya " sudah dapat penerjemah nya ?" zaki menggeleng sembari memeriksa data pasien
"padahan dia hari lagi eh kenapa ngak aisyah aja bukanya dia dosen di kairo dengar dengar beliau ada di jakarta sekarang ini" sahut denis lagi tampa tau mimik muka zaki menegang
Mendengar nama aisyah ia ingat bahwa wanita itu belum memberi jawaban atas lamaran nya kemaren
entah apa yang membuat wanita itu menunda nunda terlalu lama jika terima ya langsung jika menolak ya langsung nolak
"Dok dokter zaki" zaki yang memijat pelipisnya menoleh ke denis
"Malah benggong setuju ngak.? " zaki membuka laci meja nya
"Tanya aja dia bisa ngak" zaki memberikan kartu nama aisyah pada denis membuat denis mengecilkan matanya
"kenapa ada yang aneh.? " dengan cepat denis menggeleng sembari mengambil kartu nama itu
"Yaudah gue telpon dulu" sahut denis dengan menekan tombol di hpnya
Zaki sedikit pun tak ingin mendengar pembicaraan denis ia sibuk dengan data pasien yang akan melaksanakan operasi nanti
"gimana udah ada penerjemahnya.? " tanya filzah yang datang tanpa permisi
zaki memberikan isyarat ke samping membuat filzah menoleh melihat denis yang sedang berbicara di telepon
"Siapa.? " tanya filzah dengan pelan sembari duduk di hadapan zaki
"Dosen kairo" filzah menggeleng sembari tersenyum
filzah lalu mengambil majalah yang terletak di meja sampinya
"Dia ngak bisa " ucap denis dengan mendekati keduanya
"Tapi ada mahasiswa nya kebetulan ngambil jurusan bahasa arab " sambung denis lagi
"mahasiswa " denis mengangguk
"sekarang udah lulus si tapi lumayan lama la di kairo dia juga banyak pengalamannya "
"Bener bisa.? " tanya filzah lagi
Denis mengangguk " dia bilang ini mahasiswa terbaik yang mereka miliki, nanti dia tanya dulu mau ngak dia "
"Kenapa ngak loe aja si dok yang jadi penerjemah nya.? " tanya filzah membuat zaki melihat nya
"Iya dokter zaki kan lulusan kairo juga" sahut denis
" Jurusan nya beda gue bukan jurusan bahasa arab " zaki membuka air mineral nya
Tok tok tok
" Masuk" sahut ketiganya
"Alhamdulillah akhirnya nemu juga filzah yang cantik manis manja gue cari cariin ngak taunya di sini tu di UGD ada pasien " ucap tama salah satu dokter umum di rumah sakit trisakti
"Loe kan ada jaga UGD kenapa harus gue" filzah kesal baru saja ia ingin istirahat sudah di ganggu saja
"Masalahnya tu pasien cewek maunya sama cewek juga cepet ah kasian ngak tahan gue denger suara cempreng nya " dengan berat hati filzah berdiri menghampiri tama
"Awas kalo ngak ada " ancam nya pada tama
"Sana sana " usir tama dengan halus
"Siapa sih pasien nya milih banget " tanya denis ketika tama ingin pergi
"Kayaknya anak pesantren eh bukan anak kyai soalnya temennya manggil ning gitu" sahut tama lagi lalu pergi
"Masih mau disini.? " tanya zaki dengan berdiri membereskan catatan nya
Denis mengeleng " kebetulan di bangsal anak ada pasien yang belum di jenguk " zaki mengangguk lalu keduanya pergi
keduanya berjalan menuju bangsal anak dan ruangan kemoterapi tapi ketika melewati UGD suara dari UGD membuat zaki dan denis menoleh
"pelan pelan mba dokter ihh sakit " rasa penasaran denis mangkin menjadi akhirnya ia beranikan diri mengintip di pintu
Namun sayang hanya wajah filzah dan wanita lain yang ia lihat
"ayo kunjungan kunjungan" panggil zaki membuat denis bergegas pergi
.
.
.
.
"assalamu'alaikum mba rere " sapa zalwa ketika memasuki restoran nizal restoran yang di kelola nizam dari ia pendidikan akhir hingga kini berkembang pesat
nama nizal di ambil dari nama nizam dan zalwa sangking sayang nya ia pada zalwa restoran pun ia beri namanya
"waalaikumsalam zalwa" sahut rere dengan riang
"mbak abang ada.?" rere melihat ke dalam lalu mengangguk kecil
"ada masuk aja gih" zalwa langsung menuju ke ruangan nizam
tok tok tok
mendengar sahutan dari dalam zalwa lekas masuk "assalamualaikum"
"waalaikumsalam dek ngapain ke sini" zalwa mendekati nizam
"bang temenin zalwa ke stasiun yuk mbak anis main ke sini "
nizam melihat zalwa " maaf abang ngak bisa abis ini abang ada janji sama klayen yang mau buking restoran abang" zalwa cemberut mendengar penuturan nizam
"kenapa ngak sama alwi atau mas ilham.? "
"mas ilham di pondok sama bang alwi" terang zalwa langsung
nizam melihat zalwa dengan tatapan menyesal " maaf banget abang ngak bisa "
dengan terpaksa zalwa harus mengalah ia memberanikan diri menjemput sepupunya sendiri ke stasiun kereta
" mba anis" zalwa melambaikan tanggan agar nisa bisa melihat nya
setelah selesai semuanya zalwa dan annisa bergegas pulang
.
.
"Luka kecil gini kamu hampir gigit tanggan susternya" heni mengeleng mendengar penuturan ilham
tadi siang zalwa menjemput annisa namun takdir berkata lain keduanya malah hampir nabrak pejalan kaki untung nya zalwa bisa membelokkan motornya kalau tidak mungkin keduanya sudah ada di kantor polisi
"Adekmu ini sakit gigi aja satu kampus tau apalagi luka berdarah gini" tutur heni pelan
"Ni bedua adeknya kena musibah bukannya di kasihani malah marah marah " bela alwi dengan mengipasi luka di kaki dan tanggan zalwa
"siapa suru naik sepedah motor lagian ini kan luka nya kecil alwi" sahut ilham dengan memegang luka zalwa
"ah abang mas ilham" nizam hanya mengeleng mendengar pertengkaran bersaudara itu
Dia pikir zalwa terluka parah itu mengapa setelah annisa menghubungi nya ia langsung bergegas ke rumah sakit bahkan nasinya pun ia tinggalkan
tak ingin terus melihat penuh drama nizam segera mendekati zalwa " udah baikan kan dek kita pulang ya " zalwa hanya mampu mengangguk mendengar penuturan nizam
"tapi kaki zalwa masih sakit bang" bela alwi ketika zalwa ingin turun dari brangkar
"gendong " sahut nizam dengan membalikkan badanya mensejajarkan dirinya dan zalwa agar bisa ia gendong
"disini ada kursi roda bang" sahut alwi
"mas ilham bayar " tanggan zalwa langsung ditarik nizam membuat badan zalwa langsung mendekati badan nizam
seolah tanpa beban dan malu nizam terus mengendong zalwa hingga parkiran
"nis tolong buka pintunya " dengan patuh annisa membuka pintu mobil
"kursi roda ada ngapain di gendong segala " ucap ilham yang melihat nizam memasukan zalwa ke dalam mobil
"itulah ke ajaibnya adekmu itu" sahut alwi langsung pergi ke parkiran
setibanya di rumah kyai dan bu nyai kaget melihat beberapa perban di kaki dan tanggan zalwa
"ini kenapa jadi begini.? " tanya nyai pipik dengan panik anak gadis satu satunya pulang dengan keadaan beberapa perban
"kecelakaan pas jemput annisa bu nyai" sahut annisa pelan sembari menyalimi nyai pipik
"innalillahi tapi adek ngak papa kan.? " zalwa menganggukan kepalanya
"yaudah buk suru adek istirahat dulu " ketiganya langsung keluar dari kamar zalwa
.
.
.
.
"Dok jadi gimana lamaran kemaren di trima.? " zaki hanya menoleh sekilas lalu kembali menyuapkan nasinya ke mulut
denis yang merasa di kacangin akhirnya kembali memberanikan diri
"Dok jawab" tanya denis lagi
"Belum "
"Kenapa bisa belum ? apa ada yang kurang dok ? saya rasa dokter sudah sempurna" zaki menoleh ke tama membuat tama meringis lalu menunduk pura pura tak mengerti tatapan zaki
Zaki melihat hpnya yang bergetar " saya sudah selesai kalian tolong bayarin " zaki beranjak pergi membuat denis dan tama melihat nya
"Gue salah nanya ya.? " tanya tama lagi
Denis mengangkat kedua pundak nye " gue rasa lamaran nya di tolak "
tama melihat denis "yakin loe.? kenapa loe mikir gitu "
denis mendekati tama lalu berbisik "ini udah satu minggu masa ngak ada kejelasan kasin dokter zaki di gantung" sahut denis membuat tama melihat nya
" Ada yang salah " tanya denis lagi tama buru buru mengeleng
.
.
.
.
.
"Aisyah sudah pulang" aisyah menoleh ketika mendengar suara diana
"Sudah bu" sahut nya dengan melepaskan alas kakinya
"Jadi gimana nak zaki tidak kecewa kan.? "
aisyah memegang tanggan ibunya "in syaa allah ngak bu "
diana mengangguk pelan "yasudah istirahat dulu sana ibu siapin makan nya jangan lupa sholat dulu ya " aisyah mengangguk lalu pergi ke kamarnya
Setibanya di kamar aisyah langsung duduk di kasur
flashback
"Jadi kamu menolak lamaran saya.? " aisyah mengangguk
"Maaf dokter zaki saya ngak bermaksud lancang" sahut aisyah dengan menunduk
Zaki menghembuskan nafas lelah " saya mengerti seharusnya saya yang minta maaf jujur sebelum melamar mu banyak pertimbangan yang harus saya pikirkan tapi karna desakan keenan dan abi mangkanya saya langsung setuju"
"Bukan maksud saya merendahkan mu tapi salah satu syarat hubungan menurut saya harus ada landasan tertentu seperti perkenalan " aisyah mengangguk
"Tapi apakah bisa kita berteman.? " tanya zaki membuat aisyah benggong
" Jangan berfikir monoton aisyah saya hanya manusia biasa yang juga butuh berteman jadi apakah mau berteman dengan saya.?" aisyah mengangguk dengan tersenyum
"oya tentang penerjemah itu mahasiswa saya bersediah "
"alhamdulillah kalo gitu kami ngak perlu capek lagi nyari yang lain oya kontak nya ada " tanya zaki
aisyah membuka hpnya lalu menyebutkan nomor salah satu mahasiswa yang ia maksud
"nanti kalian konfirmasi langsung aja sama dia biar lebih jelasnya kapan dan apa aja tugasnya dia " zaki menyimpan nomor tersebut
keduanya mengobrol membicarakan tentang al-azhar kebetulan zaki juga alumni al-azhar juga
.
.
.
.
"jadi aisyah menolak lamaran mas.? " zaki mengangguk membenarkan
"sayang banget abi padahal keenan pengen banget punya kakak ipar " kyai hasyim memberi buku tebal pada keenan
"sana ke pesantren" keenan paham arah pembicaraan kyai hasyim ia lekas pergi ke pesantren darunnajah dengan membawa buku yang di berikan abinya itu
" abi tau sebenarnya kamu juga menolak perjodohan ini " sahut kyai hasyim pelan
zaki menegakan badanya " apa ada wanita lain.? " tanya kyai hasyim lagi
zaki diam tidak mengeleng dan tidak juga menganggukan kepalanya
kyai hasyim menghembuskan nafasnya "apa kamu masih mengingat annisa.? " zaki menunduk
annisa adalah wanita yang sempurna bagi zaki selain taat beribadah wanita itu juga memiliki hati yang lembut tutur kata yang halus serta pandai dalam segala hal termasuk memasak
dulu ia sangat berharap annisa bisa menjadi istrinya namun harapan itu sirna ketika kelas sepuluh ma/madrasah aliyah annisa harus pindah dari pondoknya karna ikut kedua orang tuanya hingga saat ini ia tak pernah bertemu dengan annisa lagi
"abi ngak perna marah kamu sama siapa yang penting seiman sama kita abi hanya menjalankan tugas abi mengingat kan mu untuk segera menikah, abi ke pondok dulu assalamu'alaikum" setelah berucap kyai hasyim beranjak pergi
"waalaikumsalam warohmatuloh wabarakatuh"
.
.
.
.
zalwa mengistirahatkan badanya setelah hampir seharian ini ia menjadi penerjemah prof. dr. mushaf dari arab
"ning ini minum dulu" zalwa langsung mengambil air yang di berikan filzah
"terimakasih dok panggil zalwa saja "
"eh iya zalwa, saya ngak nyangka ternyata kamu jago dalam bahasa arab " zalwa tersenyum
"itu memang jurusan saya dok kebetulan dulu cita cita saya mau jadi guru bahasa arab"
"ohh gitu oya gimana lukanya udah sembuh.? "
zalwa menganggukan kepalanya dengan menyengir " alhamdulillah, saya nya aja yang lebay dok luka kecil gitu"
Filzah tersenyum " abis ini mau langsung pulang atau kemana dulu.? "
"ngak dok langsung pulang aja lagian ini udah sore "
lama berbincang akhirnya zalwa pamit pulang apalagi jarak antara hotel tempat pertemuan ini jauh dari rumahnya
"zalwa ikut kita sekalian kita antar mau.? " sahut filzah yang datang bersama tama dan satu dokter lainnya ketika zalwa sedang menghubungi ilham
"eh ngak usah dok ini abang saya mau jemput" tolak zalwa dengan halus padahal sedari tadi nomor telepon ilham tak sedikit pun dapat di hubungi
tak putus asa akhirnya zalwa menghubungi heni namun belum sempat tersebut hpnya keburu mati
"astaghfirullah kenapa lupa charger segala" keluhannya padahal hari sudah semangkin sore
berjalan ke depan jalan mungkin ada taksi atau apa lah yang bisa zalwa naiki agar sampai ke rumah
"belum pulang" sahut suara membuat zalwa kaget
"astagfirullah" zalwa menoleh kebelakang seorang lelaki yang ia tau sebagai salah satu dokter juga
"iya belum pulang dok" sahutnya dengan menunduk
zaki menoleh ke kanan dan kiri " sepertinya sudah tidak ada taksi saya antar pulang aja gimana ? "
zalwa diam "ada temen saya di mobil jadi kita tidak berduaan " sahut zaki yang mengerti dengan pikiran zalwa
ia pun tau walaupun ia bebas dalam bergaul tapi ia tak pernah sekali pun berduaan dengan lawan jenisnya
"jadi gimana ? di daerah sini juga ngak ada taksi" dengan berat hati zalwa menganggukan kepalanya lagian sampai kapan ia menunggu disini
selama dalam perjalanan zalwa hanya menjadi pendengar karna kedua dokter di depannya itu membicarakan hal yang kurang zalwa mengerti
mulai dari syaraf tulang belakang, otot lurik trakea dll zalwa saja tak sampai hati jika semua itu ada di hadapan nya
"jadi otot sebelah_" ucapan denis terpotong ketika hpnya berdering
"sebentar dok" denis mengangkat panggilan
"dimana.? " tanya denis yang bicara dengan hpnya
"...... "
"ahh iya iya ini sudah dekat iya tunggu ya " denis melihat ke kaca depan benar saja ada mobil yang terparkir di pinggir jalan
"dok berhenti " ucap denis pada zaki
zaki menuruti keinginan denis menepih kan mobilnya di jalan
"jadi gimana.? " tanya denis pada sangat pemilik mobil yang ternyata perempuan
entah apa yang di bicarakan denis dan perempuan itu hingga akhirnya ia kembali ke mobil zaki
"dok maaf mobil sepupu saya macet saya nemenin dia sini ngak papa kan kasian? " zaki menoleh ke belakang
"zalwa"
dengan berat hati zalwa mengangguk tak mungkin juga ia melarang dokter denis meninggalkan sepupu perempuan nya demi mengantarkan ia pulang
"maaf ya zalwa"
"ngak papa dok" sahut zalwa
zalwa dan zaki melanjutkan perjalanannya menuju kediaman zalwa
"alamatnya di mana.?" tanya zaki setelah sekian lama keduanya dalam keheningan
" di jalan panjang 6 c kedoya, kebon jeruk, jakarta barat. " sahut zalwa
zaki kaget mendengar alamat yang di sebutkan zalwa " pondok pesantren asshiddiqiyah .? "
zalwa mengangguk
zaki mengeleng sembari tersenyum pantas saja wanita di belakang nya itu sopan cerdas dan fasih berbahasa arab karna dari pesantren asshiddiqiyah
zaki tau jika di pondok pesantren (pontren) asshiddiqiyah memiliki tiga dermaga sebagai tujuan yang harus dilaksanakan dan dicapai.
pertama, seluruh santri harus berakhlakul karimah.
Kedua, menerapkan bahasa internasional (bahasa arab dan inggris).
ketiga, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan iman dan takwa (imtak).
untuk itu, pengumuman yang berkaitan dengan santri pakai bahasa arab dan inggris.
Sehari-harinya pun santri harus berbahasa asing. Siapa pun yang ketahuan tidak menggunakan bahasa asing akan kena sanksi
bahkan yang zaki dengar jika lulusan asshiddiqiyah di al-azhar mesir di kenal dengan julukan ibnu daud.
catatan sejarah ( mahasiswa al-azhar yang berasal dari pondok pesantren asshiddiqiyah memang dikenal ibnu daud, yang artinya sering melaksanakan puasa seperti babi daud, sehari puasa sehari tidak.
Begitu seterusnya, kecuali puasa ramadhan yang dilakukan berturut-turut selama sebulan, dan hari yang dilarang berpuasa seperti hari tasyrik dan dua hari raya (idul fitri dan idul adha)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Fardila Riska
nabi daud
2022-11-17
0