Mau bermain? 21+

Agnes menatap punggung Keyno yang perlahan menjauh dan menghilang ketika Ia memasuki mobilnya.

Agnes terdiam. Memang sebagai istri harusnya Agnes menurut saja pada Keyno, tapi bukan Agnes namanya jika seperti itu.

Membuat Keyno kesal dan marah adalah jalan lain yang Agnes tempuh agar Keyno membencinya, dan berujung Agnes berhenti bernafas-- terdengar tak masuk akal-- tapi ini lah masalahnya.

Nyatanya pria muda berambut hitam klimis itu tak pernah berpaling darinya terlepas baik dan buruk sikap Agnes. Lalu apa? Agnes hanya mencoba, mencoba melawan segala yang sudah di gariskan padanya. Demi sebuah keyakinan, bahwa ia ingin meninggalkan dunia ini sama seperti Keyno suatu saat nanti.

Bagi Agnes, jika Ia bisa mati itu adalah takdir sempurna yang menyatukan mereka. Cinta mereka. Sementara Keyno berpendapat sebaliknya. Jika Agnes mati itu sama artinya dia sendirian.

Agnes menghela nafasnya lalu meraih ponselnya. Dan Keyno, Pria muda itu masih disana. Ia duduk di dalam mobilnya mengawasi Agnes yang terlihat sedang menelpon seseorang, Matanya terus tertuju pada wanita yang baru saja membuatnya marah, dibalik dinding kaca tembus pandang toko bunga itu semua nampak jelas bahwa Agnes berbicara dengan raut wajah kecewa.

Agnes meminta Mario datang menjemputnya, bukan tanpa alasan, melainkan ia tahu Keyno sedang marah padanya. Sayangnya, Mario tak bisa menemaninya. Baiklah Agnes berangkat seorang diri saja. Biarkan Keyno dengan egonya disana. Agnes takkan meminta maaf lebih dulu, lelaki itu akan semakin bertanduk jika Agnes begitu lemah terhadap dirinya.

Keyno menerima telepon dari seseorang, dari tadi ponselnya terus berbunyi. Dan kali ini baru ia tergerak untuk mengangkatnya, Managernya menanyakan keberadaannya, Ia hanya menjawab malas dan mengatakan bersama Agnes, lalu menghubungi seorang lain ntah siapa. Keyno menyeringai setelah menutup telepon, pandangannya tak terlepas dari Agnes yang tampak menerima telepon di depan sana.

"Hallo pak. Saya segera ke sana" Agnes menerima telepon tersebut seraya bersiap untuk pergi. Namun ia tertegun ketika menerima jawaban dari kepala perkebunan.

"Maaf bu. Kita batalkan saja pertemuan hari ini, ada hal lain yang harus saja kerjakan dan tak bisa ditunda" Agnes menutup ponselnya, pandangannya beralih pada Keyno yang memandang dirinya, wajah tampan nya mengukir senyum merasa menang.

Keyno sialan.

Iya, pembatalan janji itu ulah Keyno. Agnes menghela nafas lagi, lalu mengambil tas dan menghampiri Keyno, membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras.

"Aku akan pulang bersamamu. Puas?" Ucapnya dengan raut wajah kesal. Sementara Keyno tersenyum penuh kemenangan "Istriku pintar" pujinya seraya mengusap puncak kepala Agnes, lalu menjalankan mobil meninggalkan toko bunga.

Lama berdiam.

"Kau sangat cantik jika sedang marah" tangannya terulur menggenggam tangan Agnes, dan tangan yang lain mengendalikan stir mobil. Ia sedang berusaha mengubah suasana hati Agnes yang sedang jengkel padanya.

Agnes tak bergeming. Ia memperhatikan langit. Hujan sudah reda, matahari sudah keluar dari persembunyiannya di balik awan hitam dan disebelah timur langit sana, ada busur besar melengkung indah memancarkan tujuh bias cahaya warna warni.

Keyno mengikuti arah pandang Agnes "Kau lebih indah dibanding benda itu" Agnes tersenyum. Jika iya, maka dirinya sangat indah. Agnes beralih menatap manik mata hitam milik Keyno "Kenapa kau menyusulku ke toko?" tanyanya.

"Kau lupa janjimu" Keyno berucap. Pandangannya kini fokus pada jalanan.

"Bukankah semalam kau berjanji menemani ku?" tanyanya kemudian.

Agnes berdehem. Memang betul, itu janjinya "Tapi kau pergi begitu saja tadi pagi" jawabnya.

"Lalu jika aku pergi, janjimu batal begitu saja?"

Agnes menarik tangannya, melepaskan genggaman Keyno. Bersama dengan itu mereka tiba di halaman rumah.

Tak berkata apapun Keyno menggendong Agnes ketika keluar dari mobil, membawanya ke dalam rumah dan mendudukkannya di sofa dengan sayang "Aku akan buatkan sup hangat untukmu, tunggu lah disini" Keyno mengecup kening istrinya, lalu berjalan menuju dapur. Sementara Agnes tampak menunggu sambil memainkan ponselnya.

"Key...!"

Agnes memanggil Keyno. Pria itu berdehem sebagai jawaban. Tangan besarnya sibuk memotong sayur dan daging segar sebagai bahan-bahan supnya.

"Aku ingin es krim almond gold yang kau iklankan beberapa hari lalu" rengeknya manja.

"Aku akan memesankannya untukmu. Katakan apa lagi yang kau inginkan"

"Hanya itu"

Keyno mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Kemudian Ia melanjutkan kegiatannya.

15 menit berlalu

Keyno tiba dengan semangkuk sup hangat. Harumnya menyeruak menembus indera penciuman dan Agnes tak sabar ingin mencicipinya. Selain tampan, Lelaki berpinggang ramping ini juga pandai mengolah makanan.

"Masih panas. Tunggu sebentar lagi" Keyno duduk disamping Agnes. Merampas ponsel yang tak dilepasnya sedari tadi. "Kau menunggu pesan dari Mario?" tanyanya setelah melihat riwayat pesan masuk dan keluar di ponsel Agnes.

"Tidak" Agnes menjawab santai. Tangannya berusaha menjangkau mangkuk sup diatas meja

"Ah, Apa dia tidak menyentuhmu kemarin malam?" Keyno bertanya lagi. Agnes merebut ponselnya, tapi Keyno justru mengangkat tinggi ponsel itu. Lalu tangan sebelahnya memegang tangan Agnes agar tak mengganggu konsentrasinya membaca pesan.

"Dia memintamu mengabarinya jika kau butuh?" Tanya Keyno lagi setelah membaca semua pesan.

"Katakan, kapan kau butuh dia?" Keyno mendekat. Mengapit kaki Agnes dengan kakinya, meminta jawaban seraya meraba wajah mulus istrinya.

"Bisakah tidak kau bahas?" Agnes menjawab dengan malas.

"Tinggal katakan, apa susahnya?" Keyno sedikit membentak, tangannya mencengkeram kuat pundak Agnes.

"Aku lapar" Agnes menepis tangan Keyno hingga terhempas mengenai sandaran sofa, lalu dengan cepat mengambil mangkuk sup dan meminumnya kuahnya.

"Ada yang kurang" Ucap Agnes seraya meminumnya lagi.

"Apa yang kurang?" Keyno berubah lembut.

"Harusnya kau masukkan racun ke dalamnya" Keyno tersenyum devil mendengar ucapan sarkas Agnes, lalu menepikan mangkuk sup itu dari genggaman Agnes dan mencium bibir wanitanya sekilas, turut merasakan rasa sup yang tadi diolahnya melaui bibir Agnes.

"Jika racun, aku akan meminumnya untukmu" Bisiknya di depan wajah Agnes.

"Gila" Agnes menjarak wajah mereka menghindari Keyno yang akan kembali menciumnya.

Keyno tertawa melihat tingkah Agnes, ia merangkul Agnes dan berkata "Aku tahu kau takkan pernah sanggup melihat aku mati sayang" Ucapnya sambil memeluk Agnes kemudian. Agnes tak menolak, ia berubah lembut seperti halnya sikap Keyno.

"Kau tahu itu" Lirih Agnes membalas pelukannya. Menenggelamkan wajahnya ke dada bidang yang harus ia akui tempat ternyaman untuk bersembunyi. Bersembunyi dari kekhawatiran akan kehilangan makhluk yang ia cintai berpuluh-puluh kali lipat dibanding dirinya.

"Aku akan hidup lebih lama untukmu" Bisik Keyno, menyasap dalam aroma tubuh Agnes

"Tapi aku ingin mati bersamamu"

Haha. Keyno tertawa. Pembicaraan konyol, siapapun yang mendengar akan menganggap mereka gila.

Ia mengubah posisi duduk dengan memangku Agnes, dan tangannya menahan pinggang Agnes agar tidak terjatuh sementara Agnes memeluk leher hangat Keyno.

Terdengar gelak tawa Agnes dan Keyno ketika mereka saling menggoda dan bercanda hingga dua pasang mata dengan binar cinta itu dipertemukan disatu titik, saling mengunci dan seakan tak ada objek lain yang pantas dipandangi. Napas hangat mereka mulai beradu seolah menjadi magnet yang menyebabkan ciuman antara mereka tak terhindari. Decakan demi decakan memenuhi seluruh ruangan tengah rumah mereka. Mereka saling sentuh, saling cumbu bahkan tangan Agnes sangat lihai membuka tautan kancing kemeja putih berdasi abu kebiruan lalu melepasnya. Membuang sembarang arah hingga mungkin mengenai mangkup sup yang tadi sempat Agnes cicipi. Ia lantas mengusap tiap jengkal otot-otot terlatih di setiap jengkal tubuh Keyno, membuat libido lelakinya bangkit tanpa harus menggunakan alat lain yang sering diiklan di situs dewasa.

Ahh.. Keyno menyukai ini. Membiarkan Agnes menelusuri setiap bentuk tubuhnya, mencium dengan sensual setiap aroma maskulin dari tubuh Keyno. Candu.

"Kau begitu lihai" Keyno berkata. Sambil mengelus pipi Agnes yang merona.

"Key.."

"Mau bermain?" Keyno menyeringai

"Tidak"

Keyno tertawa. Dia senang sekali menggoda Agnes.

"Mengapa tidak lanjutkan?" Keyno bertanya. Memegang dagu Agnes dan mengusapnya "Kau sudah membuang bajuku lalu berhenti begitu saja, tidak bertanggungjawab" Ucapnya sambil tersenyum menggoda dan menaik turunkan alis simetrisnya.

Agnes diam, memajukan bibir bawahnya lalu menatap Keyno malu-malu sambil membuat tulisan abstrak ntah apa di dada bidang Keyno. Keyno gemas, ia mengusap rambut Agnes hingga berantakan. Tak berapa lama kemudian terdengar bel berbunyi. Buru-buru Agnes turun dari pangkuan Keyno, merapikan baju dan rambutnya. Lalu berjalan membuka pintu setelah menyuruh Keyno memakai bajunya kembali. Tapi bukan Keyno namanya jika ia mengikuti apa yang Agnes katakan, Ia mengikuti Agnes dan memeluknya dari belakang sesaat setelah menerima pesanan es krim almond gold yang tadi dipesan Keyno untuk Agnes.

"Ness?"

Keyno menelusupkan tangan kebalik blouse tanpa lengan milik Agnes, meraba kulit mulus wanitanya dengan lembut.

"Key..ahh" Agnes sedikit mendesah.

"Hmm? kenapa?"

Keyno menyingkirkan kotak es krim dari tangan Agnes dan meletakkannya di meja, Kemudian mengunci pintu. Kembali lagi ia menyasap kuat aroma wangi dari ceruk leher Agnes. Keyno benar-benar gila jika sudah menyangkut Agnes. Seolah candu. Keyno mulai meraba dan meremas lembut dada wanitanya sambil memberikan rangsangan kecil di belakang telinga wanitanya.

Kesal karena Keyno terus mempermainkannya, Agnes lantas berbalik mengalungkan tangannya pada leher Keyno dan sedikit berjinjit berusaha mencapai bibir menawan itu dengan bibirnya, mengulvm lidah Keyno seraya memainkan bagian sensitif lekakinya yang berada diantara kedua kaki jenjangnya.

Lenguhan demi lenguhan keluar dari mulut mereka tanpa kendali. Hingga Keyno berhasil melucuti setiap helai benang yang melekat di tubuh Agnes, membuatnya leluasa untuk menjilati leher hingga dada istrinya sementara Agnes sedikit mendongak untuk memberi akses lebih pada Keyno.

"Akhhhh"

Keyno mengaduh. Dia pikir, dia berhasil membuat Agnes takhluk dengan sentuhannya namun nyatanya salah, Agnes mendorongnya dengan keras ke tembok hingga punggungnya terbentur, mungkin akan meninggalkan memar disana.

"Kau memancingku" Agnes berkata dengan sinis, Ia lalu mendekatkan tubuhnya hingga Keyno bisa merasakan apapun yang ada disana. Agnes menyeringai lalu mencekik leher Keyno.

"Aw sayang... Apa kau ingin membunuhku?"

...-----------...

see u next episode.

sekali lagi ini bacaan dewasa ya.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Omg, Fanasss🤣

2022-12-28

0

Dani irwandi

Dani irwandi

hemm, jadi merasa bersalah aku karna sudah hujat keyno saja, ternyata agnes juga sama

2022-09-25

0

Follow ig : tinatina3627

Follow ig : tinatina3627

mantap

2022-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!