"Apa yang Arden katakan sangat benar, Om. Kayla tunggu panggilan saja."
Bahu Kevin merosot tanda ia pasrah atas keinginan Kayla. "Om sendiri yang akan wawancara kamu di kantor."
"Enggak bisa begitu, Pa. Kayla harus masuk ke perusahaan dengan cara adil," sanggah Kevin.
"Jadi, kamu sendiri yang akan mewawancarinya? Memangnya kamu siapa? Papa masih pemimpin di sana."
"Oke!" jawab Arden. "Terserah Papa mau apa. Arden kembali ke kamar dulu."
Tanpa basa-basi, Arden bangkit dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan semua. Elena dan Kevin cuma bisa menggeleng, dan entah kenapa Arden begitu membenci Kayla.
Sejak kabar mengenai pertunangan Kayla terjadi, Arden uring-uringan. Setiap membahas mengenai wanita manis itu, Arden selalu menyela dengan mengatakan apa saja. Terlebih pria itu sangat membenci Steve.
"Kayla, maafkan Arden," ucap Elena.
"Enggak apa-apa, Tan. Sudah biasa, Arden selalu memusuhiku."
"Kamu jangan pikirkan dia. Om akan kirim Arden kembali ke Amerika," kata Kevin.
Kayla tersenyum. "Sungguh Kayla tidak apa-apa."
"Perusahaan itu milik Om. Kamu bisa bekerja kapan pun kamu mau. Besok, siap-siap saja terima panggilan."
Kayla mengangguk. "Terima kasih, Om. Kayla akan tunggu."
"Kay, kita buat kue, yuk," ajak Elena. "Aretha akan datang nanti, bagaimana kalau kita mengejutkannya?"
Kayla tampak berpikir. Hari ini ia juga punya waktu luang, dan membuat kue bersama Elena menjadi hal menyenangkan, ditambah Aretha akan datang.
"Boleh, apa kita perlu belanja bahan-bahannya dulu?" tanya Kayla.
"Kita cek di dapur, bahan apa saja yang kurang."
"Sayang, aku harus berangkat," kata Kevin.
"Kalian jadi, main golf sama Dean?" tanya Elena.
Kevin beranjak dari duduknya, mengecup kening Elena. "Jadi, dong. Nanti siang aku pulang."
"Jangan macam-macam di luar," kata Elena.
"Iya, Sayangku."
Elena mengajak Kayla menuju dapur untuk memeriksa bahan pembuatan kue. Ada beberapa bahan yang kurang hingga Elena dan Kayla harus pergi belanja.
"Susu cairnya kurang, pengembang, telur, sama toping. Kita akan membuat dessert box dan souffle cake," kata Kayla.
"Kita juga harus memasak makan siang. Bukannya kamu ingin diajari cara buat pangsit goreng?" ucap Elena.
"Kayla mau banget! Membayangkannya saja buat perut keroncongan."
Elena tertawa. "Kita butuh ayam untuk membuatnya. Kamu panggil Arden. Minta dia buat antar kita ke supermarket."
"Oke," jawab Kayla, dengan segera berjalan menuju anak tangga.
Naik tangga satu per satu bisa membakar kalori pada tubuh Kayla. Ia memang berniat diet untuk penampilan berbeda di acara pernikahan nanti. Sedikit lebih langsing akan membuat Steve semakin lengket dengannya.
Kayla sampai di depan pintu yang bertuliskan "Cewek gendut dilarang masuk" papan nama itu sudah ada sejak Kayla masih kecil dan tidak pernah dilepas oleh si pemilik kamar.
Tidak peduli tulisan larangan itu, Kay mengetuknya dengan tidak sabar. Penghuni di dalam sama sekali tidak membuka, Kay menekan gagangnya yang tidak terkunci, lalu melangkah masuk ke dalam.
Guyuran air di dalam bilik mandi terdengar, pantas saja Arden tidak membuka pintu karena memang pria itu tengah memanjakan diri dengan air dan busa sabun wangi.
Kayla menoleh, mendapati Arden yang keluar dengan pinggang berselubung handuk. Tetesan air menitik dari rambutnya, turun ke bahu lebar hingga lengan berotot pria itu.
"Tidak baca tulisan di pintu?" kata Arden.
"Cepatlah berpakaian. Antar kami belanja," ucap Kayla.
"Apalagi yang mau kamu buat?"
"Kue dan menu makan siang. Katanya Aretha akan datang," jawab Kayla.
"Aku sibuk. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Kayla bersedekap tangan. "Urusan apa? Semalam kamu pasti bersenang-senang. Lihat tubuhmu yang merah-merah itu."
Arden berjalan mendekat. Ia berkacak pinggang di hadapan wanita itu. "Kenapa? Cemburu padaku?"
"Jauh-jauh dariku." Kayla mendorong tubuh Arden dengan jemari telunjuknya. "Tubuhmu ini belum cukup bagus dibanding Steve."
"Kamu pernah melihatnya?" tanya Arden.
"Ada masalah? Kami sudah dewasa."
"Wah! Pikiranmu sudah sangat maju."
Kayla tergelak. "Kamu juga, kan?"
"Sudah berapa kali kalian melakukannya? Apa kamu hamil?" tanya Arden dengan menyentuh perut Kayla.
Kay menepis tangan pria itu. "Bukan seperti itu! Aku dan Steve belum terlalu jauh. Kenapa membahas ini? Cepatlah berpakaian!"
"Aku tidak mau menemanimu belanja," tolak Arden.
Kayla melewati Arden menuju lemari. Ia mengambil pakaian, lalu melemparnya ke tubuh pria itu. "Tante akan menunggu. Cepatlah turun."
Arden mencubit pipi wanita itu. "Tunggulah di bawah."
Kayla mengusap pipinya. "Jangan lagi menyentuhku!"
Kayla menarik gagang pintu, lalu keluar. Arden melempar pakaian yang diberikan oleh Kayla tadi. Ia kesal mendapati sahabat kecilnya telah disentuh oleh Steve.
"Oke, Arden. Kayla juga wanita yang butuh kesenangan. Bukan hanya makanan yang wanita itu butuhkan, tetapi sentuhan juga."
Elena menyerukan nama Arden agar segera turun, bahkan menyuruh pelayan untuk menyusul lagi pria pemalas itu di kamar atas. Arden mau tidak mau harus mengikuti perintah dari sang ibu. Ia melangkah gontai menuruni anak tangga satu per satu.
"Antar Mama dan Kayla ke supermarket," kata Elena.
"Iya," jawab Arden.
*****
Perjalanan tiga puluh menit mengantarkan Kayla dan Elena sampai di supermarket. Kedua wanita yang cocok sebagai ibu dan anak terlihat sumringah karena kegiatan belanja merupakan hal yang paling disenangi.
"Arden sama Kayla ke bagian penjualan kue. Mama ke bagian daging. Setelah mendapat semua bahan, kita lekas pulang. Aretha akan datang," ucap Elena.
"Iya, Tante," sahut Kayla.
Arden senang, tetapi juga kesal mengikuti Kayla. Terlebih wanita bertubuh curvy tersebut bisa membuat Arden membayangkan hal yang di luar dugaan. Kayla selalu membuat dirinya menegang.
"Kayla," tegur Arden.
"Ada apa?"
"Bisakah kita liburan bersama?" tanya Arden.
Kayla menelengkan kepala menatap Arden. "Tumben sekali."
"Kita sudah lama tidak liburan bersama. Kalau kamu mau, aku bisa memesan tiket."
"Aku akan tanya Steve," ucap Kayla.
"Aku ingin liburan berdua denganmu."
"Sejak kapan kita liburan berdua? Terakhir kali bersama Aretha dan kak Davin." Kayla menggeleng. "Dasar aneh!"
"Aku ingin mengajakmu liburan ke luar negeri. Kita bisa pergi mengunakan kapal keliling eropa," tawar Arden.
"Kamu sangat membenciku. Kenapa sekarang ingin mengajakku liburan?"
Arden ingin mengatakan kalau ia ingin Kayla mengenakan pakaian renang. Warna hitam akan sangat cocok di kulit putih Kayla.
"Arden!" tegur Kayla.
Pria itu tersentak. "Ada apa?"
"Aku yakin kamu pasti berpikir yang aneh-aneh."
"Aku membayangkan kamu memakai pakaian renang dengan tubuh gendutmu." Arden meringis. "Aku menyarankan agar kamu jangan memakai pakaian seperti itu. Sangat jelek dengan lemak yang bergelambir di lengan, perut, dan kaki."
"Apa mulutmu tidak pernah berhenti mengejekku?" Kayla berkacak pinggang.
Arden mendorong troli hingga berdiri di samping Kayla. "Itu kesenanganku."
Sebuah kecupan mendarat di pipi wanita itu. Arden langsung lari dengan mendorong troli belanjaan. Kayla menghentakkan kaki karena ia tidak bisa berteriak di depan umum.
"Dia kira aku masih anak sepuluh tahun? Arden sama sekali tidak melupakan kebiasaan itu," gumam Kayla kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
ferdi ferdi
kalau suka bilang suka ar
2024-11-23
0
Bungas Dhin
Kalo akutuh ndak gendut Den…tapi semlohayyyy…beneraannnn 🤪🤪
2024-10-10
0
Hafsoh Iskandar
ngapa si ardeeennn... Kamu kenapa?
2024-02-28
0