"sombong amat jadi orang," cibir Audy.
Nadia Mengibaskan rambutnya. "Biarin, memang gue cantik
Reno yang melihat perdebatan anaknya tersenyum lebar. "Papa mau ke kamar dulu, kalian baik-baik ya."
Nadia memandang jerawat kakaknya yang semakin lama semakin banyak.
"Kenapa lo?" tanya Audy ketus.
"Kak mendingan pakai skincare gue deh, itu lihat jerawat sudah kemana-mana!"
Audy berdiri mendengkus kesal, lalu dia pergi menuju kamarnya.
"Yeee ... dibilangin malah sewot."
Pagi harinya Reihan yang hendak menjemput Audy tidak sengaja melihat Reno selesai berolah raga.
"Om, kapan pulang." Reihan turun dari motor vespanya, lalu mencium punggung tangan Reno.
"Tadi malam, mau jemput Audy ya?"
"Iya, Om."
"Masuk saja dulu."
Reihan tersenyum tidak enak hati. "Disini saja, Om. sebentar lagi juga Audy keluar."
Reno mengangguk. "Kalau begitu Om masuk ke dalam ya."
Reihan mengangguk.
Tak berselang lama Audy datang dengan switer merah, bando merah melingkar di kepalanya, dan rok panjang tiga perempat.
"Ngomong sama siapa?" tanya Audy sambil memperbaiki bandonya.
"Sama Om Reno."
Audy mengangguk, lalu duduk di belakang Reihan dengan posisi miring.
"Cepetan, Reihan. Lo lupa apa, pagi ini ada jamnya pak Bambang."
"Iya gue tau, lo gak lihat jalanan macet kayak gini."
"Biasanya lo lewat jalur alternatif deh. kenapa tumbenan lewat jalan utama," ucap Audy.
"Ada pohon tumbang, kemarin 'kan anginnya kencang banget." Reihan berseru berusaha mengalahkan suara kendaraan.
"Tumbang? Perasaan kemarin gak ada angin kencang deh," ucap Audy.
"Makanya sekali-kali nonton berita, jangan di kamar mulu," cibir Reihan.
Audy kesal sedikit mendorong punggung Reihan. "Ngarang aja lo."
Sesampainya di kampus Reihan dan Audy bergegas masuk ke ruang kelas. Mereka berdua sudah terlambat, mudah-mudahan saja pak Bambang belum mengajar di kelas. Biasanya pak Bambang terlambat lima sampai sepuluh menit.
Perkiraan Audy ternyata salah, pak Bambang sudah ada di kelas. Pak Bambang menatap tajam Audy dan Reihan dengan jalan sedikit membungkuk.
"Ini jam berapa?" tanya pak Bambang sambil menunjuk jam yang ada di tangan kirinya
Reihan dan Audy terdiam menelan ludahnya.
"Jawab!" bentak pak Bambang.
Audy dan Reihan terperanjat.
"Jam delapan, Pak!" seru Reihan.
"Kelas saya di mulai pukul berapa?" tanya pak Bambang.
"Set-setengah delapan, Pak?" Audy berbicara gugup.
"Terus kenapa kalian terlambat?"
"Macet, Pak." Kali ini Reihan yang menjawab.
pak Bambang menatap tajam mendekatkan wajahnya ke wajah Reihan. "Kalau tidak mau macet, tinggal di hutan Sana!!!"
Reihan terperanjat dengan teriakan pak Bambang hingga dia mundur beberapa langkah. Suasana kelas begitu hening, para mahasiswa terlihat menunduk tidak berani menatap.
"Kalian berdiri di lapangan sambil bersikap hormat menghadap bendera sampai kelas saya selesai," ucap pak Bambang.
Tanpa protes, Audy dan Reihan pun menjalankan hukumannya.
"Masak cuman terlambat dihukum di lapangan, kayak anak SMA aja," protes Audy.
"Sudah di hukum baru protes," balas Reihan.
Nadia yang melihat Audy dan Reihan berdiri menghadap bendera merasa gatal ingin meledek mereka berdua.
"Kalian kenapa?" seru Nadia.
"Ini lagi bocah, datang-datang sudah buat kesal," ucap Audy kepada Reihan .
"Sudah ... cuekin aja."
Nadia terkekeh melihat Audy dan Reihan. Tidak sengaja Nadia menabrak seorang pria hingga buku yang ada di tangannya terjatuh ke lantai.
"Sorry." Pria itu membantu Nadia merapikan buku yang tercecer di lantai.
"Aldo!" seru Nadia.
"Gue tadi mau nyamperin lo," ucap Aldo.
"Ada apa?" tanya Nadia.
"Mau bahas konten lo bareng gue nanti malam."
"Ya sudah ayo! Sambil jalan saja." Aldo dan Nadia berjalan beriringan.
Audy melihat sinis mereka. "Yang satu buaya yang satu cewek ganjen."
"Hussh ... itu adik lo sendiri," ucap Aldo nasehati Audy
Audy megerutu tidak jelas.
Selesai hukuman, Audy dan Reihan menuju kampus. Tenggorokan mereka sudah kering karena selama dua jam tersengat sinar matahari. Mereka minum milkshake cokelat dingin. Disana juga ada Nadia dan Aldo yang tampak bercengkrama dengan akrabnya. Sesekali Aldo curi kesempatan memegang tangan Nadia.
"Dia lagi, dia lagi, setiap ada gue pasti ada dia," gerutu Audy sambil meminum milkshake.
"Siapa?" tanya Reihan.
Audy mengendikan kepalanya ke arah Nadia dan Aldo.
Reihan menoleh. "Lo benci banget kalau ketemu sama adik lo."
Audy menatap kesal Reihan. "Gue bukan benci."
"Terus apa dong?"
"Udahlah jangan ngomongin dia ... males gue."
Reihan menaikan bahunya.
...***...
Malam tiba, Audy sedang bersantai di ruang tamu sambil memakan kripik kentang kesukaannya. Sedangkan Nadia sudah berdandan cantik menunggu kedatangan Aldo.
"Mau kemana lo, menor amat?" tanya Audy.
"Nungguin Aldo," Jawab Nadia singkat.
Audy cuek, rebahan di sofa tamu.
Tak berselang lama Aldo datang, dengan kemeja lengan pendek dan celana jeans. Nadia menyambut Aldo dengan ramah. Sedangkan Audy yang melihat Aldo memencongkan bibirnya ke atas.
"Sudah siap, Do?" tanya Nadia.
"Siap." Aldo mengangguk.
Nadia mulai menyalakan camera duduk berdampingan dengan Aldo dan mempersiapkan skincare khusus untuk cowok.
"Hay gays ... ketemu lagi bareng aku Nadia Fiorentina ...! Hari ini aku mau memperlihatkan tutorial skincare terbaru untuk cowok yang bakal buat para cowok semakin maksimal gantengnya. Kali ini aku di temani sama temenku ku gaes ...!" Nadia menyapa penggemarnya
"Hay ... aku Aldo!"
Audy yang melihat dari ruang tamu merasa risih. Dia berniat jail kepada adiknya itu. Audy lewat di bekakang mereka berdua yang sedang membuat konten pura-pura mengambil minum yang ada di kulkas.
Sontak Nadia berbalik dan mematikan cameranya.
"Kak Audy apaan sih! Orang lagi buat konten main Lewat aja!" pekik Nadia.
"Mana gue tau, orang haus mau ngambil minum."
"Tapi lihat-lihat dong, Kak. Gue 'kan lagi live. Kalau kayak gini 'kan gue harus ngulang lagi."
"Bodoh amat." Audy langsung berlari menuju kamarnya.
Nadia terlihat kesal meghentakkan kakinya bergantian ke lantai.
"Sudah gak pa-pa kita buat lagi saja," bujuk Aldo.
Nadia masih kesal memanyunkan bibirnya, terpaksa membuat ulang.
"Kita gak usah live deh! Mood gue sudah ilang," ucap Nadia.
Audy dari atas tangga diam-diam mengintip, tertawa kecil melihat adiknya kesal karena ulahnya.
Reno dan Ayu yang mendengar keramaian keluar dari kamar.
"Aldo ..." sapa Reno.
Aldo tersenyum mencium punggung tangan Reno.
"Bagaimana kabar papa kamu?" tanya Reno.
"Baik, Om."
"Om Reno ini seneng kalau lihat kamu, soalnya mengingatkannya sama papa kamu," ucap Ayu melirik kepada suaminya.
Reno tertawa. "Dulu Om dan papa kamu waktu kuliah pernah bersaing memperebutkan cewek paling cantik di kampus."
"Terus yang dapat siapa, Om?" tanya Aldo.
"Tidak ada yang dapat, karena cewek itu sudah dijodohkan." Reno kembali tertawa.
Ayu mencubit kecil pinggang Reno hingga terperanjat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
auliasiamatir
wkwkwkwkk bisa aja pak Reno nostalgia nya bikin bini kesel aja.
2022-08-30
1
Senajudifa
dihutan y ngga macet lewatnya diatas pohon semua😁😁kuberi like dan kumasukan kefavoritku ya aris..
2022-06-12
0
Kasmuri kasmuri
audy rese🤣😂
2022-06-06
1