Seperti yang sudah dijanjikan oleh Dave, Sevia pun segera mendaftar ke universitas terkemuka di kota itu. Dia memilih kelas karyawan karena tidak ingin berhenti bekerja di tempatnya yang sekarang. Meskipun dia hanya sebagai operator produksi, tapi semua atasan dan rekan kerjanya baik padanya membuat Sevia betah bekerja di sana.
Namun, kenyamanannya kini mulai terusik saat dia diminta oleh leader-nya untuk membantu staf engineering melakukan trial pada produk baru yang akan diluncurkan oleh perusahaan. Bukan karena pekerjaannya yang membuat Sevia tidak nyaman, tapi orang yang harus dia bantu pekerjaannya yang membuat Sevia merasa tidak nyaman. Karena dia harus bekerjasama dengan Andika untuk mendapatkan hasil trial yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
Dengan hati yang tidak karuan, Sevia pun bekerja bersama dengan Andika.
"Via, tolong kamu catat masalahnya! Nanti berikan laporannya padaku setelah selesai mengecek semua sampling," suruh Andika.
"Baik, Pak!"
Andika merasa telinganya gatal saat mendengar jawaban Sevia yang begitu dingin. Dia pun mendekat ke arah Sevia, memojokkannya pada alat untuk mengecek fitur pada game virtual yang akan diluncurkan oleh perusahaan tempatnya bekerja.
"Dika apa yang kamu lakukan?" tanya Sevia cemas.
"Via, apa yang telah bule itu lakukan padamu? Apa dia sudah mengambil semuanya darimu? Kenapa saat bersamaku kamu selalu menolaknya? Sedangkan dia yang baru kamu kenal, dengan suka rela kamu memberikannya." Andika tidak bisa menahan gejolak di dadanya saat terasa hangat napas Sevia menerpa wajahnya.
Saat Andika akan menciuminya, Sevia pun berpura-pura memanggil orang yang lewat. "Pak Andika ada di sini, Pak!" seru Sevia bicara sendiri tanpa ada orang yang di maksud.
Andika langsung melepaskan Sevia karena dia takut karyawan lain melihat kejadian itu. "Kamu selamat, Via! Tapi tidak lain kali," gumam Andika seraya berlalu pergi menuju ke kubik tempatnya bekerja.
"Huh! Akhirnya aku terbebas dari si Mantan itu. Kenapa merepotkan sekali bekerja bareng mantan?" gumam Sevia pelan.
Namun ternyata, apa yang dikatakan Sevia terdengar oleh orang yang lewat di belakangnya. "Kenapa dengan mantan?" tanya Dave yang memang ingin mengecek sejauh mana pengerjaan produk baru.
Untung saja Andika sudah pergi, bisa dihukum sampai lima ronde kalau brondong mesum ini melihatku bersama Andika, bisik hati Sevia.
"Tidak, Pak! Mungkin anda salah mendengar," ucap Sevia seraya menundukkan kepalanya. Ingin sekali dia menyembunyikan wajahnya agar Dave tidak tahu dengan kebohongannya.
Aku tidak akan menuntut penjelasan di sini, tapi tunggu nanti di kamar. Akan aku buat kamu mengakui semuanya, ancam Dave dalam hati.
Setelah memastikan semuanya berjalan dengan semestinya, Dave pun berlalu pergi bersama asistennya yang sedari tadi seperti menyelidik pada Sevia.
***
Waktu pun terus berlalu, Sevia dengan serius mengerjakan tugas yang diberikan padanya. Dia mencatat setiap kejanggalan pada produk baru yang sedang dia trial sampai terdengar suara bel, pertanda jam istirahat makan sudah tiba barulah dia bisa bernapas dengan lega.
"Laparnya," gumam Sevia seraya mengelus-elus perutnya.
"Kamu sedang hamil Via?" tanya Widia, teman satu bagian Sevia yang kebetulan lewat di tempat Sevia bekerja.
"Mbak Wid ini, ada-ada saja! Aku tuh lapar, tenaga dan pikiranku terkuras habis dengan kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan." Sevia mengoceh mendapat pertanyaan dari Widia.
"Gak apa-apa Via, kamu hamil! Bukankah kamu sudah menikah karena di grebek warga?" tanya Widia lagi.
"Mbak Wid, Semua orang salah paham sama aku, tapi aku tidak membela diri," keluh Sevia lemas.
"Sudahlah jangan dipikirkan! Lebih baik nanti pulang kerja kita jalan ke Lippo. Kata Elvira ada film baru, kita nonton yuk!" ajak Widia yang memang sudah akrab dengan Sevia.
"Boleh, Mbak! Aku suntuk banget," keluh Sevia.
"Via, kita jajan di cafetaria yuk! Di sana tempat orang-orang atas makan. Siapa tahu ada yang melirik aku," ajak Widia yang memang usianya sudah 25 tahun tapi dia sedang menjomblo.
"Nggak mau, Mbak! Aku malu harus makan sama mereka. Aku makan porsi kuli sedangkan mereka makan ikut gaya priyayi, hanya di icip-icip saja. Mana kenyang untuk perutku yang ramping ini," canda Sevia.
"Dasar kamu! Badan kecil tapi makannya banyak. Anehnya lagi, kamu gak gendut-gendut." Cebik Widia.
Sevia hanya tertawa kecil menanggapi apa yang dikatakan oleh Widia karena memang benar, saat makan di tempat kerjanya, Sevia selalu memakan apapun yang disediakan oleh pihak kantin untuk makan karyawannya. Karena saat di rumah, kadang dia hanya memakan mie instan untuk menghemat pengeluarannya.
"Aku makan nasi hanya di sini aja, Mbak. Karena di kontrakan paling makan mie atau nggak roti," kekeh Sevia seperti tanpa malu mengungkap kebiasaannya.
"Aku heran sama kamu, Via! Gaji di AP 'kan besar, ditambah kamu sering lembur, terus uangnya kamu kemanakan?"
"Banyak celengan Semar yang harus ku isi, jadinya kadang aku gak kebagian. Tapi itu dulu, sekarang suami aku sering kasih makan yang enak." Sevia berbangga diri karena sudah mempunyai suami.
Widia dan Sevia asyik berbincang seraya menuju ke kantin, tanpa sadar ada seseorang yang menguping pembicaraannya di belakang. Dia hanya menatap punggung ringkih gadis yang sudah menghangatkan ranjangnya beberapa hari ini.
Dave memperlambat jalannya saat mengetahui kalau istrinya yang sedari tadi asyik berjalan seraya mengobrol dengan temannya.
Apa begitu sulit hidupmu, sampai makan saja menunggu yang gratisan, batin Dave.
Dave bersama Harry, asistennya berbelok ke kanan menuju cafetaria sedangkan Sevia dan Widia berbelok ke kiri menuju ke kantin, khusus tempat makan untuk karyawan produksi.
Saat sampai di kantin, Elvira sudah menunggunya di meja yang sengaja dia booking untuk teman-temannya.
"Lama banget sih kalian!" ketus Elvira kesal.
"Sorry, cantik! Tadi ada si Komo lewat jadinya macet," canda Widia.
"Kalian tuh, kalau udah barengan pasti kompak ngerjain aku." Elvira langsung memasang wajah cemberut.
"Jangan cemberut, Vira! Kita mau ditraktir Via. Hari ini 'kan gajian," cetus Widia yang sukses membuat Sevia melototkan matanya.
"Hay! Mana ada aku bilang gitu?" Sevia langsung cemberut karena dipalak buat traktir nonton oleh teman-temannya.
"Sudahlah, Via! Jangan celengan Semar aja yang kamu isi. Sekali-kali traktir kita juga, hahaha ...." Widia tertawa senang bisa mengerjai temannya.
Setelah acara makan siang selesai, ketiga gadis manis itu kembali pada pekerjaannya setelah mereka terlebih dahulu menunaikan kewajibannya.
Sevia kembali berkutat dengan produk yang akan dia trial, meski jumlahnya tidak banyak tapi dia harus mengerjakannya dengan teliti. Saking seriusnya dia memperhatikan layar monitor, sampai tidak menyadari kehadiran Andika yang sudah berada tepat di belakangnya.
"Via, aku boleh minta tolong?" tanya Andika yang sukses mengagetkan Sevia.
"Minta tolong apa?" ketus Sevia.
"Aku pinjam uang satu juta, uang gajian aku habis karena aku pakai untuk uang muka mobil."
...*****...
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JGN MAU, GOBLOK KLO LO PINJAMIN
2023-12-30
1
Pia Palinrungi
jangan gomblok sevia jgn lagi mau dimanfaatkan sm andika yg tdk tahu diri
2023-06-08
1
Biduri Aura
dasar benalu tidak tau diri,cuma menengadah tangan aja,,
2023-03-01
0