Ketika sang ayah kembali dari melaut, Mala mulai was-was dengan kelanjutan hubungannya dengan Gama. Pastilah sang ibu sudah menceritakan semua pada sang ayah.
Ayahnya Mala meminta Gama untuk berbicara berdua. Gama berusaha untuk tenang mengahadapi ayahnya Mala.
" Nak Gama pasti nak Gama sudah tahu apa yang ingin paman bicarakan bukan?" tanya ayahnya Mala.
" Iya paman, Gama tahu."
" Saya tidak akan menyalahkan nak Gama karena mencintai putriku. Tapi Mala adalah satu-satunya anak paman, tentu paman berharap yang terbaik untuk anak paman."
" Iya paman."
" Kamu sendiri juga sudah tahu bahwa Mala sudah paman jodohkan dengan Bara. Bisa-bisanya kamu pacaran dengan Mala secara diam-diam," kata ayah Mala kecewa pada Gama.
" Paman, saya tahu saya salah. Tapi Aku dan Mala saling mencintai," Gama berusaha menjelaskan tentang cintanya dengan Mala pada ayah Mala.
" Mala adalah anak kami satu-satunya. Kami hanya ingin anak kami bahagia dengan laki-laki yang benar-benar bisa diandalkan dan mencintainya dengan sungguh-sungguh."
" Paman, meskipun aku tidak memiliki harta apapun, aku berjanji pada paman aku akan bekerja keras untuk masa depan kami."
" Gama, paman ingin orang yang serius pada Mala. Apakah kamu sanggup menikah dengan Mala dalam waktu dekat?"
Gama terdiam sesaat, lalu dengan tegas menjawabnya.
" Tentu saja saya bersedia paman."
Ayah Mala kaget dengan jawaban Gama. Padahal dia berharap Gama akan menolak dan memberi berbagai alasan agar tidak segera menikah. Senjata makan tuan bagi ayah Mala.
" Paman, saya siap kapan saja untuk menikahi Mala."
" Gama, baiklah jika kamu siap. Paman harap kamu tidak menyesal dengan keputusan kamu saat ini. Tunggu sampai paman membatalkan perjodohan Mala dan Bara, baru kalian akan menikah."
" Baik paman," jawab Gama senang.
Akhirnya kisah percintaan Gama dan Mala sudah mendapat restu dari kedua orang tua Mala. Mala dan Gama sangat bahagia apalagi mereka akan segera menikah.
Orang tua Mala akhirnya membatalkan perjodohan Mala dan Bara. Awalnya memang keluarga Bara menolak pembatalan sepihak ini, namun akhirnya mereka menerimanya setelah Bara menjelaskan bahwa selama ini mereka hanya seperti kakak dan adik saja. Bara berbohong untuk Mala. Bara hanya ingin melihat Mala bahagia walau bukan dengannya.
Hari pernikahan sudah ditentukan. Gama membuat identitas baru secara legal untuk bisa menikah secara resmi dengan Mala. Walaupun prosedurnya agak rumit namun semua sesuai harapan.
Pernikahan Mala dan Gama cukup sederhana dan hanya dihadiri saudara dan tetangga dekat saja. Bara juga turut hadir untuk melihat terakhir kalinya gadis yang dia cintai akan menjadi milik orang lain.
Dia menemui Gama untuk meyakinkan hatinya bahwa hidup Mala kedepannya akan baik-baik saja. Gama dan Bara duduk berhadapan.
" Gama, kamu yakin bisa membahagiakan Mala?" tanya Bara.
" Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa kamu masih belum merelakan Mala?" Gama balik bertanya.
" Aku hanya ingin memastikan bahwa Mala akan bahagia setelah menikah denganmu."
" Kamu tidak perlu khawatir. Aku janji padamu akan membuat Mala bahagia selamanya."
" Aku pegang janjimu. Jika suatu saat kamu membuatnya terluka dan menangis, aku tidak akan pernah membiarkan Mala ada di sampingmu. Ingat kata-kataku ini."
" Baik, kamu bisa pegang janjiku. Jika aku membuat Mala terluka dan menangis, maka aku tidak pantas ada di sampingnya," janji Gama pada Bara.
Bara melangkah pergi dengan lesu meninggalkan Gama yang terus memandangi langkah Bara yang mulai gontai.
Acara pernikahan berlangsung dengan khidmat dan seluruh prosesi berjalan lancar. Gama dan Mala kini sudah resmi menjadi suami istri.
Setelah malam menjelang, acara pesta pernikahan diadakan dengan cukup sederhana. Gama menemani ayah mertuanya dan beberapa saudara makan bersama. Sementara karena sangat kelelahan, Mala bergegas masuk ke kamar. Dia mandi dan ganti pakaian. Niatnya mau menunggu Gama namun akhirnya dia ketiduran.
Setelah agak malam, semua orang sudah pulang usai pesta. Gama berjalan menuju kamar pengantinnya. Sayangnya istrinya sudah tertidur dengan lelap. Gama juga tidak ingin membangunkan Mala yang tampak lelap.
Gama mandi dan memakai pakaian yang sudah disediakan.
Gama berbaring di samping tubuh istrinya. Dia memandangi wajah istrinya yang masih terlihat polos. Apakah semalaman dia hanya akan memandangi wajah istrinya?
Gama tersenyum sendiri menyadari bahwa pikirannya sudah mulai mesum sendiri. Dia menghela nafas dan berniat tidur juga. Mala secara tak sengaja terbangun dari tidurnya.
Mala memandang wajah lelaki disampingnya yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.
Mala tersenyum sambil meminta maaf.
" Maaf, aku tadi ketiduran?"
" Tidak apa -apa. Akulah yang salah karena telah membuatmu menunggu lama. Lain kali aku tidak akan membuatmu menungguku,"kata Gama pada Mala.
Gama bergegas duduk untuk memulai malam pertamanya. Mala juga ikutan bangun dan pamit pada Gama untuk pergi ke kamar mandi terlebih dulu.
" Aku ke kamar mandi dulu ya..." kata Mala agak gugup.
Gama tersenyum malu. Sebenarnya Gama juga sangat gugup. Bagaimana dia harus memulai malam pertama ini. Dia mengikuti saja kata hatinya. Apa yang ingin dia lakukan, pasti itu yang akan dia lakukan. Toh Mala pasti akan ngikut saja apa yang akan dia lakukan.
Mala keluar dari kamar mandi dan duduk di atas ranjang. Gama memegang dagu Mala yang tertunduk malu. Terlihat wajah manisnya dengan bibir yang merah. Gama mencium bibir Mala yang tiba-tiba memejamkan matanya seolah memberi isyarat padanya untuk melakukannya.
Tangannya bergerak cepat merebahkan tubuh Mala setelah ciumannya mendapat balasan darinya. Secepat itu juga gairah mereka memuncak dan melepaskan pakaian mereka hingga tidak ada sehelai benangpun di tubuh mereka.
Tangan Gama merayap bebas di bagian tubuh Mala yang semakin membuat Mala bergairah. Tak hanya tangannya, bibirnya juga ikut travelling keberbagai tempat di tubuh Mala yang sensitif. Malam ini Mala dan Gama terlena dalam malam penuh kenikmatan dunia. Dan setelah kelelahan mereka tertidur.
Tak hanya sekali, mereka melakukannya kembali saat menjelang pagi ketika mereka terbangun. Tentu, mereka merasa bebas melakukan apa saja dan berapa kali pun dilakukan tidak ada yang akan melarang karena mereka sudah muhrim.
Pagi ini, mereka membiarkan diri mereka bermalas-malasan. Gama mencium kening Mala yang tersenyum manis padanya. Rasanya Gama tidak ingin malam ini berganti pagi agar dia bisa terus memeluk istrinya.
Kini setiap senja datang, Mala dan Gama berdiri di tepi pantai melihat matahari tenggelam. Mereka menikmati senja yang indah sebagai pasangan suami istri. Pelukan hangat Gama sehangat matahari senja.
Gama menikmati hari-hari sebagai suami Mala. Ingatan masa lalu yang sudah diingatnya, sejak beberapa hari ini, membuatnya dilema. Berterus terang pada istrinya atau tetap hidup sebagai Gama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments