"ARGHH... sa....sakit kak!"
Varell menghisap kuat leher Rani hingga membuat gadis itu kesakitan dan meninggalkan jejak kemerahan. membopong dan melempar tubuh mungil itu ke atas ranjang dengan kasarnya.
"Kak Varell....jangan kak, aku mohon!" menangkupkan kedua telapak tangannya memohon belas kasihàn.
Namun sama sekali tidak berpengaruh bagi laki-laki itu. menindih tubuh mungil Rani dan menatap tajam ketika keduanya bersitatap.Rani begitu ketakutan, tapi ia terua berusaha memberontak sekuat tenaga ketika tangan Varell mulai membuka kancing piyamanya.
""Jangan kak....ampun kak!"tangan kananya terus mendorong dada laki-laki itu sedang tangan kirinya mencoba menghentikan tangan yang terus bergerak melepas seluruh kancing piyamanya.
"PLAKK....PLAKK... aku bilang diam!!"
"Ibu....Bapak....tolong Rani, jemput rani.Rani takut! hiks....hikss....hikss!" Tubuhnya terasa lemas, tak ada tenaga lagi untuk melawan.akhirnya ia hanya pasrah sambil terus menangis.Meraba pipinya yang memerah dan terasa panas.
"*****!" melepaskan cengkeramannya dan bangkit dari atas tubuh Rani.entah mengapa tiba-tiba saja hatinya tidak tega mendengar rintihan pilu gadis itu.berjalan menuju pintu, merogoh kunci dari saku celananya lalu membukanya.
"Ceklekk...
"Keluar! dan kembali kekamarmu!"
Mendengar itu, Rani langsung beranjak dan berlari menuju pintu. Varell menghentikan langkah gadis itu sebelum keluar dan mengatakan sesuatu.
"Jangan katakan pada siapapun tentang kejadian ini, awas kalau sampai mama dan papa sampai mengetahuinya. sudah sana kembali kekamarmu!"
"I....iya kak!"
Tubuhnya luruh diatas lantai kamarnya, menangis pilu meratapi nasibnya. ia tidak menyangka akan dilecehkan oleh sang kakak angkat dan diperlakukan begitu kasar. apa salahnya?
"hikss....hiks....sakit sekali." tubuhnya masih memegang pipinya yang masih terasa panas. melangkah lunglai dan akhirnya tubuh itu tumbang diatas ranjang karena tak sadarkan diri.
Pagi telah menyingsing. Rani tersadar dan bangun dari tidurnya ketika mendengar suara azan subuh yang berkumandang. Kepalanya pening dan tubuhnya terasa tidak enak. lemas dan greges.
"hhhem....pusing sekali," dengan tenaga yang tersisa, Rani melangkah menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu.
"Ya Allah ampunilah segala dosa hamba dan kedua orang tua hamba. kuatkanlah diri hamba dalam menghadapi segala cobaan ini ya Allah!"
"hiks....hiks!"
Seusai sholat subuh, Rani kembali membaringkan tubuhnya diatas ranjang. ia enggan keluar kamar, hatinya masih terasa sesak. terutama ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang telah menyakitinya semalam.
Sementara itu diruang makan semua anggota keluarga telah bersiap untuk sarapan. mama Sandra melihat ketidak beraan sang putri angkatnya.
"Bi...bi Munah kesini sebentar!"
"Iya nyonya ada yang bisa saya bantu?"
"Rani dimana bi?"
"Oh itu nya, dari pagi tadi non Rani belum keluar kamar. biasanya sih sehabis subuh non Rani sudah turun ke dapur nya?" Bi munahpun bertanya-tanya karena tidak biasanya gadis itu telat bangun.
"Apa perlu saya panggilkan non Raninya nya?"
"Iya bi, tolong ya!"
"Baik nya."
"tok....tok....tok, non Rani apa boleh saya masuk?"
"cklekk....non Ran.... terkejut?
"Non Rani kenapa non? " bergegaa menghampiri Rani yang masih meringkuk dan bergelung dengan selimutnya dengan tubuh yang bergetar.
"Ya Allah non, non Rani demam!" menyingkap selimut dan meraba kening gadis itu dan ternyata sangat panas.
"Baju non basah, ganti ya mari bibi bantu !" mengambil baju ganti dan hendak membantu gadis itu untuk mengenakannya. namun tangan gadis itu menghentikannya.
"Tidak usah bi, biar Rani sendiri saja!" menutup kembali bajunya.
"Non...ini apa? dan pipi non juga...." menyentuhnya dan sekilas ia juga melihat tanda kemerahan di leher gadis itu.
"Awwh....sakit bi." meringis ketika pipinya disentuh.
"Siapa yang melakukan ini non?"
"Rani tidak apa-apa bi, jangan katakan pada mama atau siapapun ya bi!" tolong bilang sama mama kalau Rani tidak ikut sarapan.tolong ya bi!"
"Bibi akan ambilkan obat penurun panasdulu ya non, sekalian bilang sama nyonya."
"Iya bi, terima kasih."
"Mana Rani bi?" bertanya kembali karena tidak melihat putrinya ikut turun.
"Itu....non Rani demam nya, ini saya mau mengambilkan obat penurun panasnya." bi Munahpun segera menuju kembali ke atas.namun mama Sandra kembali memanggilnya.
"Bi, sekalian bawakan sarapannya.nanti setelah ini aku akan keatas melihatnya!" mengambilan sepiring nasi, sayur serta lauk pauknya.
"Baik nya!" meraih dan membawa sarapan tersebut.
"Non,ini dimakan dulu sarapannya, setelah itu diminum obatnya ya!" membantu Rani bersender di kepala ranjang.
"Rani belum mau makan bi."
" Makanlah sedikit saja juga tidak apa-apa non, yang penting perutnya tidak kosong.kan mau minum obat!"
"Iya bi, terima kasih!" Ranipun mulai memakan sarapannya setelah itu meminum obat, lalu kembali merebahkan tubuhnya.
"Bibi tinggal dulu ya non, non Rani istirahat biar cepat sembuh!" sebelum pergi iamerapikan selimut yang membalut tubuh mungil itu.
Sandra masuk kedalam kamar dan melihat putrinya yang sedang terlelap. iapun menyentuh keningnya dan ternyata sudah tidak terlalu panas.
"Sebenarnya kamu kenapa nak, apa kamu merindukan kedua orang tuamu?"menatap pwnuh ksih sayang. akhirnya wanita paruh baya itu meninggalkan Rani agar tidak mengganggu istirahatnya.
Dua minggu telah berlalu sejak kejadian itu.Rani menutup rapat apa yang telah dilakukan Varell padanya. kehidupannya sudah berjalan normal seperti biasa.Hanya saja gadis itu sebisa mungkin menghindari agar tidak sering bertemu laki-laki yang telah membuatnya trauma.
"Rani kesini sebentar nak!" mama sandra memanggil Rani dan menyuruhnya agar duduk disampingnya. terlihat ada sebuah kotak yang cukup besar diatas meja.
"Nanti malam kita sekeluarga akan makan malam bersama, sudah lama kita tidak melakukannya. ini nanti malam kamu pakai ya, mama juga sudah membelikannya untuk Angela kok!"
"Sudah bawa kekamarmu ya!" Ranipun menerimanya dan membawanya ke kamar.
"Tepat pukul 19.30 malam mereka sekeluarga telah sampai disalah satu restaurant mewah. Rani dan Angela tampil cantik bak putri. Rani mengenakan dress dibawah lutut berwarna pink Fanta dengan wedget yang tidak terlalu tinggi.ya karena mama Sandra tau kalau Rani pasti tidak bisa mengenakan high heels.
"Kak Rani, sini duduk disebelahku!"
"Iya dek!" Ranipun menarik kursi diseamping Angela.
Sudah hampir 15 menitan mereka menunggu seseorang yang belum juga datang. ya, orang itu adalah Varell.Karena tadi siang ia mengabarkan bahwa akan sedikit telat untuk datang.
"Lama sekali sih ni anak, masa' acara rapat saja sampai jam segini belum rampung juga?" jangan-jangan dia malah keluyuran dulu pa?"
" hush....mama ini selalu berpikiran negatif sama anak sendiri, sudah kita tunggu saja.paling juga sebentar lagi dia datang."
Baru saja dibicarakan dan panjang umur akhirnya yang ditunggupun muncul. ia langsung menarik kursi disamping mama Sandra.
"Maaf ma, pa jalanan macet banget tadi?" tersenyum dengan tampannya.
"Alasan saja kamu nak?" mama Sandra menggelengkan kepalanya.
Makan malampun berlangsung dengan hikmat. setelahnya mereka berbincang santai sambil menikmati menu terakhir yaitu desert.
"Ehemm.... Varell....Rani!" keduanya pun kemudian menatap papa Tyo.
"Sebenarnya disamping acara makan malam ini, papa dan mama mempunyai satu keinginan dan kami harap kalian bisa menerimanya!"
Varell mengerutkan keningnya masih mencerna apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya.sedangkan Rani juga masih bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kami ingin kalian berdua menikah nak, membangun sebuah keluarga.papa dan mama sudah berpikir cukup lama akan hal ini."
"Dan kamu Varell, umurmu kan sekarang audah menģinjak 28 tahun dan sudah waktunya untuk berumah tangga!"
"DEG....DEG...!!"
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Dianna
mampir thor
2022-03-31
0