Tubuh Kayla merosot ke bawah. Tanpa disuruh, air matanya menitik yang kemudian menjadi raungan karena perih di hati sangat ingin diluapkan.
Arden sudah dewasa, mengerti apa arti dari keburukan bagi wanita yang diejek. Kayla tahu, ia sadar kalau dirinya tidak menarik, tetapi apa pantas teman sepermainannya berkata begitu? Ini sangat keterlaluan, Kayla tidak tahan menanggungnya.
Kayla bangkit dari duduknya, melangkah menuju dapur. Ia membuka lemari es, mengambil minuman soda, cemilan kentang, dua bungkus batang coklat serta kue brownies berlapis lelehan chocochip. Setidaknya makanan tersebut bisa menenangkan perasaannya yang kalut.
"Terserah kamu mau bilang apa, Arden. Aku tidak peduli. Inilah aku apa adanya. Kayla dengan tubuh berisi. Steve mencintaiku karena aku baik bukan seperti kamu yang melihat wanita dari fisik," gumam Kayla.
Lelehan air mata tetap saja mengalir, Kayla menghabiskan dua potong kue, satu kaleng minuman, tetapi tidak membuat perasaannya membaik.
"Aku perlu Steve," ucap Kayla.
Segera Kay mengambil ponsel, menghubungi sang kekasih yang berada di apartemen berbeda darinya. Kayla sungguh tidak mengerti. Seharusnya Steve yang berada di gedung sama dengannya bukan si Arden itu.
Meski Arden jarang berdiam di bilik miliknya, tetapi pria itu selalu datang setiap hari hanya untuk singgah. Tidak jarang Kayla berpapasan dengannya. Biasa Kayla melihat Arden menginap bersama seorang wanita. Bisa dikatakan apartemen itu bagi Arden merupakan tempat singgah untuk meniduri banyak gadis.
Kayla menghubungi Steve agar bisa menginap di tempatnya. Sang tunangan menyetujui itu. Sebenarnya, Steve menginginkan mereka tinggal bersama, tetapi Kayla menolak.
Menunggu Steve selama empat puluh lima menit telah membuat Kayla menghabiskan dua kaleng minuman soda. Dua bungkus snack kentang dan separuh batang coklat.
Pintu apartemen terbuka, Kayla memandang Steve yang masuk. "Sayang!" Kayla bangun dari duduknya, berlari dan langsung memeluk Steve hingga tubuh pria itu terdorong sampai membentur belakang pintu.
"Sayang, ada apa denganmu?" tanya Steve.
Kayla menarik diri, memandang Steve yang juga menatapnya. "Arden kembali mem-bully-ku."
"Dia datang kemari?" tanya Steve.
Kayla mengangguk. "Iya, dia datang kemari hanya untuk mengolokku."
"Aku heran dengannya. Apa kalian sungguh teman dari kecil? Kenapa dia selalu menyakitimu?"
"Dari kecil juga begitu. Arden selalu bilang aku gendut," jawab Kayla.
Steve membawa Kayla untuk duduk di sofa, tetapi ia kaget dengan makanan yang ada di meja. Kayla telah menghabiskan begitu banyak cemilan yang bisa menaikkan berat badan dengan drastis.
"Kamu menghabiskan ini semua? Kamu bilang ingin diet?" tanya Steve.
"Aku hanya ingin suasana hatiku baik."
Steve menghela napas. "Kay, tubuhmu sudah berat. Maksudku, jangan terlalu besar. Ingat, kamu bisa terkena penyakit."
"Aku tau, Steve," ucap Kayla, dengan rasa bersalah.
Kayla sudah berjanji pada Steve untuk menurunkan berat badannya. Penyakit diabetes, jantung, bisa saja menyerang. Jika ia terus makan seperti ini, Kayla tidak yakin tubuhnya mengalami penurunan.
"Aku akan bereskan ini semua. Kamu bersihkan dirimu saja. Lihatlah wajahmu yang penuh dengan maskara luntur," kata Steve.
Kayla mengangguk. "Aku akan ke kamar."
Steve membereskan meja yang berantakan, sedangkan Kayla pergi membersihkan diri. Setelah semuanya beres, Steve menyusul Kayla ke kamar.
"Sudah selesai?" tanya Kayla yang baru keluar dari bilik mandi.
Steve mengangguk. "Iya. Ini sudah larut. Kita tidur sekarang. Besok, kamu juga harus kerja, kan?"
"Iya, dan aku akan bertemu Arden lagi."
"Hanya beberapa bulan lagi, Sayang. Kita akan segera pindah ke Amerika."
Kayla duduk di tepi tempat tidur samping sang kekasih. "Papaku sangat sedih aku pindah."
"Dia harus merelakannya." Steve tertawa, lalu sesaat keduanya terdiam.
Kayla semakin dekat, Steve memajukan tubuh agar mereka bisa saling menyatukan bibir. Tangan Steve menyelinap ke belakang rambut Kayla agar belitan mereka semakin dalam.
Keduanya jatuh di atas tempat tidur, Steve menindih sang kekasih tanpa melepas tautan bibir mereka. Jemarinya turun ke bawah, mencari ikatan tali kimono yang Kayla pakai.
"Jangan!" ucap Kayla setelah melepaskan diri dari bibir Steve.
"Kenapa? Bukankah ini hal biasa."
"Aku tau Steve, ini bukan hal pertama bagimu, tetapi aku ingin kita melakukannya setelah menikah," jawab Kayla.
Steve mengusap wajahnya. "Aku kira dengan kamu menyuruhku datang karena kamu menginginkanku."
"Aku hanya ingin kamu menghormati keputusanku."
Steve menarik napas panjang. "Aku selalu menurutimu, Kay. Sudahlah, kita tidur saja."
Steve menarik selimut dan membelakangi kekasihnya. Melihat itu, Kayla merasa bersalah karena penolakkannya terhadap Steve. Ini bukan yang pertama terjadi, tetapi Kayla tetap pada prinsipnya yang ingin melepaskan kehormatan setelah menikah.
...****************...
Kayla sungguh bahagia ketika melihat sarapan telah tersedia di meja makan. Steve menyilakan dirinya untuk mencicipi panekuk yang diberi olesan madu di atasnya serta segelas jus buah apel.
"Aku paling suka panekuk buatanmu," ucap Kayla.
"Ini hari pertama kamu masuk ke perusahaan besar. Aku harus membuat moment ini istimewa," jawab Steve.
Kayla juga lega karena Steve tidak lagi mempersoalkan atas penolakan semalam. Pagi ini, suasana hati Steve sangat bagus, dan Kayla ingin calon suaminya tetap seperti ini. Tersenyum bahagia karena itu membuat Steve sangat tampan.
"Setelah ini, aku akan mudah masuk ke perusahaan asing yang ada di Amerika. Om Kevin akan memberi surat rekomendasi untukku," kata Kayla.
"Kenapa kamu tidak masuk ke perusahaan tuan Kevin yang ada di Amerika?" tanya Steve.
"Perusahaan itu sudah diberikan kepada om Dika dan Arden. Om Dika itu sangat pemilih. Dia tidak suka karyawan masuk lewat jalur dalam, dan aku ingin bekerja di perusahaan yang aku inginkan. Maksudku bekerja sama dengan orang asing."
Steve mengangguk. "Banyak pengalaman sangat bagus untukmu, Sayang."
"Dan aku bahagia karena kamu akan mengantarku pagi ini."
Steve bangun dari duduknya untuk dapat mengecup bibir Kayla. "Untukmu, apa pun akan kulakukan."
Selesai sarapan, keduanya keluar dari apartemen. Kayla serta Steve berjalan bersama menuju lift, dan tidak mengira jika ada seorang pria yang tengah menunggu pintu baja itu terbuka.
"Itu Arden," bisik Kayla.
"Biarkan saja dia," kata Steve.
Arden menoleh kepada sepasang anak manusia yang berdiri di sampingnya. "Pagi."
"Pagi untukmu," balas Steve.
Lift terbuka, Arden masuk terlebih dulu disusul oleh Steve dan Kayla. Tujuan mereka sama, yaitu lantai dasar.
"Sesak," celetuk Arden.
"Lift ini bahkan muat untuk dua orang lagi," sahut Steve.
"Aku hanya merasa kepanasan," kata Arden.
Steve berdecih, "Berhentilah bersikap kekanakan, Arden! Aku tidak lupa dengan apa yang kamu lakukan pada Kayla tadi malam."
"Oh, kekasihmu mengadu?"
Steve mengepal, ia ingin menantang Arden, tetapi Kayla menahannya. "Biarkan aku, Sayang."
"Jangan ladeni dia."
"Kenapa, Kay?" tanya Arden.
Kayla memejamkan mata, ia berusaha menenangkan diri untuk tidak terpancing atas provokasi Arden.
"Apa yang aku katakan tadi malam memang benar, kan?" ucap Arden.
"Sialan!" bentak Steve.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nurwana
diet diet mhe Kayla... supaya tdk dihina trus sama Arden. enaknya yg pny badan berisi, nah diriku tinggiku 165 beratku 50.
2022-10-22
0
Uci
arden ini suka kali cari masalah
2022-06-14
1
Fenty Izzi
sebenarnya apa sih maumu arden??? jadi greget lihat tingkahnya😬😬😬
2022-06-05
1