Hinaan Arden

Arden bukan hanya terperangah atas kedatangan Steve, tetapi bola matanya seakan keluar melihat sosok wanita seberat enam puluh lima kilogram di samping pria itu. Bahkan Lauren akan terjatuh jika tidak secepatnya bangun dari pangkuan sang pria.

"Kayla!"

"Kalian saling kenal?" tanya Miles.

Arden secepatnya mengubah mimik wajahnya. "Ya, hanya kenalan biasa."

"Baguslah, kita jadi tidak canggung lagi. Kalian duduk saja. Masih ada tempat," kata Miles.

Pria itu memberi uang kepada dua wanita yang tidak dibutuhkan, dan menyisakan satu orang saja untuk menemaninya agar tidak jadi obat nyamuk bagi dua pria yang membawa pasangan.

"Aku juga tidak mengira kamu mengenal Miles, Arden," kata Steve.

"Miles sahabatku."

"Dia wanitamu?" tanya Miles pada Steve.

"Dia tunanganku. Sebentar lagi kami akan menikah," jawab Steve.

Miles mengulurkan tangan. "Selamat untuk kalian."

Steve menjabatnya. "Terima kasih." Lalu memperkenalkan Miles kepada Kayla. "Dia teman kerjaku."

Kayla melakukan hal yang sama seperti Miles tadi, memperkenalkan dirinya termasuk kepada Lauren yang duduk di samping Arden.

"Silakan kalian minum. Malam ini Arden yang traktir," ucap Miles.

"Oh, apa ini perayaan karena kamu punya kekasih?" tanya Steve pada Arden.

Arden tersenyum, ia meraih gelas kecil berisi minuman berwarna coklat, lalu meneguknya sampai habis. "Bisa dibilang begitu. Aku mendapat wanita yang membuatku senang."

Arden merangkul pundak Lauren, menundukkan kepala agar bisa mengecup bibir wanita itu, dan Lauren menyambutnya dengan senang hati.

Bagi Steve dan Miles itu hal biasa, tetapi Kayla merasa risih. Kay sudah beberapa kali ke kelab malam, tetapi ia masih saja tidak terbiasa dengan pria dan wanita yang bermesraan di depan banyak orang.

"Jangan hiraukan mereka," kata Miles, lalu memandang Kayla. "Rasanya namamu sangat familiar."

"Benarkah? Kita baru saja bertemu malam ini," kata Kayla.

Miles menjentikkan jari. "Apa kamu Kayla sahabat Arden?"

Kayla mengangguk. "Aku dan Arden teman masa kecil."

Miles mengangguk-angguk. "Oh, pantas saja kalian saling kenal."

Miles menatap Arden yang masih membelit Lauren. Tiga lemparan kacang kulit menghentikan permainan bibir Arden dan Lauren.

"Ada apa?" tanya Arden, sedikit kesal karena sahabatnya.

"Kamu tidak bilang kalau Kayla adalah sahabatmu," jawab Miles.

Arden menatap Kayla. Wanita itu memakai tanktop warna hitam. Arden dapat melihat penuh bagian depan tubuh Kayla. Dalaman itu dibalut jaket kulit dengan warna sama serta rok pendek polos oren gelap. Kayla memakai sepatu boot bertumit tinggi. Rambutnya terurai, dan dijepit di bagian samping.

"Dia, sahabatku?" tanya Arden.

Miles mengangguk. "Kamu bukannya pernah cerita?"

"Kamu salah. Kayla sahabat Aretha. Aku enggak mungkin punya teman jelek seperti dia."

"Jaga bicaramu!" ucap Steve.

"Oops! Sorry," jawab Arden.

"Aku tau kamu selalu tidak menyukai Kayla."

"Sudahlah, Steve. Jangan pedulikan Arden. Kebiasaannya memang suka mengejek orang lain," sahut Kayla.

"Malas bicara dengan kalian. Lebih baik aku ke lantai dansa. Ayo, Lauren sayang. Waktunya berpesta."

Arden dan Lauren beranjak dari duduknya menuju lantai dansa. Miles tidak mau kalah, ia mengajak serta pasangannya menyusul Arden.

"Kamu mau dansa juga, Sayang?" tanya Steve.

Kayla menggeleng. "Aku duduk saja."

Steve mengecup pipi Kayla. "Aku akan menemanimu. Kita minum saja."

Mata Arden tetap melirik Kayla, dan ia melihat Steve mengecup pipi wanita itu. Ini bukan urusannya, Kayla dan Steve sudah resmi, bahkan keduanya ingin tidur bersama juga bukan masalah.

"Kita pulang," kata Arden.

"Ini masih awal," sahut Lauren.

"Kamu ingin di sini?"

"Aku masih ingin bersenang-senang."

"Terserah, aku mau pulang sendiri saja," ucap Arden.

Lauren memegang lengan Arden. "Aku ikut denganmu."

"Kita pulang sekarang."

Sebelum pulang, Arden membayar tagihan minuman di meja Miles. Setelah itu ia pulang tanpa berpamitan kepada Kayla dan Steve, kecuali sahabatnya.

"Kalian masih ingin di sini?" tanya Miles. "Aku ingin bersama wanitaku."

"Ke mana Arden?" tanya Steve.

"Dia sudah pergi. Tubuhnya sudah panas dan siap tempur," kata Miles dengan gelak tawa.

"Kurasa kami juga harus pulang. Sampai jumpa besok di kantor."

Miles merangkul Steve, menepuk pundak dari teman barunya. "Sampai jumpa."

Keempatnya keluar dari kelab dengan tujuan masing-masing. Steve mengantar Kayla sampai di gedung apartemen milik wanita itu. Karena keluar malam, Kayla menginap di tempatnya sendiri.

Steve tidak mengantar sampai ke pintu flat kekasihnya, ia langsung pulang menuju tempat tinggalnya sendiri. Kayla masuk ke dalam lift, menekan angka dua puluh di mana biliknya berada.

Kayla keluar setelah kotak kubus mengantarnya ke lantai dua puluh, ia berjalan menuju biliknya, dan tidak menyangka sudah ada sosok pria yang berdiri di depan pintu.

"Kamu terlalu mabuk sampai tidak mengenal kamar sendiri? Kamarmu berada di satu lantai lagi," ucap Kayla.

"Buka pintunya," kata Arden, dengan bergeser agar Kayla dapat menekan sandi apartemen.

Kayla menekan angka-angka itu, pintu terbuka, dan Arden langsung saja masuk tanpa permisi. Kayla menggerutu, tetapi hanya dalam hati. Ia segera menuju dapur untuk membuat minuman dingin.

Arden merebahkan diri di sofa tamu, ia melempar kemeja pria yang berada di kursi ke lantai. Arden tahu siapa pemilik kemeja itu, sepertinya memang Steve sering berada di apartemen milik sahabatnya.

"Ini bukan rumahmu!" kata Kayla ketika mendapati kemeja kekasihnya dibuang."

"Steve sering menginap di sini?" tanya Arden.

"Bukan urusanmu. Minum ini dan pergilah dari apartemenku!"

Arden tertawa. "Aku sungguh salah sangka padamu. Kukira kamu wanita polos. Wanita sepertimu doyan ke kelab malam juga. Kenapa aku bisa tidak tau?"

"Apa setiap kegiatanku harus diberitahukan kepadamu? Pergilah bersenang-senang dengan kekasihmu!" ucap Kayla.

"Bagaimana kalau kita bersenang-senang?" tawar Arden.

"Tutup mulutmu!" bentak Kayla.

Arden bangun dari rebahannya, berjalan mendekat pada wanita gendut itu. "Bercinta satu malam tidak masalah bagimu, kan?"

"Kamu benar-benar mabuk."

"Ayolah, Kay. Aku belum pernah bermain dengan wanita gendut sepertimu. Tapi aku katakan satu hal. Aku tidak sanggup jika kamu berada di atas. Tubuhku ini tidak dapat menahan beban beratmu," kata Arden.

Bukan hanya itu, Arden bahkan tertawa keras memperolok bentuk tubuh Kayla. Bahkan baju yang Kayla pakai juga jadi bahan ejekkan Arden.

"Cukup, Arden! Kamu datang kemari hanya untuk menghinaku! Memangnya kenapa aku gendut? Masalah buatmu?" teriak Kayla, ia bahkan mendorong Arden hingga hampir membuat pria itu terjungkal jika tidak punya keseimbangan diri yang bagus.

"Jelek! Kamu itu wanita paling jelek yang pernah aku kenal!" ucap Arden. "Lemakmu di mana-mana dan mudahnya kamu malah mempertontonkan bentuk tubuhmu itu!"

"Pergi dari sini!" teriak Kayla.

"Memang aku ingin pergi! Ingat pesanku ini, kamu itu tidak pantas bersama siapa pun. Dasar jelek!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Apa yg di ucapkan Arden berbanding terbalik dengan hati nya,,, 😅🤭

2023-02-03

1

Mbah Edhok

Mbah Edhok

Arden stres ...

2022-07-28

0

Juan Sastra

Juan Sastra

arden arden,, sampai kapan sadarnya jika kau sudah suka sama kayla bahkan mungkin udah cinta sejak kecil...

2022-06-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!