Keduanya mengambil jalur yang berbeda. Arden ke tempat parkir, sedangkan Kayla berdiri di tepi jalan sambil menunggu taksi yang lewat. Salahnya juga yang menyayangkan Steve untuk menjemput.
Kayla melihat mobil sedan hitam yang keluar dari area kantor. Ya, kendaraan siapa lagi kalau bukan milik dari si mulut pedas, Arden. Kayla memalingkan wajah ke arah lain, ia malas untuk bertatapan, tetapi ingin Arden bersamanya. Mereka memang bermusuhan, tetapi Kayla sendirian di tepi jalan, ia takut jika ada orang jahat yang menganggu.
Klakson mobil berbunyi, Kayla menoleh setelah itu memalingkan wajahnya lagi. Kendaraan sport itu berhenti di tempatnya berdiri. Kaca mobil diturunkan, pria di dalam sana tetap diam, tetapi terus membunyikan klakson.
Kayla mendecakkan lidah, melangkah menarik pintu penumpang, lalu masuk ke dalam. Arden kembali menjalankan kendaraan miliknya setelah Kayla memasang sabuk pengaman.
Pura-pura jual mahal, tetapi Kayla bersyukur dalam hati. Arden masih perhatian padanya, masih khawatir terhadap wanita yang berdiri seorang diri di pinggir jalan.
Suasana hening menemani perjalanan keduanya. Baik Arden dan Kayla membisu. Ayolah, mereka bermusuhan. Menyatakan untuk menjadi orang asing, dan Arden maupun Kayla tidak akan menjilat ludah mereka masing-masing.
Mobil sampai di parkiran gedung apartemen. Mesin dimatikan, Arden membuka sabuk pengaman disusul oleh Kayla. Keduanya keluar, berjalan bersama menuju lift.
Sama-sama berjalan, sama-sama masuk ke dalam lift, tetapi keduanya membisu. Tidak ada ucapan terima kasih dari bibir Kayla atau celotehan pedas dari mulut Arden. Bibir memang membisu, tetapi keduanya curi-curi pandang.
Lift yang naik ke atas terasa lambat. Suasana di dalamnya terasa panas. Arden dan Kayla ingin segera sampai di tujuan mereka masing-masing, dan untungnya lift berhenti di lantai Kayla terlebih dulu.
Kayla keluar, Arden menatap bayangan tubuh itu sampai pintu lift tertutup lagi dan melenyapkan rasa panas di diri Arden.
"Sialan! Dia pasti tidur lagi bersama Steve," ucap Arden kesal.
Arden tahu kebiasaan Kayla. Jika wanita itu berdiam di apartemen, artinya Kayla akan bersama kekasihnya. Membayangkannya saja membuat Arden merasa terbakar.
"Lebih baik aku memanggil Lauren. Aku akan suruh penjaga untuk mengizinkan wanitaku naik nantinya," gumam Arden, dengan mengetik sebuah pesan untuk Lauren.
Kayla merebahkan diri di sofa. Ia tidak berminat sama sekali dengan makan malam yang Steve sajikan. Hanya satu buah apel untuk menu makan malamnya mana bisa membuat perut Kayla kenyang.
"Kamu perlu diet, Sayang. Menu makanmu hanya boleh ini," kata Steve.
"Sayang, bisakah aku makan sate yang dijual di dekat apartemen kita?"
Steve menggeleng. "Kamu bilang untuk berdiet. Ayolah, Kay. Turunkan berat badanmu lima kilo saja."
Kayla mengangguk. "Aku akan berusaha."
"Sisa dua minggu masa kerjaku di sini selesai. Aku akan kembali bersama Miles ke Amerika. Kamu nanti menyusul saja."
Kayla menghela panjang. "Aku tidak ingin kamu pergi."
Steve memeluk tunangannya. "Ini juga bagian dari promosi. Pekerjaanku bagus. Aku disuruh kembali karena dibutuhkan di sana. Ini semua demi kita juga. Aku membeli rumah dengan cara dicicil. Tinggal beberapa kali bayar, maka rumah impian akan menjadi milik kita selamanya."
"Aku tidak sabar untuk menantikannya," kata Kayla.
"Kita perlu persiapan juga untuk pernikahan," ucap Steve.
Kayla mengangguk. "Aku tau, dan aku akan melakukan apa pun agar pernikahan kita terwujud."
Steve mengecup bibir Kayla. Beberapa saat keduanya hanya dalam kelembutan yang membakar hasrat.
Di lain sisi, Lauren telah bersama Arden. Keduanya saling memberi rangsangan. Tepatnya cuma Arden yang memberi kenikmatan pada wanitanya.
Lauren membiarkan Arden mengobrak-abrik ladang basahnya di sana. Jari-jemari Arden telah keluar masuk menembus pertahanan Lauren.
"Tiduri aku," pinta Lauren.
"Aku takut kamu hamil," jawab Arden.
"Kamu sudah biasa seperti ini, tetapi takut aku hamil? Aku membutuhkan milikmu untuk masuk. Atau jangan-jangan kamu tidak bisa melakukan hubungan suami istri."
"Aku sudah bilang padamu. Milikku ini hanya untuk wanita yang kuinginkan."
"Apa aku bukan wanita yang kamu inginkan?" tanya Lauren.
"Maksudku, wanita yang telah merebut hatiku ini. Ya, walaupun aku tau dia telah tidur bersama kekasihnya."
Lauren tertawa, tetapi meringis sedetik kemudian. Arden menusukkan dua jari dan menggerakkannya dengan cepat.
"Kamu mencintai wanita dalam diam."
Arden menggeleng. "Bukan! Aku hanya merasa milikku diambil orang lain."
Kening Lauren berkerut. "Artinya, kamu mencintai wanita itu. Kalau kamu tidak cinta, untuk apa kamu masih mempertahankan keperjakaanmu itu."
"Hei! Jelas saja untuk istriku," jawab Arden.
"Sudahlah. Aku berceloteh panjang lebar juga akan tetap hasilnya. Sekarang, bisakah aku menikmati milikmu seperti es krim?" tanya Lauren.
"Aku menolak!" jawab Arden tegas.
"Aku mau mandi."
"Oke, bersihkan dirimu dulu setelah itu kita tidur," kata Arden.
Lauren menuju kamar mandi, sedangkan Arden melangkah ke wastafel mencuci tangan. Jari-jarinya telah basah oleh lendir milik Lauren.
...****************...
Lauren tidak paham dengan otak Arden saat ini. Pria itu mengajaknya untuk turun mengunakan tangga darurat setelah itu barulah masuk ke dalam lift. Arden mengatakan jika ia perlu berolahraga walaupun cuma menuruni anak tangga saja.
Namun, Lauren menjadi mengerti setelah melihat wanita gendut dan pasangannya. Meski ia sedikit lupa dengan nama keduanya, tetapi perawakan dari Kayla tidak terlupakan.
"Bukannya mereka temanmu?" bisik Lauren.
Keempatnya lagi-lagi terjebak di dalam satu lift. Nampak jelas jika si biang rusuh Arden ingin mencari perkara. Namun sesungguhnya adalah, Arden ingin memastikan dugaannya mengenai Kayla. Tebakannya benar jika Kayla bermalam bersama Steve.
"Hanya perempuan," jawab Arden.
Lauren ingin menegur, tetapi Arden membungkam mulut Lauren dengan bibirnya. Jelas Kayla dan Steve bisa melihat adegan itu.
"Ini di depan mereka," kata Lauren.
"Biar saja. Aku terlalu tidak tahan untuk mengecup bibirmu."
Lauren menyikut perut Arden. "Dasar! Aku tau maksudmu itu."
"Kamu memang wanita yang pengertian. Aku suka itu," ucap Arden.
Kayla tidak tuli sampai bisa mendengar apa yang Arden dan Lauren bicarakan. Kayla juga masih mengingat wanita yang bersama Arden itu.
Tahan Kayla. Jangan menegur Arden. Dia adalah orang asing bagimu.
"Jangan pedulikan dia, Sayang. Arden sengaja membuat gara-gara," kata Steve.
Arden mendengar itu. "Apa maksudmu?"
Pintu lift terbuka, sebelum keluar Steve berkata lagi, "Kekanakkan."
"Hei!" seru Arden.
"Tenang," ucap Lauren.
"Kamu tidak dengar apa yang pria itu katakan?"
"Itu memang kenyataannya. Sikapmu itu terlalu terang-terangan. Jelas saja kalau kamu itu ingin mencari gara-gara."
Arden mendecakkan lidah. "Sialan!"
"Kamu yang sialan," sahut Lauren.
"Kamu malah membelanya."
"Bukan membelanya, tetapi memang kenyataannya begitu. Sekarang antar aku pulang," kata Lauren.
"Baiklah."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
ferdi ferdi
bilang kalau suka arden jangan bikin kayla tambah membencimu
2024-11-23
0
May Keisya
😂kaya anak kecil...
2022-10-18
1
Winar hasan
sadar lu suka ma keyla teryata
2022-06-23
0