eps 3

Para mahasiswa al-azhar berhamburan melemparkan topi wisuda nya sebagai wujud bahagia karna telah selesai melaksanakan study nya

Begitu juga dengan zalwa, heni dan farah ketiga mahasiswa asal undonesia itu saling berpelukan satu sama lainnya

"Zalwa gila ya gue ngak nyangka bisa lulus dari universitas ini tau sendiri kan gue kayak gimana bodohnya " sahut farah dengan antusias

"Alhamdulillah berarti loe masih memiliki otak " sahut zalwa membuat farah dan heni tertawa

"eh wa hen kalian kalo udah balik jangan lupain gue ya " sahut farah dengan mengusap ekor matanya

Zalwa tersenyum " ngak akan loe juga jangan lupain kita in sya allah kalo ada kesempatan kita bertemu lagi"

" kalian ini di pikir bandung jakarta jauh ya kita kan masih bisa ketemu" sindiran heni membuat keduanya tertawa

farah melambaikan tanggan pada beberapa teman jurusan nya " eh gue ke sana dulu ya "

mata zalwa menangkap segerombolan orang yang mereka tunggu tunggu " hen mau bulan madu di mana ? " tanya zalwa membuat heni binggung

Zalwa menunjuk ke belakang heni dengan memainkan matanya

ketika berbalik heni langsung tersenyum melihat ilham dan beberapa keluarga yang lainnya datang

"Selamat anak umma " nyai pipik langsung memeluk zalwa begitu juga dengan diana uminya heni yang juga memeluk heni

Setelah memeluk umma pipik zalwa beralih ke abdul dan ilham sedang kan heni memeluk darman ayahnya

"Hen izin peluk ya ? " goda zalwa ketika ia sedang memeluk ilham

Sontak saja suara tawa langsung terdengar membuat heni yang malu langsung menunduk

.

.

setelah acara wisuda besoknya mereka langsung memutuskan untuk pulang ke indonesia karna ada banyak pekerjaan yang menanti mereka

"Jadi gimana keputusan loe ?" tanya heni ketika keduanya tengah membereskan barang barang yang akan mereka bawah pulang ke indonesia

Zalwa menoleh sembari menghembuskan nafas " gue belom ngasi tau umma hen"

Heni mendekati zalwa " apa loe masih ragu ?"

Zalwa menunduk "ada banyak pertimbangan yang harus gue pikirin hen keluarga semua nya"

"Sudah minta petunjuk sama allah ? " tanya heni

Zalwa mengangguk " tapi gue belom dapet jawaban yang ada hanya gue yang berdiri di antara pak fajri dan impian gue selalu terus seperti itu"

Heni mengusap pundak zalwa " mungkin loe harus cerita ke umma sama abah minta saran dulu dari mereka " zalwa mengangguk

"Yaudah sekarang lanjut beres beres lagi kasian keluarga kita nunggu " sahut heni dengan tersenyum

Dari bandara kairo cairo internasional airport (CAI) pesawat yang membawa rombongan zalwa dan keluarga kini tiba di bandara soekarno hatta setelah melewati waktu kurang lebih 17 jam membuat badan zalwa dan heni bagaikan sayur lode

tepat jam 15.30 sore zalwa dan kedua orang tuanya tiba di kediaman nya di jakarta barat pondok pesantren asshiddiqiyah

"Ning " sapa beberapa santri menyambut zalwa yang datang

Zalwa tersenyum lalu memeluk beberapa santri yang dekat denganya hingga membuat kerumbunan

"Ehhhmmm" suara deheman seseorang membuat zalwa menoleh dan kerumbunan itu langsung menjauh

"Abang iz bang al" sapa zalwa dengan langsung memeluk keduanya

Nizam abdullah anak ke dua abdul aziz setelah ilham sedang kan alwi abdullah anak ketiga

Ilham lebih senang di panggil mas karna menurut nya lebih berwibawa sedangkan abang adalah pilihan nizam dan alwi karna menurut keduanya tak ingin dewasa itula alasan kenapa panggilan ilham berbeda dari yang lain

Ketiga kakak zalwa memiliki karakter tersendiri ilham yang tegas nizam yang dingin sedang kan alwi sedikit gila tapi berkat kegilaan alwi la zalwa bisa berkuliah di kairo menurut alwi pendidikan perempuan harus lebih baik karna perempuan madrasah anaknya nanti

"Gimana enak.? " zalwa menganguk dengan mulut penuh makanan

Bagaimana tidak di hadapannya sudah tersedian berbagai lauk khas indonesia masakan nizam khusus untuk zalwa

"Abang ngak makan.? " tanya zalwa pada nizam

Nizam mengeleng " kenyang tadi makan di restoran " sahutnya

"Abah udah, ini masi banyak lo bah" tanya zalwa yang melihat abdul menyingkirkan piringnya

"Sudah ngak muat lagi perut abah"

"Yaudah biar abang aja yang ngabisin" alwi langsung menambah nasi serta berbagai lauk ke piringnya

"Buat yang baru datang" sendok yang ingin meluncur ke mulut alwi tertahan mendengar ucapan nizam

"Abang lupa al kan baru datang dari kantor " sahut nya dengan kembali menikmati makanannya

"Kalo sudah abah tunggu di ruang keluarga ya" ketiganya kompak mengangguk mendengar ucapan abdul

"Umma apa ada yang penting ? " tanya zalwa dengan sedikit berbisik

nyai pipik mengangguk " sangat penting selesaikan makanan kalian ya " sahutnya lagi lalu ikut pergi

"mas ilham ngak ke sini dulu ? " tanya alwi disela makannya

"Alwi jangan bicara " sahut nizam yang masih berada di dekat zalwa

"kan cuma nanya bang"

alwi kesal setiap ada nizam ia dan zalwa tidak bisa bebas melakukan apa-apa bahkan bicara saat makan pun dilarang

.

.

.

.

.

.

Zaki yang baru pulang dari rumah sakit langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar beberapa sorakan dari lapangan pesantren

"Mereka kenapa.? " tanya zaki ketika melihat beberapa santri dan santriwati berjajar membuat jalan panjang

Keenan menoleh " mereka kedapatan saling kirim surat"

" Apa sudah ke tahap pacaran.? " keenan mengeleng

"Belum tapi mengarah ke sana " keenan langsung memberikan hampir sepuluh surat pada zaki

"Ada berapa orang.? " tanya zaki ketika melihat dua gerobak cinta yang di siapkan untuk hukuman

"Ada tiga pasang satu pasang lagi di hukum sama akbar dan mimi"

Zaki mengangguk " kalo sudah suru temui saya di ruangan " zaki langsung melangkah pergi menuju ruangannya di pesantren

setibanya di ruangan zaki langsung di hadapkan dengan photo yang terletak di atas mejanya photo seorang wanita yang ia tau wanita itu sebagai dosen di kairo

"aisyah" ia membaca nama yang tertera di photo itu

ia kagum dengan wanita itu yang meraih mimpinya hingga ke kairo apalagi dari keluarga yang sederhana dan orang biasa tapi wanita itu mampu menempuh pendidikan hingga menjadi dosen di sana

namun sebenarnya ia masih mengharapkan nama lain yang akan ia ucapkan saat akad nama yang selalu ia ingat tapi tak pernah ia sebut dalam sepertiga malamnya karna ia takut takut jika wanita itu sudah melupakan nya takut jika wanita itu tak pernah tau keberadaan nya takut harapan nya tak akan menjadi kenyataan

"abah yang narok " suara keenan membuat zaki menoleh

"abah harap mas cepat ambil keputusan" keenan langsung duduk di samping meja zaki

"apa wanita itu sudah tau ? " keenan mengeleng

"kata abah nanya mas dulu kalo oke kita langsung ke sana " zaki menghembuskan nafasnya

"saya nurut apa kata abah saja " zaki menundukkan kepalanya karna tak ingin membuat abahnya semangkin kecewa ia tau pasti ini yang terbaik untuknya

keenan menegakan badanya "alhamdulillah saya kasih tau abah dulu , oya di luar ada santri yang tadi saya suru masuk" keenan langsung pergi keluar tak lupa memanggil para santri itu

.

.

"jadi kamu benar sudah setujuh ? " tanya hasyim pada zaki yang tengah menonton ceramah ustaz da'as alatif

zaki menoleh sebentar lalu kembali melihat tv " zaki pikir abah ada benarnya sudah saatnya zaki menikah "

"sudah saatnya abah menimang cucu ngak kasian sama abah" candaan kyai hasyim membuat zaki tersenyum

"assalamualaikum pak kyai, gus" panggil salah satu santri membuat zaki dan hasyim menoleh

"waalaikumsalam warohmatuloh kenapa akbar ? "

"di luar ada wali santri yang di panggil kemaren gus " hasyim melihat zaki yang beranjak

"ajak ke pesantren saya segera ke sana " santri itu mengangguk lalu pamit pergi

.

.

.

.

flashback

"assalamualaikum pak fajri " fajri menoleh lalu tersenyum

"waalaikumsalam, duduk zalwa " zalwa duduk di bangku kosong yang terletak di samping kursi fajri

"saya ingin kembali ke jakarta besok" zalwa langsung menoleh ke fajri sedangkan fajri masih melihat sekitar

"kenapa pak fajri ngasi tau saya ? " tanya zalwa bingung

"kenapa ? karna saya sudah lama tertarik dengan kamu dari awal kamu masuk al-azhar sampai kemarin" sahut fajri dengan menghembuskan nafasnya

"tapi hari ini saya rasa sudah waktunya untuk mengatakan semuanya zalwa " ucapan fajri dengan melirik zalwa

zalwa menundukkan pandanganya ia tau apa maksud dari ucapan fajri tapi ia binggung kenapa harus dia yang tidak sepadan dengan fajri dosen al-azhar sekali gus seorang hafiz al-quran yang sudah di kenal banyak orang

"jika kamu bersediah saya ingin kamu menjadi makmum saya " zalwa langsung menoleh ke fajri

"jangan kaget begitu saya tidak minta kamu menjawab sekarang" sahut fajri dengan senyum

fajri mengambil kertas yang ia letakan di sakunya " ini nomor hp saya hubungi saya kalo kamu sudah ada keputusan tapi jangan lama nanti saya keburu tua " zalwa melihat kertas yang di berikan fajri

"kenapa harus saya pak ? bukankah masih banyak perempuan yang jauh lebih baik akhlaknya, kepribadian, serta berpendidikan dari saya apa alasannya pak fajri memilih saya ? " fajri tersenyum mendengar penuturan zalwa

fajri mengangguk "memang banyak tapi saya memilih kamu" sahut fajri dengan kembali memberikan kertas

dengan perasaan ragu zalwa menerima kertas tersebut

"minggu depan kamu wisuda ? " zalwa mengangguk pelan

"itu artinya saya masih di jakarta maaf saya tidak bisa hadir "

"iya ngak papa "

"yasudah silakan kembali nanti teman kamu nyariin lagi" zalwa mengangguk langsung berdiri

"assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam" sahut fajri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!