Hamil berarti mati

Agnes menghempaskan diri ke kasur empuknya, di sebuah kamar yang lebih dominan ke warna abu khas pria, kamar siapa lagi? Keyno. Tidak, kamar itu milik mereka berdua sekarang.

Wanita muda bermulu mata lentik itu menenggelamkan kepalanya diantara bantal-bantal setelah membaca pesan singkat dari Mario. Tangannya berusaha menarik selimut karena Keyno menyetel AC pada suhu rendah. Lelaki itu sepertinya berasal dari kutub utara hingga ia sangat nyaman dengan suhu sedingin kulkas. Agnes merinding.

"Kau pasti butuh aku" Ucapnya merangkak naik ke atas kasur, menyingkap selimut dan bergabung mendekap tubuh angkuh wanita itu. Tak ada penolakan Agnes nyaman berada di posisi ini, tangan besar Keyno menarik pinggang Agnes agar tak ada jarak antara mereka.

"You're the only one" Keyno mengecup kening wanitanya, menghirup dalam-dalam aroma wangi yang disukainya.

"Aku akan hamil" lirihnya menenggelamkan wajah ke dada bidang suaminya.

"Itu sama halnya kau meninggalkan aku" Keyno memeluknya lebih erat lagi, mengusap punggung wanita itu dengan sayang.

"Kau yang akan meninggalkan aku, Key"

"Tidak!" Kata Keyno "Jangan bicarakan itu lagi" lanjutnya kemudian.

Keyno merenggangkan pelukan, mengusap wajah mulus Agnes. Gurat kesedihan tersirat dari sorot mata Keyno. Pandangannya berubah sayu dan meredup.

"Jangan pernah meninggalkan aku, apapun alasannya. Aku sangat menyayangimu, dan kau tahu itu" Keyno menarik nafas, matanya berembun.

"Peluk aku" Agnes meminta lebih.

"Cukup?"

"Hmmm"

"Tidurlah" Ucap Keyno membelai wanitanya, sentuhan lembut yang membuat Agnes terbuai. Melayang jauh dan berkelana ke alam mimpi. Ia terlelap.

Ponsel berlogo Apple tergigit itu berdering, Sial Keyno lupa mematikan ponselnya.

Sejurus kemudian Keyno bergegas memakai jaket dan celana panjangnya, mengecup kening Agnes dan berlalu pergi.

Keyno melajukan roda empatnya menuju tempat ia melakukan wawancara hari ini, sebagai Brand Ambasador produk asal prancis yang akan Launching di negara tempat tinggalnya. Sebenarnya ia sempat mengurungkan niat untuk hadir, tapi karena Agnes sudah terlelap ia tetap memilih pergi, untuk kali ini ia meredupkan egonya mengikuti perintah managernya yang terus mengomel saat menelpon tadi.

Disana, Keyno tampak melamun, memutar-mutar gelas anggur yang berisi seperempatnya. Pemotretan dan wawancara sudah selesai bahkan acara makan siangpun sudah selesai. Keyno terpaku dimeja bernuansa putih dengan piring dan gelas-gelas masih berjejer diatasnya. Jantungnya berdetak kencang, nafasnya memburu karena pengaruh pikirannya yang semakin khawatir ketika satu nama berputar diotaknya.

Agnes. Siapa lagi? Hanya wanita berstatus istrinya selama 3 tahun belakangan itu yang dapat menganggu pikiran dan konsentrasinya atau membuatnya kesal dan marah seperti kali ini. Ia tiba-tiba melemparkan gelas anggur ke lantai dan pecah berserakan. Tentu saja membuat semua orang yang masih berada diruangan itu terkejut dan semua mata tertuju pada Keyno yang tampak tenang seolah tak terjadi apa-apa.

"Keyno!"

Pria muda berwajah selembut sutra itu menoleh dengan wajah tak ada rasa bersalah sedikit pun, menatap sang manager yang seakan ingin menjewernya.

"Ah Tidak. Aku bosan" Ucapnya singkat seakan mengerti tatapan kesal managernya.

Manager bernama Delvin itu menghela nafas. Ia tahu ada yang tak beres dengan manusia dihadapannya ini. Biarpun modelnya selalu menunjukkan raut biasa, Ia mengerti Keyno sedang gelisah. Ia menghampiri Keyno dan duduk di depannya, kemudian menghela nafas lagi untuk menghadapi kelakuan Keyno yang sering membuat sakit kepala. Ia melipat kedua tangan dan menatap Keyno yang juga menatapnya.

"Kau ini kenapa, huh?" tanya Delvin

"Hanya bosan. Bukankah tadi sudah ku katakan" ucapnya datar

"Acara apalagi setelah ini?" tanyanya kemudian seakan tak ingin bertengkar dan adu mulut.

"Nanti malam, kau harus hadir diacara First Lauching fashion yang kau bintangi seminggu lalu" Jawab Delvin "Kau boleh membawa Agnes" lanjutnya kemudian, berharap pemberitahuan itu dapat memperbaiki mood Keyno.

"Betulkah? aku boleh mengajaknya?"

Keyno tersenyum lebar, menunjukkan deret gigi putihnya. Ia terlihat sangat antusias mendengar ucapan Sang manager yang baru di dengarnya. Biasanya acara seperti itu hanya boleh di datangi Delvin dan Keyno saja. Membosankan.

Keyno sama sekali tak bisa lepas dari bayang-bayang Agnes. Begitu pun sebaliknya. Mereka seperti terikat dalam jalinan benang yang terlanjut terlilit dan mengusut akibat ulah mereka sendiri, Keyno dan Agnes bahkan terjebak dalam labirin buntu yang mereka ciptakan sendiri, mereka saja tak bisa menemukan jalan keluar apalagi Delvin yang menyebut hubungan mereka memang sudah memiliki garis sempurna untuk saling terikat satu sama lain, sekalipun mereka mencoba memutusnya takdir takkan pernah mengizinkannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Delvin menyandarkan diri ke kursi setelah melihat Delvin berubah lembut. Berharap mendapat jawaban serius dari Keyno.

Keyno meletakkan ponsel yang di genggamnya, raut wajahnya menunjukkan tak suka mendapat pertanyaan itu "Aku rindu Agnes, memangnya kenapa?"

"Takkan serumit ini jika kau hanya rindu" Delvin menatapnya tidak percaya, lalu menaikkan alisnya berharap Keyno berkata lebih jujur lagi.

Keyno menarik diri, lalu bangkit dari duduknya "Aku ada urusan penting. Lagipula acaranya nanti malam, masih banyak waktu untukmu bersantai" Ucapnya menepuk bahu Delvin lalu berlalu pergi.

"Terseraahhh!" Jawab Delvin ketus. Keyno meninggalkannya tanpa menoleh kebelakang. Lelaki 1 tahun lebih tua dari Keyno itu memberi kode pada pelayan agar membersihkan pecahan gelas ulah Keyno.

Sepatu boots dengan celana jeans ketat dikakinya menapaki jalan menuju bangunan steril bernuansa putih. Keyno berjalan menuju sebuah ruangan berukuran besar. Seseorang disana menunggunya, mengulurkan tangan dan membungkukkan badan menyambut kedatangan Keyno. Begitu pun Keyno, dia adalah Dokter Kim.

"Apa kabar Key?" Tanyanya mempersilahkan Keyno duduk, lalu diikuti dirinya duduk.

"Aku baik dok, seperti yang kau lihat"

Mereka tampak berbasa-basi dan saling menceritakan kesibukan masing-masing, hingga berujung pada pertanyaan inti yang diajukan sang dokter.

"Apa ada masalah hingga kau datang tanpa mengabariku lebih dulu?" tanyanya.

Keyno menunduk, menggigit bibirnya tanda gelisah. Lalu menghela nafas dan menatap sang dokter yang juga masih menatapnya serius.

"Apa ada cara lain selain obat yang disuntikkan pada Agnes?" Keyno menjeda ucapannya "Maksudku, Obat yang mungkin membuatnya tak bisa hamil selamanya" lanjutnya kemudian

"Apa kau sedang menentang hukum alam mengenai perkembangbiakan manusia?"

Keyno tak menjawab, tangannya sibuk meremas ujung jaket denimnya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Yes, Keyno ketakutan.

"Dia sering mengatakan ingin hamil. Dan tak mau memakai obatnya, hal itu membuatku harus memaksanya menyuntikkan obat itu" Keyno jujur, hal inilah yang ia takutkan.

"Aku tak bisa melihatnya terus meminta dan menangis" Keyno meneruskan ucapannya.

"Kau tahu aku tak bisa tanpanya, bisakah buat dia tak bisa hamil selamanya tanpa harus minum obat atau menyuntikkan sesuatu yang sifatnya berulang?"

Dokter Kim mengangguk. Ia tak mau membahas lebih jauh lagi mengenai Agnes, Belahan jiwa Keyno. Lelaki itu sangat sensitif jika membahas perihal kematian atau pun kemungkinan terburuk yang terjadi pada Agnes. Sungguh lelaki dihadapannya ini adalah lelaki terlemah jika itu menyangkut hidup Agnes.

"Ada satu cara tapi kau..."

...--------...

Sebenarnya yang dirasakan Keyno cinta apa bukan sih?

see u next episode.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Udah rindu aja, Agnes- Agnes pesonamu sungguh luar biasa

2022-12-22

0

Maya●●●

Maya●●●

masuk fav kak
semangattt

2022-09-28

0

Buna Seta

Buna Seta

Kurang ajar tuh Kyeano

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!